Rishi Sunak, Crazy Rich Keturunan India Jadi PM Inggris!

Rishi Sunak menjadi PM Inggris pertama keturunan India dan bergama Hindu, serta PM termuda. (Foto: AP/Oli Scarff)

J5NEWSROOM.COM, London – Rishi Sunak menjadi Perdana Menteri Inggris baru pada Senin (24/10/2022), menggantikan Liz Truss yang menyatakan mundur di hari ke-45 menjabat pada pekan lalu.

Eks Menteri Keuangan era Boris Johnson itu meraih posisi PM Inggris setelah satu-satunya rival, Penny Mordaunt, mengundurkan diri dari pencalonan.

Sunak merupakan salah satu menteri yang populer di kabinet Johnson. Namanya terus meroket setelah menjadi salah satu menteri pertama di kabinet yang menyatakan mundur dari jabatan sebagai bentuk protes terhadap Johnson.

Saat itu, Sunak bahkan menegaskan tidak memiliki alasan lagi untuk berada di kabinet Johnson lantaran pemerintah sudah tidak bisa dipercaya gegara rentetan skandal yang muncul.

Langkah Sunak itu pun akhirnya diikuti oleh sembilan menteri dan puluhan pejabat lainnya hingga memicu Johnson akhirnya mengundurkan diri awal Juli lalu.

Sunak dinilai sebagai ahli kebijakan yang berorientasi pada detail. Politikus keturunan India-Afrika Timur itu merupakan pendukung kuat Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit).

Di India, Sunak lebih dikenal karena istrinya, Akhshata Murty. Dia adalah putri taipan India, Narayana Murthy, miliarder salah satu pendiri grup teknologi informasi Infosys.

Awal tahun ini, Sunday Times Rich List memasukkan Sunak dan Murty sebagai 250 orang paling tajir di Inggris. Dikutip CNN, koran tersebut memperkirakan pasangan itu memiliki kekayaan senilai US$826 juta atau Rp12,8 triliun.

Sunak menjadi salah satu politikus Inggris yang populer di media sosial. Karena aktivitasnya di medsos yang terkenal ramah, Sunak pun mendapat julukan media “Rishi Dishy”.

Sunak merupakan lulusan Winchester College, salah satu sekolah privat paling eksklusif di Inggris. Ia pun meraih gelar sarjana dan master di Oxford University dan Standford University.

Para oposisi Sunak kerap mengkritik dirinya sebagai keturunan imigran yang tidak paham mengurus Inggris. Hingga tahun lalu, Sunak pun masih memegang Green Card Amerika Serikat. Para pengkritik pun mempertanyakan kesetiaan Sunak terhadap Inggris.

Di awal pencalonannya sebagai PM Inggris hingga beberapa putaran pertama pemilihan, Sunak menjadi kandidat paling dijagokan Partai Konservatif. Sunak terus mendulang suara paling banyak dalam beberapa putaran pertama pemilihan PM pengganti Johnson.

Namun, ia harus kalah dari Liz Truss yang saat itu meraup suara mayoritas partai dalam putaran terakhir pemilihan.

Keturunan India Terpilih PM Inggris

Kemenangan Sunak, 42, dipastikan pada Senin (24/10/2022) setelah saingan satu-satunya, Penny Mordaunt mundur dari kontestasi. Sejak awal pencalonan Sunak terus mendapat dukungan dari kolega-koleganya di Partai Konservatif.

Dalam pidato pertama setelah kemenangannya, Sunak mengatakan dia “merasa mendapatkan kehormatan dan bangga” mendapat dukungan dari kolega-kolega anggota parlemen Partai Konservatif dan dipilih sebagai pemimpin.

“Ini merupakan kehormatan terbesar selama hidup saya untuk bisa mengabdi kepada partai yang saya cintai dan membalas budi kepada negara yang telah memberikan begitu banyak,” kata Sunak.

Dia direncanakan akan diundang oleh Raja Charles III untuk diminta membentuk pemerintahan. Audiensi ini biasa dilakukan sebelum perdana menteri menjabat secara resmi. Acara itu dijadwalkan berlangsung pada Selasa (25/10/2022).

Berdasarkan mekanisme pemilihan partai, calon ketua harus didukung sekurang-kurangnya 100 anggota parlemen dari Konservatif. Sunak mengantongi dukungan jauh melebihi batas minimal.

Rishi Sunak otomatis menggantikan Liz Truss dan menjadi pria Inggris keturunan Asia pertama yang memimpin negara tersebut. Dia juga menjadi perdana menteri termuda pertama dalam tempo lebih dari 200 tahun. Tapi di tengah krisis ekonomi dan kekacauan partai, mengapa masih ada orang yang ingin menjadi perdana menteri?

Perdana menteri Inggris mendapatkan fasilitas rumah bergaya Georgian yang mewah di tengah London, ratusan staf, perjalanan pribadi, dan bercakap-cakap dengan Raja setiap pekan.

Posisi ini juga berarti orang tersebut punya kesempatan melakukan hal-hal baik dan memperbaiki kehidupan banyak orang. Dan apapun yang terjadi, perdana menteri akan menorehkan nama dalam sejarah.

Namun di saat seperti sekarang ini, mengapa masih ada orang yang mau menempatkan diri dalam kontestasi pemilihan pemimpin partai supaya bisa menjadi perdana menteri?

Pertanyaan ini diajukan oleh presenter BBC, Laura Kuenssberg, kepada seorang staf senior Downing Street, dan respons yang diterimanya adalah, “Sejujurnya saya juga tidak tahu jawabannya.”

Di daftar teratas permasalahan yang harus segera diselesaikan oleh perdana menteri baru Inggris adalah permasalahan ekonomi yang sedang mendera negara itu.

Inggris sedang meluncur ke garis kemiskinan dan publik merasakan itu – atau seperti yang dikatakan oleh seorang menteri di kabinet, “Kita punya masalah yang sama seperti sebelumnya dan ditambah dengan krisis ekonomi.”

Kekacauan yang diciptakan oleh pemerintahan Liz Truss yang hanya seumur jagung telah membuat Partai Konservatif atau Tory bagian dari masalah itu. Keputusan-keputusannya, yang kemudian dengan cepat dibatalkan, telah menjadikan Inggris diperlakukan dengan brutal di berbagai bursa keuangan.

Akan ada lebih banyak keluarga dan pengusaha yang hidup lebih susah dan banyak dari mereka akan menyalahkan Tory atas kesulitan keuangan yang menghadang nanti.

Sunak akan punya lebih sedikit dana untuk dialokasikan ke kepentingan umum.

Badan kesehatan Inggris, NHS, telah kehabisan uang, begitu pun banyak sektor jasa untuk lansia dan orang-orang dengan disabilitas. Sektor pendidikan kesusahan mengejar ketertinggalan setelah Covid.

Sektor transportasi melemah, ada pula masalah dengan pembangunan rumah-rumah. Belum lagi tantangan perubahan iklim dan ketersediaan energi. Daftar masalah ini bisa terus bertambah panjang.

Ada alasan mengapa Menteri Keuangan Jeremy Hunt mengatakan akan ada “keputusan-keputusan sulit”. Pemotongan akan terjadi, dan bukan hanya karena tingkat inflasi sedang tinggi-tingginya.

Di luar Inggris, dukungan negara ini untuk Ukraina tak perlu dipertanyakan lagi – tapi sejauh ini tak ada yang bisa mengatakan, sampai kapan perang akan berlangsung, atau bagaimana akan berakhir.

Bagaimana Inggris dan sekutunya menghadapi China? Dan perselisihan dengan Uni Eropa tentang perbatasan Irlandia, sisa masalah yang dibawa Brexit, belum juga selesai.

1