
J5NEWSROOM.COM, Batam – Kapal tanker MT Federal II kembali dilalap api di galangan PT ASL Shipyard Indonesia, Tanjunguncang, Kecamatan Batuaji, Kota Batam. Kobaran api yang terjadi sekitar pukul 04.00 WIB itu menimbulkan kepanikan dan berujung tragis: 10 pekerja meninggal dunia dan 18 lainnya luka-luka.
Kebakaran ini menjadi insiden kedua di kapal yang sama dalam kurun waktu empat bulan. Peristiwa pertama terjadi pada Selasa, 24 Juni 2025, menewaskan lima pekerja dan melukai empat orang lainnya. Kedua kejadian tersebut memperkuat dugaan adanya kelalaian sistem keselamatan kerja, baik dari pihak perusahaan maupun pengawasan di lapangan.
Kebakaran pertama di MT Federal II pada Juni 2025 lalu menelan lima korban jiwa. Dua petugas Safety Officer, berinisial A dan F, telah ditetapkan sebagai tersangka karena diduga lalai dalam pengawasan kegiatan pengelasan yang memicu ledakan di ruang tangki bahan bakar kapal.
Namun, sebelum berkas perkara kasus itu tuntas disidangkan, kebakaran kedua kembali terjadi di lokasi yang sama. Kapolda Kepulauan Riau, Irjen Asep Safrudin, menyatakan penyelidikan masih berlangsung untuk mengungkap penyebab pasti serta potensi unsur pidana dalam kejadian terbaru ini.
“Kami masih mendalami penyebab pasti kebakaran dan memastikan apakah ada unsur kelalaian atau kesengajaan. Semua pihak terkait akan dimintai keterangan,” ujar Asep di Batam, Rabu (15/10/2025).
Kapolsek Batuaji, AKP Raden Bimo Dwi Lambang Wijaya, membenarkan kebakaran terjadi sekitar pukul 04.00 WIB saat aktivitas perbaikan kapal tengah berlangsung. “Benar, kebakaran terjadi dini hari sekitar pukul empat. Saat ini total korban berjumlah 28 orang,” ujar Bimo.
“Ini kapal yang sama, MT Federal II, yang sebelumnya juga terbakar dan menewaskan beberapa pekerja,” tambahnya.
Data Korban Dua Insiden
Pada kebakaran pertama, korban tewas terdiri atas Gunawan Sinulingga (46), Hermansyah Putra (30), Berkat Setiawan Gulo (22), Janu Arius Silaban (24), dan Upik Abdul Wahid (32) yang meninggal setelah dirawat di rumah sakit.
Empat korban luka lainnya adalah Amel Rivensky Gembira Nababan (25), Benni Silaban (29), Rekki Harianto Butarbutar (26), dan Alatas, yang kini masih menjalani perawatan intensif di dua rumah sakit berbeda. Korban diketahui bekerja untuk dua perusahaan subkontraktor, yakni PT Manchar Marine Batam dan PT Ocean Pulse Solution, yang menangani pengerjaan teknis di kapal tanker tersebut.
Sementara dalam insiden kedua, 10 korban meninggal dunia dan 18 luka berat serta ringan, di mana empat orang dirawat di ruang ICU RS Mutiara Aini, dan sisanya tersebar di RS Elisabeth dan RSUD Embung Fatimah Batam.
Meski lima nyawa telah melayang dan belasan luka parah terjadi, berkas kasus pertama belum tuntas di pengadilan, sementara kasus kedua baru memasuki tahap penyelidikan awal. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan di kalangan publik: apakah ada kelalaian sistemik dalam pengawasan keselamatan kerja di industri galangan kapal Batam?
Insiden berulang ini menjadi alarm keras bagi pemerintah dan pelaku industri maritim untuk memperketat standar keselamatan. Sebab, Batam dikenal sebagai pusat galangan kapal terbesar di Indonesia, yang melibatkan ribuan tenaga kerja setiap hari.
Editor: Agung

