Oleh Dahlan Iskan
SOAL 349 ternyata belum sudah. Bola masih menggelinding. Arahnya masih ke sudut-sudut lapangan. Pemain bintangnya masih Menko Polhukam Mahfud MD.
“Dia itu membawakan kuasa Ilahi,” ujar Romo Benny Susetyo, seorang pastor yang terkenal sebagai aktivis gerakan pembela masyarakat yang lemah.
Romo Benny menilai, tanpa membawakan kuasa Ilahi, Mahfud MD tidak akan mengungkapkan soal kecurigaan pencucian uang di Kementerian Keuangan senilai Rp 349 triliun itu.
Kalau hanya melihat kuasa duniawi, Mahfud akan terjebak pada aturan, prosedur dan tata krama. Kalau Mahfud berpegang kekuasaan di dunia, ia akan berkutat di dalam batas peraturan, etika, dan prosedur.
Secara peraturan, Mahfud akan dipersoalkan. Bolehkah seorang menko mengungkapkan soal itu. Secara etika pun demikian. Dan secara prosedur juga dipersoalkan.
Tapi kalau masalah sebesar itu tidak ada yang mengungkapkannya, bagaimana dengan hasil monitoring PPATK tersebut.
“Kuasa Ilahi di atas peraturan, etika, dan prosedur,” ujar Romo Benny yang kelahiran Malang dan kini bertugas di keuskupan Semarang.
Kini usia Benny 44 tahun. Ia lulus sekolah tinggi teologi dan filsafat Widya Sasana Malang tahun 1996. Tugas pertamanya sebagai pastor di Situbondo. Yakni hanya seminggu setelah sembilan gereja dibakar di sana. Romo Benny punya misi khusus: membina keharmonisan baru di Situbondo. Tugas itu berhasil dijalankan, antara lain karena Benny dekat dengan Gus Dur.
Ia juga dekat dengan Mahfud MD yang pernah menjadi menteri di zaman Presiden Gus Dur. Benny tahu persis reputasi, integritas, dan kemampuan Mahfud. Termasuk kemampuannya membuat langkah kuda: agar sesuatu yang berpotensi terbengkalai menjadi tertangani.
Mahfud seorang loyalis yang kritis dan berintegritas.
Maka Mahfud tidak terlihat gentar sedikit pun. Kudanya juga bukan kuda liar. Ia terlihat cukup bijaksana.
Tokoh kelahiran Pamekasan ini tidak bisa ditantang. Ia balik tantang siapa pun, termasuk tokoh kritis sekelas Rizal Ramli.
Dan kini Mahfud menantang vokalis-vokalis DPR: Benny K. Harman, Arsul Sani, dan Arteria Dahlan.
“Jangan ada yang kabur ketika saya nanti datang ke Komisi III DPR,” ujar Mahfud. “Mereka harus hadir saat dengar pendapat dengan saya nanti,” tambah Mahfud.
Romo Benny sendiri memberi komentar soal kuasa Ilahi tadi justru untuk menanggapi pendapat tokoh-tokoh Komisi III itu. Kini Romo Benny sudah menyandang gelar doktor komunikasi dari Universitas Borobudur, Jakarta. Disertasinya: Konstelasi kekuasaan di balik komunikasi politik Jokowi dalam isu intoleransi. Analisis wacana kritis dalam politik identitas kasus Meliana 2016.
“Dimensi kuasa Ilahi bisa mengatasi kemungkinan terkuburnya kebenaran,” ujarnya.
Maka rapat dengan komisi III DPR itu memang ditunggu banyak orang. Bisa juga banyak yang menginginkan agar rapat itu ditunda. Lalu ditunda lagi. Yang akhirnya terlewat dari jadwal sidang.
Perkembangan terakhir, rapat dengan Komisi III DPR itu dijadwalkan lusa: 29 Maret 2023. Kalau tidak ditunda lagi. Justru selama ini DPR sendiri yang menunda-nunda rapat itu. Semula tanggal 22 Maret. Lalu 25 Maret. Menjadi 29 Maret.
Dalam rapat itu bola memang bisa sangat liar. Bisa jadi pemain berbaju merah justru mengumpan bola ke baju putih. Atau sebaliknya. Pun kalau warna-warna itu begitu banyaknya sampai membuat para pemain bingung: mana kawan dan mana lawan.
Letak gawangnya pun masih belum jelas: di sini atau di sana. Di ujung atau di samping. Lalu bola harus digiring ke mana. Dan apakah harus terjadi gol. Atau biar saja 0-0.
Saya pikir keterangan terakhir Menkeu Sri Mulyani sudah bisa menjadi pemungkas. Ternyata bola masih di tengah.*
Penulis adalah wartawan senior Indonesia