Oleh Arif Firmansyah
PANGGUNG yang cukup besar itu tampak gelap gulita. Hanya siluet Candi Prambanan yang tampak samar-samar. Perlahan-lahan siluet berbentuk salah satu candi paling indah itu menyala terang. Tidak lama kemudian lampu dengan sinar yang kuat menyorot panggung. Tampaklah beberapa penari berlarian memasuki panggung. Suara gamelan terus mengiringi setiap gerakan penari.
Di atas tangga, tampak dua orang dayang keluar membawa sebusur panah emas. Mereka diikuti oleh seorang putri cantik yang berjalan gemulai menuruni anak-anak tangga. Ya, inilah Shinta, putri Prabu Janaka, Raja Negeri Mantili yang sedang menggelar sayembara untuk menentukan pendamping putrinya. Sayembara ini dimenangi oleh putera mahkota Kerajaan Ayodya, Raden Wijaya yang kelak dikenal sebagai Rama. Shinta yang cantik jelita menjadi isteri Rama.
Sayembara Prabu Janaka mencarikan suami untuk Shinta merupakan babak pertama dari empat babak pementasan Sendratari Ramayana di Candi Prambanan. Pertunjukan kolosal di panggung terbuka ini berlanjut dengan babak berikutnya tentang petualangan Rama, Shinta, dan Laksmana di Hutan Dandaka. Di tengah belantara hutan ini mereka bertemu Rahwana, Raja Alengka yang sangat terpikat pada Dewi Widowati. Melihat kecantikannya, Rahwana yakin Shinta merupakan titisan Dewi Widowati, wanita yang sudah lama diincarnya.
Untuk menarik perhatian Shinta, Rahwana mengubah salah seorang pengikutnya yang bernama Marica menjadi seekor kijang emas yang cantik. Kehadiran rusa emas di tengah hutan membuat Shinta benar-benar terpikat dan membuat Rama memburunya. Sebagai suami yang baik, Rama menuruti keinginan isterinya. Berangkatlah Rama mengejar kijang emas ini. Sementara Shinta ditinggal bersama Laksmana.
Karena lama tidak kembali, Shinta mulai cemas. Dia meminta Laksmana menyusul suaminya. Laksmana tidak ingin meninggalkan Shinta seorang diri di tengah hutan tanpa pengawalan. Dengan kesaktian yang dimiliki, dia membuat pagar berupa lingkaran magis yang mengelilingi Shinta. Mengetahui Shinta seorang diri, Rahwana berusaha menculiknya, tapi gagal. Lingkaran sakti Laksmana cukup ampuh. Tapi, pagar ini dapat ditembus setelah Rahwana mengubah diri menadi Brahmana Tua. Shinta pun berhasil diculiknya.
Perjalanan membawa Shinta ke Alengka, Rahwana terhalang seekor burung Garuda bernama Jatayu yang ingin menolong Shinta. Tapi, usaha ini gagal hingga akhirnya Jatayu jatuh dan terluka cukup parah.
Di sisi yang lain, Rama terus mengejar kijang emas yang membuat isterinya terpikat. Tidak lama kemudian, Rama terkejut karena kijang ini berubah menjadi raksasa. Rama bertarung melawan raksasa jadi-jadian dan berhasil keluar sebagai pemenang. Rama yang bertemu kembali dengan Laksamana segera ke tempat Shinta ditinggalkan. Mereka terkejut karena Shinta sudah tidak ada di tempat. Mereka berusaha mencari ke mana gerangan Shinta berada.
Dalam perjalanan, Rama dan Laksmana menemukan Jatayu yang terluka. Rama menduga Jatayu yang menculik Shinta dan ingin membunuhnya. Beruntung Laksamana berhasil mencegah dan meyakinkan bahwa Jatayu bukanlah penculik Shinta. Akhirnya Jatayu menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Tidak lama setelah semua kisah terungkap, Jatayu mati. Di tengah kesedihan
Muncul seekor kera putih bernama Hanoman yang diutus Sugriwa untuk mencari dua orang yang dapat mengalahkan Subali. Sugriwa tidak mampu mengalahkan Subali yang merebut kekasihnya, Dewi Tara. Akhirnya Rama bersedia membantu Sugriwa.
Mereka segera berangkat untuk merebut kembali Dewi Tara. Kedatangan mereka membuat kaget Subali, Dewi Tara, dan Anggodo yang sedang bercengkerama hingga terjadi peperangan. Rama membantu Sugriwa dan berhasil menang. Sugriwa bertemu kembali dengan Dewi Tara. Sesuai janjinya, Subali membalas kebaikan Rama dengan mengutus Hanoman untuk menyelidiki negeri Alengka, tempat Shinta disembunyikan Rahwana.
Di Kerajaan Alengka, Rahwana berusaha membujuk Shinta agar mau menjadi istrinya. Namun, Shinta terus menolak. Ketika merasa sedih, Shinta dikejutkan oleh kidung indah yang disuarakan oleh Hanoman. Kera putih ini mengabarkan bahwa dia utusan Rama yang akan membebaskan Shinta dari cengkeraman Rahwana. Setelah menjelaskan tujuannya, Hanoman merusak taman Kerajaan Alengka.
Ulah Hanoman membuat Indrajit, anak Rahwana, marah dan berhasil menangkap Hanoman. Si kera putih ini dijatuhi hukuman mati dengan cara dibakar. Tapi, saat dibakar, Hanoman berhasil kabur dan justru membakar kerajaan dengan tubuhnya yang penuh api. Kabar Hanoman selamat ini didengar oleh Rama. Dia segera bertolak ke Alengka dengan pasukan kera untuk menyerang kerajaan dan membuat pasukan Alengka kocar-kacir. Rama berhasil membunuh Rahwana.
Rama kini bebas membawa kembali Shinta. Tapi, ketika bertemu Rama tidak mempercayai Shinta karena menduga sudah ternoda oleh Rahwana. Untuk membuktikan kesucian dirinya, Shinta diminta membakar tubuhnya. Akhirnya terbukti bahwa Shina belum ternoda. Rama pun menerima kembali Shinta sebagai istrinya.
Pertunjukan selama dua jam ini terasa singkat karena keindahan gerakan penari yang mampu menggambarkan bahasa yang ingin diungkapkan. Shinta bukan hanya cantik parasnya, tapi juga gemulai gerakannya. Begitu juga Rama maupun Laksmana yang tenang tapi penuh kharisma sehingga aura sosok kharismatik sangat menonjol. Pun dengan Rahwana yang berwatak kasar tapi mampu tampil dengan cara jenakan. Yang patut disimak adalah kelincahan Hanoman.
Selain tarian yang dipadu dengan suara gamalen, kostum para penari mampu memikat mata untuk terus menatapnya. Apalagi dalam pertunjukkan ini disajikan juga permainan bola api dan permainan acrobat. Permainan api dapat disaksikan saat Hanoman akan dibakar hidup-hidup tapi kabur dan membakar Kerajaan Alengka. Permainan api yang juga memikat adalah saat Shinta ingin membuktikan kesuciannya dengan membakar dirinya hidup-hidup.
Salah satu nilai lebih pertunjukkan kolosal ini adalah permainan cahaya untuk menggambarkan suasana hati tokoh dalam cerita. Kekuatan ini semakin enak dinikmati di bawah siraman bintang dan langit malam di pelataran Candi Prambanan. Sebuah sensasi pertunjukkan yang tak mungkin mudah dilupakan.*
Editor: Agung