HARI ini, Kamis 20 April 2023 bertepatan dengan 29 Ramadhan 1444 hijriah, bagi sebagian umat Islam adalah hari terakhir puasa. Besok mereka akan melangsungkan sholat Idul Fitri, tapi bagi sebagian lagi lusa. Terlepas dari “dualisme” mazhab lebaran itu, wartawan Majalah Siber Indonesia J5NEWSROOM.COM, Saibansah Dardani memilih untuk melanjutkan catatan safari ke Masjid Sultan Singapura berikut ini.
Mendirikan sholat tarawih di Masjid Sultan Singapura pasca pandemi, terasa sejuk di hati. Bagaimana tidak? Imam-imam sholatnya masih muda-muda, tapi bacaan Quran mereka begitu fasih dan merdu. Tajwidnya dan makhorijul hurufnya juga sangat fasih. Semua itu membuat hati para makmum, termasuk saya, menjadi tenteram dan adem.
Meski shaf-shaf jamaah sholat tarawih telah semakin memenuhi ruang utama masjid, tapi tidak membuat suasana terasa panas. Karena kipas angin baling-baling besar di langit-langit masjid menghasilkan angin yang lebih dari cukup. Putarannya terlihat sih terlihat “santai”, tapi efektif mendinginkan suasana masjid.
Lalu, terdengar suara bilal mengumandangkan iqomah. Juga dengan suara yang merdu. Para jamaah pun serentak berdiri di belakang imam untuk mendirikan sholat isya’. Kemudian, dilanjutkan dengan sholat tarawih. Jamaah terus berdatangan, barisan shaf pun semakin panjang ke belakang. Sholat tarawih dimulai.
BACA JUGA: Safari Ramadhan ke Masjid Sultan Singapura Seolah Sholat di Bangladesh
Dua rakat pertama ditutup dengan salam. Begitu juga dengan dua rakaat kedua, ketiga dan keempat. Tetapi, begitu selesai dua rakaat keempat, sebagian jamaah mundur dan keluar dari barisan shaf. Lalu, mereka bergerak ke belakang menjauh dari shaf yang telah mulai berdiri lagi untuk melanjutkan sholat terawih.
Ternyata, mereka yang masih berdiri di belakang imam adalah untuk melanjutkan sholat tarawih plus witir sebanyak 23 rakaat. Sedangkan mereka yang memilih keluar dari shaf dan mundur adalah para pengikut “mazhab kesebelasan” yaitu, tarawih 11 rakaat. Saya termasuk pengikut “kelompok kesebelasan” ini.
Sebelum mundur dan keluar dari shaf, saya sempat melihat ke arah imam. Ternyata, imam sholat pun berganti. Jadi, sholat tarawih di Masjid Sultan Singapura ini ada dua “formasi”. Yaitu, penganut mazhab 23 rakaat dan pengikut “mazhab kesebelasan”. Imam sholatnya pun demikian. Meski dengan dua “formasi”, suasana ibadah tetap khusyu’ dan tiada yang berisik. Subhanallah.
BACA JUGA: Ramadhanan ke Singapura Disambut Senyum Hangat Tanpa Masker
Usai menuntaskan sholat tarawih dengan sholat witir 3 rakaat, sendirian, ada rasa sedih membuncah dalam dada. Bukan karena melihat jamaah lain khusyu’ meneruskan sholat tarawihnya. Tapi karena, sebentar lagi, ya tidak lama lagi, Ramadhan 1444 hijriah akan pergi, berlalu meninggalkan kita semua. Dan tidak akan pernah kembali lagi, selamanya..
Selamat jalam Ramadhan 1444 hijriah.
Pergilah dengan rasa cinta dan pergumulan ibadah selama sebulan nan indah.
Sampaikan salam sayang dan cinta kami untuk kekasih alam semesta, Muhammad Rasulullah.
Dan…
Yaa Robbi, pertemukanlah kami dengan Ramadhan tahun depan nan ramah.*