J5NEWSROOM.COM – GLENMORE merupakan sebuah kecamatan di Banyuwangi yang memiliki nama tidak lazim jika dibandingkan dengan kecamatan lain. Dari berbagai cerita lisan, nama Glenmore berasal dari dua kata Inggris yakni ‘glen’ (bukit) dan ‘more (banyak) untuk menggambarkan daerah berbukit.
Istilah ini pertama kali digunakan Belanda ketika menguasai kawasan perkebunan kopi, karet dan kakao di akhir abad ke-18. Namun, cerita ini tidak didukung oleh bukti yang cukup kuat.
Versi lain menyebutkan bahwa nama Glenmore berasal dari nama seorang pemilik perkebunan asal Skotlandia yang memiliki nama belakang atau marga ‘more’. Tanah perkebunan ini dibeli dari Pemerintah Hindia Belanda untuk dikelola secara mandiri.
Tapi, versi ini juga tidak punya dasar yang cukup kuat. Apalagi, Skotlandia tidak mengenal marga ‘more’. Meski demikian, versi ini memberikan satu petunjuk penting yakni kehadiran orang Skotlandia di Banyuwangi.
Dari beberapa catatan sejarah, orang Skotlandia pertama yang memiliki lahan untuk perkebunan di Banyuwangi adalah Ross Taylor pada awal tahun 1909. Izin pembukaan lahan perkebunan ini ditandatangani Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Johannes van den Bosch pada 24 Februari 1909 dan diumumkan di Javasche Courant pada 30 Maret 1909. Javasche Courant adalah lembar penyebaran informasi tentang perundangan yang menjadi cikal bakal Berita Negara yang dipakai pertama kali tahun 1810 dengan nama Bataviasche Koloniale Courant. Lembar penyebaran ini kemudian berubah menjadi Javasche Courant tahun 1815.
Perkebunan seluas 163.800 hektar yang dibeli Ross Taylor itu dibuka secara resmi tahun 1910. Kepemilikan perkebunan ini sempat berpindah tangan ke penugsaha Liem Tek Hie setelah Perang Dunia II. Tapi, setelah pergolakan politik pertengahan tahun 1960-an, perkebunan ini jatuh ke tangan petani penggarap tahun 1969 hingga kepemilikannya beralih ke Margosuko Group tahun 1980 hingga saat ini.
Taylor diyakini sebagai orang pertama yang menggunakan istilah Glenmore untuk perkebunan ini. Lambat laun nama Glenmore tidak hanya mencakup perkebunan, tapi juga digunakan untuk menyebutkan daerah-daerah di sekitarnya yang memiliki kontur perbukitan. Istilah Glenmore yang digunakan Taylor berasal dari Bahasa Gaelic, bahasa asli Skotlandia yang dipakai Taylor.
Dalam Bahasa Gaelic, Glenmore berarti ‘big glen’ yakni daerah berkontur perbukitan dengan hamparan yang sangat luas. Istilah Glenmore biasa digunakan orang Skotlandia untuk menyebut daerah berkontur perbukitan atau hal-hal yang berhubungan dengan lahan perbukitan.
Selain di Skotlandia, nama Glenmore juga ditemukan di negara lain seperti Amerika, Inggris, Australia, dan lain-lain. Di Inggris ada Glenmore Caravan and Camping Site. Di Wisconsin dan Virginia ada Glenmore Plaza & Hotel. Glenmore juga menjadi nama daerah di Rockhampton, Queensland, Australia. Glenmore sebagai nama kota juga ditemukan di distrik City of Kelowna, British Columbia di Kanada.
Meski identik dengan Skotlandia, Glenmore di Banyuwangi justru mewarisi banyak bangunan bersejarah dari Belanda karena daerah ini pernah menjadi salah satu pusat pemerintahan Belanda di Banyuwangi. Beberapa bangunan masih terawat baik, tapi sebagian lainnya tidak terawat dan hancur.
Beberapa bangunan yang terawat antara lain Stasiun Kereta Api, Pabrik Perkebunan, Rumah Kepala Stasiun, Rumah Tuan Porten (salah satu pejabat perkebunan Glenmore), Pipa Sarengan, Jembatan Kali Takir, Jembatan Kali Jagalan, dan lain-lain. Bangunan-bangunan itu rata-rata dibuat pada tahun 1910 hingga 1927.*