Wahabi Kini Bukan Mazhab Utama Lagi di Saudi, Apa Pasal?

Putra Mahkota Arab Saudi, pangeran Mohammed bin Salman (MBS) bersama dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. (Foto: Ist)

J5NEWSROOM.COM, Riyadh – Sejak diangkat sebagai Putra Mahkota Arab Saudi, pangeran Mohammed bin Salman (MbS) melakukan banyak reformasi. Salah satunya menghapus paham Wahabi sebagai satu-satunya mazhab di negara itu.

Padahal, mazhab Wahabi sudah melekat dengan Saudi karena pendiri paham ini, Muhammad Ibnu Abdul Wahhab, berkontribusi terhadap pembangunan negara kerajaan tersebut.

Selain itu, ajaran Wahabi juga masuk dalam sistem pemerintahan Saudi. Ajaran Salafi-Wahabi dianut oleh sekitar lima juta Muslim Sunni di Arab Saudi. Karenanya, Wahabi dikenal sebagai paham Islam paling berpengaruh di sana.

Paham ini sangat melekat dengan Saudi karena ditegakkan oleh para ulama yang menjalankan peradilan dan polisi agama Saudi selama beberapa dekade. Ditambah, pemerintah Arab Saudi mengikuti tafsiran Wahabi terhadap kitab suci Al-Quran.

Wahabi merupakan pemikiran Islam yang berpegang teguh pada purifikasi atau pemulihan Islam ke bentuk yang sesuai Al-Quran dan hadis. Mazhab ini melarang inovasi.

Lalu bagaimana upaya MBS menghapus Wahabi sebagai satu-satunya ideologi di Saudi?

Dalam suatu wawancara, MBS menegaskan ajaran Wahabi bukan lagi satu-satunya ideologi di negara itu.

“Hari ini tak boleh ada satu pun pihak yang memaksakan ajaran mereka yang menjadikannya satu-satunya paham di Saudi,” ujarnya kepada The Atlantic, seperti dikutip Saudi Gazette pada Maret 2021 lalu.

MBS mengatakan, Wahabi mungkin pernah menjadi ideologi di Saudi pada era 1980 hingga 2000. “Hari ini, kami berada dalam jalur yang benar,” ungkap MBS.

Untuk memperkuat komitmennya, MBS lalu membuat terobosan baru di Saudi. Salah satunya dengan membatasi pengaruh ulama garis keras yang mendorong pandangan Islam tanpa kompromi di Saudi.

Menurut Middle East Eye, kaum agamawan di Saudi sudah tak relevan di mata MBS. Ia ingin melepaskan diri dari belenggu masa lalu yang mengganggu reputasi negara dan menimbulkan citra negatif.

Di mata MBS, Wahabi adalah pengganggu, peninggalan masa lalu, dan pengingat masa kelam yang ingin dilupakan. Saudi hari ini diciptakan ulang agar hanya mengingat Al Saud, pendiri Saudi, bukan penceramah atau pengikutnya.

Selain itu, MBS juga menyebut hubungan kerajaan dengan Wahabi bermasalah. Puluhan tokoh agama ternama di Saudi juga banyak yang ditangkap belakangan ini

MBS juga menghapus polisi moral di Saudi yang dianggap merupakan turunan dari ajaran Wahabi.

Lembaga Dakwah PBNU Rekomendasikan Pelarangan Wahabi di Indonesia

Sementara itu, di Indonesia, paham Wahabi juga kembali menjadi perbincangan deras. Hal ini bermula dari rekomendasi Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama alias LD PBNU kepada pemerintah agar melarang paham Wahabi di Indonesia.

Rekomendasi tersebut atas dasar penilaian bahwa paham Wahabi berpotensi memecah hubungan sesama muslim dan hubungan umat Islam dengan agama lain. Terlebih lagi, aliran wahabi takfiri yang dinilai gemar mengafirkan ajaran lain yang berbeda dari pandangannya.

“Wahabi takfiri itu menjadi awal gerakan radikal ISIS yang merusak hubungan sesama muslim. Mereka menganut paham kawan (dan) lawan terhadap kelompok lain, dan tidak mau menerima perbedaan pandangan atau kebenaran pihak di luar kelompoknya,” ungkap Ketua PBNU Bidang Keagamaan, Ahmad Fahrurrozi kepada Tempo pada Sabtu, 29 Oktober 2022.

Fakta-fakta Seputar Paham Wahabi

Paham Wahabi Didirikan oleh Muhammad bin Abdul Wahab. Mengutip situs resmi NU, Wahabi merupakan sebutan bagi pengikut ajaran Muhammad bin Abdul Wahab yang wafat pada 1973. Bagi pengikutnya, sosok ini dianggap sebagai tokoh purifikasi atau pemurni ajaran tauhid sesuai teks Al-Quran dan Hadis.

Berdasarkan catatan sejarah, Muhammad bin Abdul Wahab tinggal di Kampung Uyainah, Najd atau sekitar 70 kilometer ke arah barat laut dari Kota Riyadh, Arab Saudi.

Namun, belakangan merujuk situs NU, sejumlah kelompok membantah bahwa ajaran Wahabi berasal dari Muhammad bin Abdul Wahab, tetapi bersumber dari Abdul Wahhab bin Rustum.

Akan tetapi, dalam buku Rekam Jejak Radikalisme Salafi Wahabi: Sejarah, Doktrin, dan Akidah karya A. Ma’ruf Asrori, terdapat lebih banyak bukti dan klaim para ulama bahwa Wahabi berasal dari Muhammad bin Abdul Wahab sebagaimana dilansir oleh situs resmi NU.

Sumber: cnnindonesia.com/Tempo
Editor: Saibansah