Puisi Muhammad Tajuddin

Muhammad Tajuddin

Percakapan Pohon yang Berangkat Hijau

Seperti aku yang tergantung pada musim
hatimu sekarang menjalani musim kemarau
di situ tanah retak dan debu kacau di nadi-nadi
batu meranggas membuat daerah diam yang lain

matahari demikian ramah menebar sinar hingga angin membawa kegarangan di sebelah barat jantungmu
ini dunia yang berbeda
hujan baru saja menggenapkan cuaca kemarau
mengubur derasnya dalam tubuhku yang menggigil

aku sekarang mau berangkat ke warna baru
seperti kehidupan yang senantiasa pengap oleh kelahiran demi kelahiran
ranting-rantingku yang kering biarkan tumbuh kembali dalam dirimu
menjadi sebilah pedang yang dahaga

ini dunia yang berbeda
o, biarkan daun-daunku menjelma pasar di hatimu
atau menjadi bongkahan sejarah yang mengalir

gang sakinah pagi hari, 3112022

I’tikaf Cermin

bayang hai bayang
pantulan darah cairan wajah-wajah
lambang hai endapan lambang
aku lambang jelmaan bayang-bayang

bayang waktu bayang sungai
bayang batu bayang pantai
lambang ruang retak lambang tuhan tak
bayangmukah bertawaf dalam cermin?

hai lambang lambang yang
yang hati yang naluri lambang yang
yang kalbu yang gebu pacu yang
bayang hati kucuri-curi
cium-ciumlah hati sampai harum mawar
lambang kalbu kucumbu rayu

peluk peluklah mabuk hingga anggur
cermin rampok lambang
berjuta-juta matahari terbanglah
sebab bayang kawini lambang

maka ranjang berkobar-kobar
sebab lambang lebur dalam bayang
maka hidup bergoyang-goyang dalam kemenyan

celurit cinta membahana bergema
pisau rindu tajam menghunjam-Mu
bayang hai bayang
pantulan darah cairan wajah-wajah

lambang hai endapan lambang
hidup kita tak kecup wangi bintang
hidup kita belum ringkikan bulan
lantaran napas dan darah berbau kemenyan

bayang hai lambang hai
berguncang dalam roh cermin

gang sakinah, 29 Oktober 2022