Oleh: L. Nur Salamah, S.Pd
LUCU dan menggelikan. Lagi-lagi, publik dihebohkan dengan pernyataan salah satu petinggi partai, yang menyebut dirinya wanita terkuat di dunia setelah Margaret Thatcher tiada.
Tanpa ada rasa canggung bahkan terkesan membanggakan diri, ia mengatakan dirinya adalah sosok wanita yang sempurna tiada kurang suatu apapun, sehingga para wanita disuruh mencontoh dirinya. Astaghfirullah.
Benar-benar menggemaskan. Mengapa ia berulang kali menyinggung perasaan atau menyakiti hati masyarakat? Jika memang tidak ada unsur kesengajaan, atau benar-benar khilaf, semestinya meminta maaf dan jangan sampai terulang kembali. Oleh karena itu, ada sebuah nasihat dari hadis ke-15 Arbain Nawawi yang artinya, “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata baik atau diam”.
Hadis di atas menegaskan bahwa, menjadi suatu keharusan untuk berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara. Jika sekiranya membawa kebaikan maka silikan disampaikan. Sebaliknya, jika hal itu akan membawa kegaduhan atau kesia-siaan, maka diam atau hindari.
Satu hal lagi, apabila kita cermati, dari sisi usia, sosok tersebut sudah cukup lanjut. Ada rumor bahwa orang yang sudah lanjut usia, perangai atau sikapnya kembali seperti anak-anak.
Kita mengetahui, yang namanya anak-anak, dalam pandangan Islam itu dikategorikan belum mumayyis (mampu membedakan baik dan buruk), sehingga suatu kewajaran jika kata-kata atau sikapnya terkesan kurang adab. Namun, pada diri anak ada tanggung jawab orang tuanya dalam mendidik. Nah, kalau sudah lanjut usia seperti itu, lantas menjadi tanggung jawab siapa?
Bicara masalah contoh atau keteladanan. Pantaskah wanita ini menjadi figur teladan? Apakah selama ini sepak terjangnya menunjukkan keteladanan?
Sebagai umat Islam seyogyanya memahami bahwa sosok tersebut sangatlah tidak sebanding, tidak ada seujung kuku dengan para shahabiyah. Bagaimana peran mereka dalam perjuangan dan dakwah menegakkan Islam hingga Islam menguasai 2/3 dunia.
Siapakah mereka? Ada Khadijah binti Khuwailid ra., beliau adalah sosok wanita yang bernasab mulia, istri pertama Rasulullah saw. dan termasuk orang yang pertama membenarkan keislaman Rasulullah. Sepanjang usianya, menghiasi dirinya dengan amal kebajikan, jiwanya senantiasa mencerminkan ketaatan kepada Allah SWT. dan Rasul-Nya, bahkan seluruh hartanya habis untuk mendukung dakwah Rasulullah Saw.
Selain Khadijah, ada juga Asma’ binti Abu Bakar. Perjuangannya yang sangat luar biasa yaitu saat membawakan makanan untuk Ayahnya dan Rasulullah yang sedang bersembunyi di Gua Sur, dalam perjalanan hijrah menuju Madinah sambil menggembalakan kambing. Jelas, ini sangat membahayakan jiwa, raga dan nyawanya. Akan tetapi karena kecerdasan yang Allah anugerahkan pada diri Asma, Dia berada di depan, kambing gembalaanya berada di belakang. Hal ini dilakukan supaya jejak kakinya tidak terendus oleh Kafir Quraisy.
Dengan demikian, sebagai umat Islam, jelas para shahabiyahlah yang pantas disebut sebagai wanita terkuat dan hebat, yang layak dijadikan panutan dan rujukan dalam setiap amal perbuatan termasuk dalam hal perjuangan dan dakwah.
Allahua’lam bisshowwab.
Penulis adalah Pengasuh Kajian Mutiara Ummat Batam