March to Rafah: Bukti Perjuangan Takkan Padam!

Siswi MAN 1 Kota Batam, Naila Ahmad Farah Adiba. (Foto: J5NEWSROOM.COM)

Oleh Naila Ahmad Farah Adiba

SETELAH kapal Madleen yang berlayar menuju perairan G4za untuk memberikan alat bantuan, perawatan, dan juga makanan serta minuman untuk rakyat P4l3stina, muncul sebuah gerakan global yang diikuti oleh hampir dari 40 negara yang berbeda-beda.

Tujuan mereka sama, berusaha untuk menembus blokade G4za. Namun belum sampai di perbatasan Rafah, mereka dihentikan. Bahkan sampai dideportasi agar kembali pulang ke rumah.

Di saat yang sama, para penguasa arab abai terhadap permasalahan yang ada. Padahal, seharusnya mereka bisa untuk mengirimkan bantuan berupa tentara maupun senjata. Namun nyatanya mereka hanya mengirimkan bantuan berupa kain kafan.

Mirisnya, orang-orang yang bukan muslim, mereka rela untuk berkorban dengan asas rasa kemanusiaan. Lalu, apa kabar dengan kita yang katanya saudara seiman?

Jangan-jangan keimanan kita perlu dipertanyakan karena tetap diam di tengah penderitaan saudara seiman. Atau memang perasaan itu luruh seiring semakin seringnya kita menerima kabar genosida melalui sosial media?

Teman, aku paham, berat memang berjalan ditengah dunia yang sudah semakin dipenuhi permasalahan. Tak hanya permasalahan pribadi, bahkan permasalahan dunia yang semakin menjadi-jadi.

Namun, tidakkah tergerak hati melihat penjajahan yang masih terus terjadi? Melihat seorang perawat eropa yang menangis meminta bantuan agar gerbang Rafah dibuka, akankah kita tetap diam tanpa kata?

Jika kita belum bisa pergi langsung ke sana, setidaknya teruslah bersuara dengan segala hal yang kita punya. Sebab, kita mungkin bukan pelaku penjajahan, namun diamnya kita adalah bentuk pengkhianatan paling kejam.

Wallahu a’lam bish shawab.

Penulis adalah Siswi MAN 1 Kota Batam