Mengenang Sosok Wartawan-Dalang Cerdik, H. Margiono

Cover buku yang ditulis 56 wartawan sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada almarhum H. Margiono. (Foto: Dok. J5NEWSROOM.COM)

EXTRAORDINARY MARGIONO: WARTAWAN CERDIK & DALANG NYENTRIK
Kumpulan Tulisan Mengenang Margiono (1960-2022)

Editor: Ratna Susilowati, Mohammad Nasir
Desain Sampul: Fonda Lapod
Tata Letak: Syah Rizal

ISBN: 978-602-5931-52-9
Cetakan I: Maret 2022

Penerbit RM BOOKS
Anggota IKAPI
Graha Pena Jakarta, Lt. 8
Jln. Kebayoran Lama No.12 Jakarta Selatan 12210 Telp. 021-53699507 (Hunting), Fax. 021-53671716

SELAMA 10 tahun, organisasi wartawan tertua di Indonesia, PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) dipimpin oleh H. Margiono. Sosok wartawan senior yang cerdik dan berwawasan luas.

Selama 10 tahun itu juga, PWI selalu sukses menggelar kegiatan bertaraf nasional, HPN (Hari Pers Nasional). Hajatan insan pers Indonesia itu selalu berhasil digelarnya di berbagai provinsi di Indonesia, bergiliran.

Sebagai wartawan yang juga 10 tahun menjadi pengurus PWI Provinsi Kepri, Pemimpin Redaksi Majalah Siber Indonesia, J5NEWSROOM.COM, Saibansah Dardani pun memiliki kenadangan berinteraksi langsung dengan H. Margiono. Nah, kenandangan itulah yang dituangkannya dalam tulisan berjudul: “H Margiono, Daya Tarik Saya Menghadiri Perayaan HPN”.

Tulisan Saibansah Dardani ini terbit dalam buku berjudul: “EXTRAORDINARY MARGIONO: WARTAWAN CERDIK & DALANG NYENTRIK – Kumpulan Tulisan Mengenang Margiono (1960-2022)”

Berikut ini tulisan Saibansah Dardani yang terbut dalam buku tersebut:

H Margiono, Daya Tarik Saya Menghadiri Perayaan HPN

Oleh Saibansah Dardani

SELAMA 10 tahun saya menjadi pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Pada periode pertama, 2009-2014 saya duduk sebagai Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri. Lalu, pada kepengurusan PWI periode 2014-2018 saya menjabat sebagai sekretaris mendampingi Ramon Damora sebagai ketua.

Di dua periode kepengurusan tersebut, saya dipimpin oleh H. Margiono sebagai Ketua Umum PWI Pusat. Alhamdulillah, selama sepuluh tahun itu pula saya selalu berkesempatan menghadiri perayaan Hari Pers Nasional (HPN) di berbagai provinsi di Indonesia. Apa yang menarik bagi saya untuk menghadiri perayaan HPN itu? Menyaksikan H Margiono berpidato!

Saya tidak tahu pasti, berapa lama waktu yang dialokasikan oleh panitia untuk H Margiono menyampaikan pidatonya. Yang pasti, saya merasakannya sebentar. Karena selama H Margiono menyampaikan pidatonya, saya bisa tertawa lepas, bersama dengan para menteri, para duta besar negara sahabat, para gubernur, para pengusaha nasional, bahkan bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Saya mencatat, ada lebih dari lima poin penting yang disampaikannya. Mungkin lebih. Tapi, setiap poin yang disampaikannya semua jenaka di telinga saya. Meskipun poin itu masalah serius dan berat solusinya, juga besar biayanya. Tapi, dengan gaya pidato H

Margiono yang menyenangkan, pemilihan diksi yang pas, menjadikan alur pidatonya bak stand up commedy. Lucu, tapi berkelas. Bahkan, saya menyaksikan beberapa kali Presiden SBY tertawa sampai giginya terlihat. Padahal, kita tahu bagaimana style Pak SBY yang senantiasa menjaga sikap di depan publik. Tetap saja, H Margiono berhasil membuatnya tertawa lepas. Maklum, selain sebagai wartawan handal, H Margiono juga seorang dalang wayang yang piawai.

Sesekali saya melihat Pak SBY mencatat poin-poin yang disampaikan H Margiono. Mungkin itulah yang akan disampaikannya dalam pidatonya sebagai presiden, merespon pidato H Margiono.

Karena selalu yang menjadi orang terakhir menyampaikan pidato di perayaan puncak HPN adalah presiden. Setiap tahun selalu begitu. Jadi berapa lamanya waktu H Margiono dalam menyampaikan pidatonya itu? Ternyata, Bang Hendry Ch Bangun, wartawan senior yang selama dua periode mendampingi kepengurusan H. Margiono sebagai Sekretaris Jenderal PWI Pusat mencatat, belasan menit! Jadi, selama belasan menit itulah H Margiono menjadi bintang.

Saya tidak melihat ada protokol atau mungkin Paspampres yang mencoba menghentikan H Margiono berpidato. Misalnya mengirim kertas kecil ke podium, atau memberi isyarat dari jauh. Tidak ada. Setidaknya, saya tidak melihatnya. Karena semua hadirin gembira, senang dan menyimak apa yang disampaikan H Margiono.

Itulah yang menjadi daya tarik saya menghadiri setiap perayaan puncak HPN
di berbagai provinsi di Indonesia. Tentu saja, selain dapat bersilaturrahmi
dengan para sahabat sesama wartawan dari berbagai daerah.

1