Persahabatan Dr Aqua Dwipayana dan Ventje Suardana Teladani Imam Ali bin Abi Thalib

Dr Aqua Dwipayana dan Ventje Suardana saat menunjukkan buku “Dahsyatnya Silaturahim Bersih Hati dan Bersih Pikiran” sesaat setelah diluncurkan di Graha Pangeran Surabaya pada 10 November 2018.

J5NEWSROOM.COM, Bogor – Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan yang juga Pemimpin Redaksi Portal Berita Tugubandung.id, Erwin Kustiman memiliki pandangan menarik ihwal kisah persahabatan dan persaudaraan “unik” antara Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana dengan sosok pengusaha properti terkemuka, Ventje Suardana.

Persahabatan erat dan sarat nilai-nilai humanisme keduanya mengingatkan Erwin pada kata-kata mutiara dari Sayidina Ali bin Abi Thaliv, menantu Rasulullah Saw, bahwa “Dia yang bukan saudaramu dalam agama adalah saudaramu dalam  kemanusiaan”.

“Betapa keikhlasan, niat mulia, penghormatan dan  kasih sayang kepada orang tua, serta nilai-nilai kebaikan  lainnya telah menjadi bahasa yang universal. Kebaikan-kebaikan itu menyingkirkan segenap sekat karena  perbedaan budaya, bahkan agama,” tulis Erwin dalam testimoninya pada Buku “Humanisme Silaturahim Menembus Batas:  Kisah Inspiratif Persahabatan Aqua Dwipayana-Ventje  Suardana (Satu Kesamaan Yang Mampu Mengalahkan  Sejuta Perbedaan)”.

Hari Kamis 20 April 2023, tepat tujuh tahun persahabatan dua sosok yang sama-sama memiliki jiwa humanis dan rasa sosial yang tinggi, yakni antara Dr Aqua Dwipayana dengan Ventje Suardana.

Dr Aqua Dwipayan dikenal sebagai Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional yang sangat konsisten dan berkomitmen menjalankan praktik silaturahim tanpa henti dalam sisa hidupnya. Satunya lagi, Ventje Suardana adalah Presiden Direktur PT Duta Anggada Reality, sebuah perusahaan besar di bidang properti dan pemilik banyak hotel berbintang di negeri ini yang asetnya mencapai belasan triliun rupiah.

Kadang kita abai pada  perspektif kemanusiaan yang lebih luas. Kita justru kerap bersikap egois dan meniadakan yang lain. Itulah inti  refleksi kisah persaudaraan Dr Aqua Dwipayana dan Ventje Suardana. “Dari keduanya, sisi yang paling saya kagumi dan  menjadi inspirasi adalah begitu tinggi rasa takzim dan penghormatan mereka kepada sosok orang tua. Pak Aqua  –sapaan untuk Aqua Dwipayana– yang kebetulan sudah  ditinggalkan kedua orang tuanya, tetap menunjukkan  jiwa bakti seorang anak kepada orang tuanya,” kata Erwin.

Dr Aqua Dwipayana memang punya kebiasaan yang unik, sangat  menginspirasi, dan membahagiakan sahabat-sahabatnya. Juga kental dengan nilai penghargaan pada orang tua.

“Beliau terbiasa berkunjung ke orang tua sahabat-sahabat  dan kenalannya. Bahkan, ketika sahabat dan kenalannya  itu sedang tidak bersamanya. ‘Bagi saya, orang tua sahabat dan kenalan saya adalah juga orang tua saya sendiri’, begitu dikatakan seorang Dr Aqua Dwipayana,” ujar Erwin lagi.

Nilai positif lain adalah hadirnya jejak kebaikan dan bakti seorang anak yang sangat  takzim dan mendalam kepada orang tua disertai kesantunan bersikap. Hal tersebut juga menjadi salah satu nilai-nilai positif yang mempersatukan Dr Aqua Dwipayana dengan Ventje Suardana.

“Meski saya belum ditakdirkan bersua dengan Direktur Utama PT Duta Anggada Realty tersebut, dari kisah yang diuntai dalam tulisan-tulisan bernas maupun pernyataan Dr Aqua Dwipayana tergambarkan betapa humanisnya sosok  pengusaha kakap asal Surabaya tersebut. Betapa rendah hati dan jernihnya nurani seorang Ventje Suardana. Bahkan, dalam perkara berbakti kepada orang tua, menurut penuturan Aqua, beliau banyak belajar kepada Ventje Suardana. Seorang yang menunjukkan bakti kepada kedua orang tua beliau (Rudy Suardana dan mendiang Susianawati Harlim Suardana) dengan sangat takzim,” tutur Erwin dalam Buku “Humanisme Silaturahim Menembus Batas:  Kisah Inspiratif Persahabatan Aqua Dwipayana-Ventje  Suardana (Satu Kesamaan Yang Mampu Mengalahkan  Sejuta Perbedaan)”

Dengan kerendahhatian dan kebajikan tanpa membedakan sekat apa pun, tambah Erwin, hal itu cukup menjadi bukti kualitas  seorang Ventje Suardana. Nilai-nilai inilah yang mempertautkan kedekatan  Dr Aqua Dwipayana dan Ventje Suardana hingga keduanya  bersahabat sangat erat dan terus menumbuhkan dan  menyemai kebaikan demi kebaikan.

“Saya tidak hanya dekat dengan Pak Ventje, tapi juga dengan keluarga besarnya. Papa dan Mamanya, Bapak Rudy Suardana dan  almarhumah Ibu Susianawati Harlim Suardana, sudah  seperti orang tua saya sendiri. Setiap ada acara di keluarganya saya selalu diundang dan diberi tempat terhormat,” tutur Aqua suatu ketika.

Selama berteman, menurut Aqua Dwipayana, Ventje Suardana sudah banyak membantu dia sekeluarga dan teman-temannya. “Apa pun yang saya minta selalu dipenuhi Pak Ventje tanpa banyak bertanya. Semuanya diberikan tanpa pamrih,” ungkap Dr Aqua Dwipayana.

Dari kisah persahabatan nan erat antara Dr Aqua Dwipayana dan Ventje Suardana, dalam pandangan Erwin, kita bisa memetik banyak pelajaran. Bahwa kebeningan, keikhlasan hati, serta iktikad mulia berbuat kebajikan sesama manusia, menjadi jembatan yang mempertautkan dua manusia dengan latar  belakang budaya beda. Bahkan, keyakinan yang berbeda.  Perbedaan itu menjadi nisbi karena kemanusiaanlah  yang menjadi pegangan.

Persis seperti Imam Ali katakan, “Dia yang bukan saudaramu seiman adalah saudaramu dalam kemanu­siaan.” Sebuah teladan autentik di tengah kondisi berbangsa yang belakangan dilanda krisis persaudaraan dan toleransi berbangsa. Lebih senang mengedepankan perbedaan, alih-alih menggali nilai-nilai kesamaan dalam  kebajikan.

Bukankah kita sudah sama-sama mengetahui bahwa sesungguhnya di antara manusia tidak ada yang paling  mulia, kecuali mereka yang bertakwa kepada Tuhannya. Dan, ukuran ketakwaan salah satunya terlihat dari  bagaimana kita memperlakukan manusia lain. Seluruh  manusia itu bersaudara dalam kemanusiaan. Dan tujuan  kita dihadirkan ke dunia adalah untuk berfungsi dan  memberi manfaat kepada manusia lainnya.

Orang “Aneh” dan Langka

Pertemuan awal dan kemudian berkembang menjadi persahabatan sejati hingga kini, bermula pada Rabu 20 April 2016 malam pukul 22.00 WITA. Saat itu, keduanya dipertemukan di Hotel Hilton Garden Inn Bali Ngurah Rai Airport. Komandan Pangkalan TNI AU Ngurah Rai Bali Kolonel Pnb Danet Hardiyanto kala itu yang memperkenalkan Dr Aqua Dwipayana kepada Ventje Suardana.

Danet sangat tahu bahwa Dr Aqua Dwipayana memiliki jejaring pertemanan sangat luas dan saat yang sama Ventje Suardana juga ada urusan yang mengharuskannya bertemu dengan seseorang yang menjadi sahabat Dr Aqua Dwipayana. Ketika itu, Dr Aqua Dwipayana yang juga dikenal sangat pemurah dan senang menolong orang lain termasuk yang tidak dikenalnya, berjanji akan mempertemukan Ventje Surdana dengan seseorang tersebut.

Awal berkomunikasi, Ventje Suardana sempat kaget dan nyaris tidak percaya. Kenapa? Dalam situasi yang materialistik dan pragmatis ini, ada orang “aneh” dan langka yang berkenan membantu, tapi tidak mau diberi imbalan apa-apa, termasuk uang. Alasannya, melakukannya dengan penuh ketulusan dan keikhlasan. Padahal itu urusan bisnis.

Di awal mereka berkenalan di restoran Hotel Hilton Garden Inn Bali Ngurah Rai Airport, setelah bersalaman dan saat masih berdiri, Dr Aqua Dwipayana dengan gaya blak-blakan bicara lugas apa adanya. Hal itu membuat Ventje Suardana kaget.

“Pak Ventje, saya dapat info dari Mas Danet bahwa Hotel Hilton Garden Inn Bali Ngurah Rai Airport ini besok mau ‘soft launching’. Namun, sampai sekarang belum dapat akses pintu keluar dari pihak Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Saya berteman akrab sama Dirut Angkasa Pura I Bapak Sulistyo Wimboh Hardjito yang membawahi Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Jika Bapak berkenan, saya kenalkan ke beliau untuk membicarakan hal tersebut. Tapi, saya bukan makelar ya. Sehingga jika pertemuan itu terjadi, Bapak jangan memberi saya apa-apa,” tegas Dr Aqua Dwipayana waktu itu.

Mendengar ucapan “bukan makelar” Ventje Suardana kaget sekali. Apalagi Dr Aqua Dwipayana dengan serius menyampaikannya.

Waktu itu dalam hati Ventje Suardana berucap, “Kok ada ya orang aneh seperti ini. Padahal, kebanyakan yang terjadi, belum apa-apa, di awal pembicaraan, orang yang mau membantu sudah minta sejumlah uang atas jasanya. Apalagi, orang itu sadar sedang berhadapan dengan pengusaha besar yang memiliki proyek hingga ratusan miliar rupiah. Di kalangan bisnis itu terkenal dengan sebutan ‘success fee’.”

Selain membicarakan tentang hotel, mereka waktu itu berdiskusi mengenai yang lain. Tidak terasa pembicaraannya berlangsung sekitar 1,5 jam.

Empat hari kemudian, tepatnya Minggu (24/4/2016) Dr Aqua Dwipayana kontak Ventje Suardana. Menginformasikan pertemuan dengan Wimbo, panggilan akrab Sulistyo Wimboh Hardjito pada Rabu (27/4/2023) malam pukul 19.00 di salah satu restoran di Hotel Fairmont Jakarta.

Saat pertemuan itu Dr Aqua Dwipayana hadir. Mengenalkan Ventje Suardana pada Wimbo dan timnya.

Ventje Suardana Terkesan

Sikap Dr Aqua Dwipayana yang “aneh” dan berbeda dari kebanyakan, membuat Ventje Suardana terkesan. Dalam pandangan Ventje Suardana, Dr Aqua Dwipayana merupakan sosok yang begitu ramah dan siap membantu tanpa pamrih semua orang yang membutuhkannya. Termasuk dirinya.

Sejak itu, Ventje Suardana menjalin persahabatan erat tanpa pamrih dengan Dr Aqua Dwipayan hingga sekarang. Bahkan, eratnya pertemanan keduanya menjadikan kedua sosok ini sudah seperti saudara walaupun berbeda latar belakang budaya dan agama. Dalam setiap kegiatan sosial, keduanya juga senantiasa bahu-membahu memberikan kebaikan kepada sesama.

Dr Aqua Dwipayana mengenang pertemuan dengan Ventje Suardana tujuh tahun lalu sebagai rezeki yang luar biasa bagi dirinya, keluarga, saudara-saudara, dan teman-temannya. Merupakan berkah yang nilainya melebihi materi berapa pun juga.

Pertemuannya dengan Ventje Suardana waktu itu berlajut hingga ke persaudaraan. Semuanya terjadi secara alamiah yang dilandasi niat baik, ketulusan, dan keikhlasan.

Setelah ketemu Ventje Suardana, rezeki Dr Aqua Dwipayana terus bertambah. Wujudnya bukan materi namun lebih dari itu.

Ventje Suardana mengenalkan Dr Aqua Dwipayana kepada kedua orang tuanya Rudy Suardana dan Susianawati Harlim Suardana. Mereka menerima Dr Aqua Dwipayana seperti anaknya sendiri. Di sisi lain, bapak dari Alira Putri Dwipayana dan Savero Karamiveta itu menemukan sosok pengganti kedua orang tuanya yang telah lama meninggal.

Sesibuk-sibuknya Dr Aqua Dwipayana, sebulan minimal sekali menyempatkan silaturahim ke orang tua Ventje Suardana yang tinggal di Surabaya. Ada rasa syukur penuh bahagia setiap dia ketemu Rudy dan istrinya Susianawati.

Setiap ke Bali,  Dr Aqua Dwipayana sengaja transit beberapa jam di Bandara Juanda Surabaya di Sidoarjo. Begitu juga saat kembali dari Bali selalu melakukan hal yang sama.

Tujuannya hanya satu yaitu silaturahim ke Rudy dan Susianawati. Dr Aqua Dwipayana merasa sangat bersyukur setiap ketemu mereka. Hal pertama yang dilakukannya adalah mencium tangan keduanya sebagai wujud rasa hormat seorang anak kepada orang tuanya.

Karena telah dianggap sebagai keluarga, sehingga terkadang Rudy dan Susianawati menerima Dr Aqua Dwipayana di kamar mereka. Begitu seringnya silaturahim ke mereka sehingga doktor Komunikasi lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (Fikom Unpad) itu sangat familiar dengan rumah mereka yang di Surabaya.

Dr Aqua Dwipayana merasa sangat kehilangan dan terpukul sekali saat Susianawati meninggal pada Sabtu pagi 21 Oktober 2017. Ketika itu anggota Dewan Pakar Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Pusat itu sedang tugas ke Korea Selatan bersama rombongan mahasiswa S3 Fikom Unpad.

Ventje Suardana yang menyampaikan berita duka itu. Saat menerima kabar duka cita tersebut, Dr Aqua Dwipayana bersama rombongan dari Fikom Unpad sedang di bus di Kota Seoul, Korea Selatan.

Dengan hati-hati Ventje Suardana menyampaikan berita duka cita itu lewat telefon. “Selamat pagi Pak Aqua. Saya mau menyampaikan berita duka. Mami saya baru saja meninggal di Surabaya. Bapak tidak usah segera pulang. Tuntaskan semua agenda di Korea Selatan. Pemakamannya masih beberapa hari lagi.”

Ventje Suardana sengaja berpesan agar tidak segera pulang dan menuntaskan semua urusan di Korea Selatan karena khawatir Dr Aqua Dwipayana begitu mendengar kabar Maminya meninggal, langsung kembali ke Tanah Air untuk melayat. Itu bisa saja terjadi karena hubungan emosional dan kedekatan selama ini dengan orang tuanya.

Ventje Suardana (tengah) didampingi Dr Aqua Dwipayana (kiri) memberi bingkisan kepada Kurnia (kanan), salah seorang yang tergabung dalam rombongan umroh The Power of Silaturahim (POS) III.

Menyimak berita duka itu Dr Aqua Dwipayana langsung meneteskan air mata. Merasa kehilangan seorang Ibu yang selama ini sangat baik pada dirinya. Penuh perhatian dan kasih sayang.

Hal serupa dirasakan Dr Aqua Dwipayana saat menerima pesan mengejutkan dari Ventje Suardana atas meninggalnya Papinya, Rudy Suardana pada Rabu 22 Februari 2023, pukul 04:45 waktu Singapura.

Saat menerima pesan duka cita dari Ventje Suardana, Dr Aqua Dwipayana masih istirahat di Hotel Golden Tulip Holland Resort Batu, Jawa Timur. Setelah malamnya silaturahim sambil makan malam di resto Skydome Lounge & Bar sama pemilik hotel itu: Sonny Njonoriswondo dan Linggarjanto Boedi Oetomo.

Begitu mendapatkan pesan tersebut, Dr Aqua Dwipayans segera membalasnya dan disampaikan kepada sang sahabat. “Selamat pagi Pak Ventje. Saya sekeluarga turut berduka cita atas meninggalnya Pak RUDY. Semoga beliau tenang di surga bersama Bu RUDY serta seluruh keluarga yang ditinggal tabah menerima cobaan ini. Aamiin…”

Dalam lanjutan pesannya, Dr Aqua Dwipayana mengatakan, “Mohon Bapak bersabar ya. Sejak 1994 pertama kali Pak RUDY terkena serangan stroke hingga beliau menghembuskan nafas yang terakhir pada Rabu pagi, 22 Februari 2023 ini, Pak VENTJE telah melakukan upaya maksimal yang terbaik untuk kesembuhan Pak RUDY. Juga buat Bu RUDY,” tulis Dr Aqua dalam balasan pesannya.

Menurut Dr Aqua Dwipayana, Tuhan telah memilih hari terbaik buat Rudy untuk menghadap-Nya. “Pak RUDY meninggal ketika umat Katolik di seluruh dunia pada 22 Februari 2023 ini memasuki Pra Paskah dengan merayakan Ekaristi Rabu Abu. Manusia diciptakan TUHAN dari Abu dan akan kembali menjadi Abu. Perayaan ini mengingatkan pada manusia dalam hal penciptaan, bahwa akhirnya setiap orang akan kembali padaNYA,” tulis Dr Aqua Dwipayana.

Saat menulis pesan WA tersebut, Dr Aqua Dwipayana tak kuasa menahan lelehan air mata yang mengalir deras. Dirinya turut merasakan kesedihan mendalam atas kepergian sosok Rudy.

Sangat Nyaman Berkomunikasi

Di sisi lain Ventje Suardana sangat nyaman selama berkomunikasi sama Dr Aqua Dwipayana. Pria sukses yang rendah hati itu merasa ada teman untuk mendiskusikan berbagai hal terutama tentang kehidupan.

Ventje Suardana telah menganggap Dr Aqua Dwipayana sebagai adiknya sendiri dan sangat mempercayainya. Sehingga  ketika berkomunikasi selalu terbuka. Tidak ada yang dirahasiakannya.

Mereka selama tujuh tahun terakhir intens berkomunikasi. Selain berbicara lewat telefon, juga sering ketemu. Tempatnya tidak hanya di Jakarta tetapi juga di kota-kota lainnya termasuk Singapura.

Setiap berkomunikasi baik ketemu langsung maupun lewat telefon, durasinya lumayan lama. Bisa berjam-jam. Karena ngobrolnya akrab sehingga tanpa terasa mereka bicara lebih dari satu jam.

Saat berbicara lewat telefon biasanya malam hari di atas pukul 22.00. Setelah Ventje Suardana tiba di rumahnya dari kantor. Mereka bisa ngobrol hingga dini hari.

Pembicaraannya mengalir seperti air. Beragam topik mereka bicarakan. Mulai dari hal yang sedang aktual hingga yang sangat pribadi.

Ventje Suardana merasa cocok dengan Dr Aqua Dwipayana. Setiap berkomunikasi dengannya, tidak ada satu pun pertanyaannya yang tidak dijawab Ventje Suardana. Rasanya hubungan mereka lebih dari saudara sehingga komunikasinya terbuka dan apa adanya.

Karena telah menganggap Dr Aqua Dwipayana sebagai adiknya sendiri, Ventje Suardana tidak pernah ragu meminta masukan tentang apa saja. Dia yakin mantan wartawan di banyak media besar itu memberikan saran terbaik.

Selama mereka berkomunikasi, tanpa diminta Ventje Suardana, Dr Aqua Dwipayana terkadang memberikan masukan dan pandangan tentang suatu hal. Melakukannya tanpa beban karena sama sekali tidak ada kepentingan apa-apa.

Biasanya Ventje Suardana senang dengan berbagai masukan yang disampaikan Dr Aqua Dwipayana. Dengan senang hati melaksanakannya karena sangat yakin tujuannya positif dan baik.

Antar keluarga mereka juga dekat. Ventje Suardana mengenal dengan sangat dekat keluarga Dr Aqua Dwipayana. Begitu juga sebaliknya.

Semakin Meluas dan Kuat

Kisah persahabatan dan eratnya silaturahim antara Dr Aqua Dwipayana dengan Ventje Suardana pada akhirnya mengundang banyak kesan mendalam dari banyak kalangan. Mereka terutama para sahabat dan pihak yang dekat dengan Dr Aqua Dwipayana. Mereka pula yang kemudian diperkenalkan oleh Dr Aqua Dwipayana kepada sosok Ventje Suardana sehingga jalinan dan jejaring silaturahim tersebut semakin meluas dan kuat.

Ventje Suardana dan istri Heny Ventje menjamu Dr Aqua Dwipayana di salah satu resto di Surabaya seusai pemakaman Rudy Suardana, sebelum meninggalkan Surabaya untuk kembali ke Jakarta

Menurut  Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) 2019-2021 Letnan Jenderal TNI Purn Dr (HC) Doni Monardo, Dr Aqua Dwipayana adalah seseorang yang mampu menjalin persahabatan dan berkawan akrab  dengan siapa pun sekalipun berbeda status sosial dan ekonomi.

“Termasuk,  persahabatan antara Dr Aqua Dwipayana dan Venje Suardana, pengusaha properti yang juga direktur utama PT Duta Anggada Realty. Meskipun banyak perbedaan, Dr Aqua Dwipayana dan Ventje Suardana dapat bersatu padu sebagai sahabat dan saudara yang  saling asah, asih, dan asuh, saling menguatkan, mengisi,  dan menolong,” demikian disampaikan pria yang juga pernah menjabat Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Nasional ini dalam pengantar Buku “Humanisme Silaturahim Menembus Batas:  Kisah Inspiratif Persahabatan Aqua Dwipayana-Ventje  Suardana (Satu Kesamaan Yang Mampu Mengalahkan  Sejuta Perbedaan)”.

Menurut Doni pula, sebagai Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional, kiprah  Dr Aqua Dwipayana tidak hanya pada tataran verbal. Lebih dari itu, Dr Aqua Dwipayana mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. “Salah  satu ciri yang menonjol ialah konsistensinya menjalin  silaturahim dengan siapa saja tanpa memandang latar belakang suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Pijakannnya sosial kemanusiaan dengan prinsip kesetaraan,” kata Doni lagi.

Hal senada diutarakan Guru Besar Ilmu Komunikasi dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Prof Dr Deddy Mulyana, MA, PhD. Menurut pria dengan reputasi akademik mendunia tersebut, spirit humanisme itulah yang memuluskan jalinan silaturahim dan komunikasi seorang Aqua Dwipayana dengan banyak orang yang sangat beragam latar belakang budaya.

“Tidaklah heran jika Aqua Dwipayana pun mampu menjalin persahabatan sampai tingkatan seperti saudara sendiri dengan Ventje Suardana, Direktur Utama PT Duta Anggada Realty dan pemilik sejumlah hotel berbintang di sejumlah kota, termasuk Jakarta, dan Bali, yang juga saya kenal secara pribadi. Aqua Dwipayana seorang Muslim Minangkabau, sedangkan Ventje Suardana seorang Tionghoa beragama Katolik. Aqua Dwipayana lahir dari keluarga biasa, sedangkan Ventje Suardana dari keluarga pengusaha. Aqua Dwipayana yang lahir-besar di Pematang Siantar, Sumatera Utara, itu produk pendidikan dalam negeri, sedangkan Ventje Suardana alumnus Washington State University, Amerika Serikat,” urai Prof Deddy panjang lebar.

Namun, ungkap pria yang sudah dianggap sebagai orang tua sendiri oleh Dr Aqua Dwipayana itu,  berbagai perbedaan itu bukan penghalang bagi mereka untuk menjalin persahabatan dan persaudaraan. “Itu semua tentu karena jalinan silaturahim dan komunikasi mereka dilandasi spirit humanisme,” kata Prof Deddy.

Bereskalasi ke Persaudaraan

Sementara itu, menurut seorang wartawan senior yang juga pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Nurcholis MA Basyari, persahabatan antara Dr Aqua Dwipayana dan Ventje Suardana yang bereskalasi ke persaudaraan itu tergolong cukup unik. Latar belakang mereka  berbeda di sana-sini tapi ada kesamaan kuat yang mengalahkan semua perbedaan tersebut dan menyatukan mereka berdua dalam tali persahabatan yang kuat.

“Kedua-duanya sama-sama satu hati dalam humanisme. Terutama berbakti kepada orang tua dan menebar kebajikan bagi sesama. Dalam berbakti kepada kedua orang tua, Ventje Suardana bahkan tergolong sangat radikal. Beliau merawat dan mengurus ibundanya, Susianawati Harlim Suardana, hingga akhir hayat pada 21 Oktober 2017,” ucap Nurcholis.

Di tengah kesibukannya sebagai Dirut dan pelaku bisnis, kata Nurcholis, Ventje Suardana dengan enteng mondar-mandir  Jakarta-Surabaya atau Jakarta-Singapura hanya untuk menengok dan menjenguk sehingga bisa berada di dekat kedua orang tua beliau. Itu pula yang terus dilakukan terhadap ayahnya,  Rudy Suardana, yang bolak-balik juga dirawat di Rumah Sakit Mount Elizabeth Singapura.

“Sejak 4 Oktober 2019, Pak Rudy kembali dirawat di Rumah Sakit Mount Elizabeth. Paling telat dua pekan sekali Pak Ventje Suardana terbang ke Singapura untuk menjenguk dan menemani ayahanda yang sangat  dicintainya itu di kamar 8220,” ucap Nurcholis mengenang Rudy Suardana sendiri yang telah meninggal dunia dalam usia 85 tahun pada Rabu, 22 Februari 2023 pukul 04.45 WIT di Rumah Sakit Mount Elizabeth Singapura.

Editor: Saibansah