
Oleh Juragan Erwan
PAKAR Komunikasi dan Motivator Dr Aqua Dwipayana selalu punya cara bertutur yang menautkan hati. Melalui tulisan “Syukuran Sederhana Ulang Tahun Ero”, kita kembali melihat konsistensi gaya komunikasinya: sederhana, jernih, penuh syukur, dan selalu menempatkan nilai keluarga sebagai pusat gravitasi hidup.
Tulisan yang ia bagikan bukan hanya kabar syukuran ulang tahun, tetapi cermin tentang bagaimana ia mendidik anak, memaknai hidup, dan menggambarkan kebahagiaan dalam bentuk yang paling sunyi.
Sembari mengucapkan “Selamat Ulang Tahun buat Mas Ero” saya memberi “kado” tulisan ini. Ada beberapa catatan saya dari momentum syukuran ulang tahun ke-26 Savero “ERO” Karamevita Dwipayana lewat tulisan yang dibagikan Dr Aqua Dwipayana.
Pertama, kesederhanaan sebagai bahasa utama.
Dr Aqua Dwipayana tidak pernah membungkus momen keluarga dengan glamor. Ia justru memilih bahasa keseharian yang lembut: tumpeng buah, puding, rumah eyang, tiup lilin.
Semua elemen itu seperti mengajak kita kembali pada hakikat syukur—yang tidak membutuhkan panggung besar untuk bersinar.
Gaya komunikasinya selalu regresif ke hal dasar: mensyukuri, menikmati, menyadari bantuan orang lain. Ini yang membuat setiap tulisannya terasa “mendekatkan”, bukan “menjauhkan”.
Dr Aqua Dwipayana tidak menempatkan dirinya sebagai tokoh utama; ia memusatkan cerita kepada keluarga, terutama anak-anaknya.
Kedua, pola komunikasi yang menumbuhkan anak.
Dari narasinya, kita melihat pola pendidikan khas keluarga Dr Aqua Dwipayana yakni apresiasi tanpa memanjakan, pengingat tanpa menggurui, dorongan tanpa tekanan.
Beberapa hal menarik bisa kita catat.
– Menghargai proses, bukan hanya hasil. Ero diapresiasi bukan hanya karena prestasinya, tetapi karena konsistensinya membantu sesama.
– Menanamkan kerendahan hati sebagai napas hidup. Setiap pencapaian selalu diikat dengan kalimat: “ingat, semua karena kebaikan Allah dan dukungan banyak orang.”
Nilai ini strategis, terutama bagi anak muda yang berhadapan dengan dunia yang penuh validasi eksternal.
– Mendorong konsistensi dalam kebaikan.
Ero tidak diceritakan sebagai “anak hebat”, tetapi sebagai “anak yang terus berusaha ikhlas”.
Ini pendidikan moral yang sangat kuat. Kebaikan bukan event, tapi kebiasaan.
– Kehangatan keluarga sebagai energi utama. Ada pola komunikasi yang saling menopang: orangtua mendukung, kakaknya memberi semangat, eyang menjadi ruang kembali.
Ini menciptakan ekosistem emosional yang sehat bagi anak.
Ketiga, Dr Aqua Dwipayana selalu menempatkan anak sebagai subjek, bukan objek.
Ia tidak menuliskan keberhasilan anaknya sebagai “keberhasilan orangtua”. Tidak ada kesan “ini pencapaian saya”. Yang muncul justru kebanggaan yang halus. Sebuah wujud syukur, bukan pamer.
Dalam kalimat-kalimatnya, Ero tampil sebagai pribadi yang tumbuh, bukan anak yang digerakkan. Dr Aqua Dwipayana menekankan kemandirian. Ero menikmati aktivitas, Ero tidak pernah mengeluh, Ero konsisten dalam kebaikan.
Ini gaya mendidik yang menghormati anak sebagai individu dewasa.
Keempat, spirit jeikhlasan yang selalu kembali ke Allah SWT.
Hampir seluruh tulisan Dr Aqua Dwipayana ditenun dengan satu benang merah: hubungan manusia dengan ALLAH. Syukur, keikhlasan, rezeki non-materi, dan niat ibadah selalu muncul.
Namun ia tidak mengajarkan dengan nada menggurui. Ia menyajikannya sebagai laku hidup keluarga yang alami.
Ini komunikasi spiritual yang lembut. Membantu orang lain merasa dekat dengan kebaikan, bukan terbebani olehnya.
Kelima, inspirasi yang bisa dipetik.
Dari tulisan sederhana ini, ada sejumlah inspirasi kuat yang bisa kita petik.
– Kebahagiaan itu sederhana, kalau disandarkan pada rasa syukur. Bahkan ulang tahun ke-26 bisa dirayakan dengan tumpeng buah di rumah Eyang.
– Orangtua tidak harus mencetak anak menjadi spektakuler. Cukup membimbing mereka menjadi manusia yang terus berbuat baik.
– Prestasi tidak pernah berdiri sendiri. Ada dukungan keluarga, saudara, dan orang-orang baik yang tak terlihat. Yang dirayakan bukan ulang tahunnya, tapi perjalanan kebaikannya.
– Kebiasaan baik harus ditanam sejak dini, dan dijaga oleh lingkar keluarga yang saling mendukung. Kakaknya dan kedua orangtua.
– Keteladanan adalah bentuk pendidikan paling efektif. Tulisan Dr Aqua Dwipayana ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa nilai-nilai ERO lahir dari budaya keluarga yang diciptakan Dr Aqua Dwipayana.
Kesederhanaan yang menjadi teladan
Tulisan Dr Aqua Dwipayana seperti jendela kecil yang memperlihatkan rumah tangga yang hangat, penuh syukur, dan membesarkan anak-anak dengan kasih sayang yang berimbang. Tidak berlebihan, tidak dipoles. Justru karena itu ia menginspirasi.
Dari syukuran kecil itu, kita belajar bahwa membesarkan anak bukan tentang membuat mereka besar, tetapi membuat mereka baik.
Dan sering kali, kebaikan tumbuh dari rumah yang merayakan hal-hal sederhana. Bagaimana menurut Anda?*
Penulis adalah jurnalis, Pendamping Desa Wisata.

