
J5NEWSROOM.COM, Jakarta – Rencana Ketua Umum Budi Arie Setiadi untuk merapat ke Partai Gerindra sebagai bagian dari penguatan dukungan politik bagi pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka mendapatkan penolakan keras dari internal partai, terutama dari organisasi sayap Tunas Indonesia Raya (Tidar) dan sejumlah Dewan Pimpinan Cabang (DPC).
Menurut pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga, penolakan tersebut logis karena kader partai ingin mempertahankan idealisme Gerindra dan menolak masuknya tokoh yang dianggap oportunis.
Mereka menilai langkah Budi Arie masuk Gerindra dilakukan atas permintaan Presiden Prabowo yang bertujuan memperkuat barisan pemerintahan. Namun, kader partai menilai proses tersebut bisa mengganggu soliditas internal dan menciptakan friksi di tubuh partai.
Penolakan tersebut disertai kekhawatiran bahwa kehadiran Arie dan organisasi pendukungnya, Projo, justru bisa merosotkan elektabilitas Gerindra dan memperlemah koalisi. Pengamat menilai bahwa situasi ini menjadi ujian bagi Gerindra dalam menjaga keseimbangan antara penguatan dukungan eksternal dan menjaga kohesi internal partai.
Dengan menolak masuknya tokoh tersebut, partai menunjukkan bahwa proses rekrutmen dan integrasi tokoh baru harus memperhatikan basis kader dan nilai partai. Bagi calon anggota baru seperti Budi Arie, tantangan ini menegaskan bahwa dukungan dari elite saja tidak cukup tanpa penerimaan dari akar partai.
Sumber: RMOL
Editor: Agung

