BPDPKS Gelar Pelatihan Praktik Pembuatan Biochar Skala UKMK di Riau

Praktisi biochar sekaligus Direktur PT Perfekta Lintas Semesta, Arif Firmansyah, saat memaparkan cara kerja pupuk produksinya di Siak Provinsi Riau. (Foto: Humas PT Perfekta Lintas Semesta)

J5NEWSROOM.COM, Jakarta Pemanfaatan biochar atau arang aktif dari tandan kosong (tankos) sawit dinilai mampu menekan ketergantungan terhadap pupuk kimia dalam budidaya kelapa sawit. Langkah ini menjadi salah satu solusi berkelanjutan untuk menjawab tantangan biaya produksi dan produktivitas kebun yang stagnan.

Analis Senior Usaha Kecil Menengah dan Koperasi (UKMK) Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Anwar Sadat, menyebutkan bahwa biochar yang berasal dari tankos sawit sangat potensial dikembangkan oleh petani sawit skala kecil karena bahan bakunya sangat melimpah.

“Diperkirakan ada sekitar 40 juta ton tankos yang dapat dimanfaatkan setiap harinya di Indonesia. Biochar ini mudah dibuat oleh petani dan terbukti dapat memperbaiki struktur tanah serta meningkatkan efisiensi serapan pupuk,” ujarnya, Jumat (25/7/2025).

BPDP bersama para mitra menggelar kegiatan Praktik Pembuatan Biochar dari Tandan Kosong sebagai Pembenah Tanah dan Produk Bernilai Ekonomis Skala UKMK di Desa Trimulya Jaya, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, Riau, Kamis (24/7/2025). Kegiatan ini diikuti lebih dari 100 petani sawit dari empat kecamatan.

Kegiatan pelatihan ini menggandeng akademisi dan praktisi, termasuk M Mirza Arif Zainal dari Yayasan Agathis Dammara Karbon, serta Arif Firmansyah, praktisi biochar sekaligus Direktur PT Perfekta Lintas Semesta.

Peluang Usaha Petani

Menurut Anwar, pengembangan biochar bukan hanya mendukung praktik pertanian berkelanjutan, tetapi juga membuka peluang usaha baru bagi petani. “Artinya ada nilai tambah ekonomis yang bisa dihasilkan. Petani tidak hanya mendapatkan manfaat agronomis, tetapi juga penghasilan alternatif dari produk ini,” ujarnya kepada J5NEWSROOM.COM.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perusahaan Inti Rakyat (Aspekpir) Indonesia DPD I Riau, Sutoyo, mengatakan bahwa selama ini petani hanya memanfaatkan tankos sebagai pupuk organik secara sederhana, yaitu dengan menumpuknya di lahan. Padahal, pengolahan tankos menjadi biochar mampu meningkatkan kesuburan tanah dan menekan biaya penggunaan pupuk kimia.

“Dengan tanah yang lebih subur, produktivitas kebun juga meningkat,” kata Sutoyo.

Para peserta pelatihan merupakan pengurus dan anggota dari sejumlah koperasi unit desa (KUD) seperti KUD Bakti, KUD Bina Usaha Baru, KUD Sumber Bahagia, KUD Karya Bersama, KUD Amanah, dan lainnya.

Kepala Dinas Perkebunan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pelalawan, Aktar, menilai pelatihan ini sangat relevan dengan kondisi pertanian saat ini. “Harga pupuk kimia yang terus naik menjadi tantangan tersendiri bagi petani. Inovasi ini sangat membantu,” ujar Aktar.

Ia berharap pabrik kelapa sawit (PKS) turut mendukung langkah ini dengan memberikan akses tankos kepada petani atau bahkan ikut memproduksi biochar bersama petani.

Dengan dukungan semua pihak, upaya ini diharapkan mampu memperkuat fondasi pertanian sawit berkelanjutan yang ramah lingkungan dan menyejahterakan petani.

Sumber: Antara
Editor: Agung