Antusiasnya Para Guru Ponpes UIC Batam Serap Ilmu Dr Aqua Dwipayana

Catatan Safari Silaturahim Dr Aqua Dwipayana di Provinsi Kepri (Bagian-4)

Dr Aqua Dwipayana saat sharing komunikasi dan motivasi dengan para guru Ponpes Ulul Ilmi Cendekia Batam. (Foto: Saibansah/J5NEWSROOM.COM)

BARU saja diskusi yang mengasyikkan dengan tim redaksi BATAMTODAY.COM dan Majalah Siber Indonesia J5NEWSROOM.COM, Senin 12 Juni 2023, di Komplek Oriana Blok A. 02 No. 08, Batam Centre, Batam, Kepulauan Riau (Kepri) berakhir, Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana langsung bergerak menembus hujan menuju Sekupang Batam. Karena di sana para guru Pondok Pesantren (Ponpes) Ulul Ilmi Cendekia (UIC) Batam sudah menunggunya.

Saat sampai di ‘Bundaran Madani’ Batam Center, terdengar suara kumandang adzan dhuhur. Pesan singkat dari Ketua Yayasan Pendidikan Islam Kepri (YPIK) Dr Hardi Selamat Hood pun masuk, mengabarkan dirinya sudah menunggu Dr Aqua Dwipayana untuk makan siang di Restoran Nada Seafood dekat Jembatan Patam Lestari. Bagaimana kisah Safari Silaturahim Dr Aqua Dwipayana di Provinsi Kepri? Berikut lanjutan catatan wartawan Majalah Siber Indonesia J5NEWSROOM.COM Saibansah Dardani yang berkesempatan membersamainya selama dua hari itu.

Pertemuan Dr Aqua Dwipayana dengan Dr Hardi Selamat Hood di Restoran Nada Seafood seperti layaknya dua orang sahabat yang telah lama karib. Padahal, selama ini keduanya hanya berkomunikasi via telepon genggam. Tetapi pertemuan makan siang itu membuktikan betapa dahsyatnya arti silaturahmi. The Power of Silaturahmi.

Kami makan siang bersama dengan Pimpinan Ponpes UIC, Dr. Mohammad Bakir M.Ag, pemimpin perusahaan Majalah Siber Indonesia, J5NEWSROOM.COM, Adil Abdul Hakim dan tim redaksinya, serta guru Ponpes UIC Batam. “Inilah berkah dari The Power of Silaturahmi ya bang Aqua, akhirnya kita semua bisa berkumpul semua di sini,” ujar Dr Hardi Selamat Hood yang juga kandidat anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia dari Provinsi Kepri itu.

Makan siang di pinggir laut dengan diiringi hujan membuat menu-menu yang terhidang di meja panjang itu semakin terasa nikmatnya. Ada gulai ikan laut, udang dan sotong goreng, sayuran dan tak lupa siput laut khas Batam yang biasa kami sebut dengan ‘gonggong’. Semuanya begitu nikmatnya siang itu, ditingkahi dengan obrolan hangat dengan Dr Hardi Selamat Hood yang tak pernah kering dengan joke jenakanya.

Sayangnya, perbincangan santai sambil makan siang kami itu tak bisa berlama-lama, karena para guru Ponpes UIC Batam sudah menunggu Dr Aqua Dwipayana.

“Sungguh ini suatu kehormatan bagi kami karena mendapat kesempatan luar biasa untuk menyerap ilmu dari Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana,” ujar Dr Hardi Selamat Hood sebelum dimulainya kegiatan Sharing Komunikasi dan Motivasi dengan Dr Aqua Dwipayana.

Mantan wartawan berbagai media besar nasional itu menyampaikan topik “Menjadi Hebat dengan Akhlaq”. Disampaikannya, bahwa kredibilitas sering kali digunakan untuk menggambarkan sikap seseorang atau suatu lembaga. Hal ini juga harus disadari oleh setiap pegawai termasuk para guru yang menjadi representasi pondok pesantren tempatnya mencari nafkah.

“Kredibilitas juga bermakna kualitas, kapabilitas, atau kekuatan untuk menimbulkan kepercayaan. Termasuk kredibilitas diri yang harus dibangun dan terus dijaga konsistensinya untuk menjaga kepercayaan pihak lain. Mengedepankan akhlak mulia adalah konsekuensi utama para pegawai termasuk guru,” ungkap Dr Aqua Dwipayana.

BACA JUGA: Sharing Komunikasi dan Motivasi Dr Aqua Dwipayana dengan J5NEWSROOM.COM Seperti Rapat Redaksi

Menurut bapak dari Alira Vania Putri Dwipayana dan Savero Karamiveta Dwipayana ini, semua pegawai di lingkungan pendidikan dituntut untuk terus belajar dan meningkatkan kompetensi komunikasi. Ini merupakan hal mendasar dalam upaya mewujudkan kualitas koordinasi antarunit kerja guna memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu.

“Untuk itu mari terus belajar komunikasi. Ini adalah aspek terpenting dalam penanganan bidang apapun termasuk di pendidikan, tapi seringkali pula setiap masalah bersumber dari minimnya kemampuan dalam berkomunikasi,” ucap Staf Ahli Ketua Umum KONI Pusat Bidang Komunikasi Publik ini.

Dr Aqua Dwipayana menegaskan komunikasi efektif sangat penting dalam dunia pendidikan termasuk pondok pesantren. Pasalnya, selain mempunyai tugas sebagai tenaga pendidik, para guru juga harus mampu membimbing sebagai teman serta fasilitator bagi siswanya. Setiap tenaga pendidik dan kependidikan satu sama lain juga harus menciptakan suasana komunikasi yang nyaman.

Kiri-Kanan: Pimpinan Ponpes UIC Batam, Dr. Mohammad Bakir M.Ag, Ketua Yayasan YPIK UIC, Dr. Hardi Selamat Hood dan Dr Aqua Dwipayana. (Foto: Humas Ponpes UIC Batam)

“Salah satu kunci menjadikan proses pembelajaran menarik dan menyenangkan adalah siswa yang mampu berkomunikasi secara efektif pada gurunya. Karena komunikasi menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan proses pembelajaran. Demikian juga antara guru dengan pegawai dan sebaliknya,” ujar Dr Aqua Dwipayana.

Untuk itu, pria yang tak pernah henti keliling negeri untuk menyampaikan Sharing Komunikasi dan Motivasi ini,  memberikan lima kunci sukses melakukan komuniksi yang baik yakni melalui penerapan REACH Plus AC. Laksanakan hal ini secara terus menerus.

Menurut Dr Aqua Dwipayana selama ini REACH Plus AC terbukti sukses mengatasi berbagai persoalan komunikasi. Jadi semua pegawai di pondok pesantren termasuk guru agat menjalankan saja secara konsisten. Aspek pertama adalah sikap menghargai orang lain tanpa kecuali yang diwakili dengan kata “Respect”.

Penulis buku ‘super best seller’ trilogi The Power of Silaturahim ini menegaskan di mana pun kita berada, jangan pernah menganggap remeh siapa pun. Hormati dan hargai semua orang yang berkomunikasi dengan kita termasuk para siswa. “Jangan karena punya jabatan, merasa lebih hebat dari yang lain. Sehingga tidak menghargai orang lain,” kata pria yang selalu bicara apa adanya ini.

Amanah sebagai tenaga pendidik dan kependidikan ujar Dr Aqua Dwipayana, sebaiknya dimanfaat sebaik-baiknya dengan menghargai semua orang. Sehingga semuanya merasa nyaman saat  bekomunikasi.

Selain itu, tambah Dr Aqua Dwipayana, mereka yang diajak berkomunikasi tidak ragu-ragu menyampaikan berbagai informasi. Sedikit banyak info yang disampaikan mereka bermanfaat.

“Jadi para guru selain harus saling menghormati sesama guru, juga agar bersikap sama kepada seluruh siswa dan orang tuanya. Saat melakukan itu jangan bersikap diskriminatif sehingga ada yang tersakiti,” pesan Dr Aqua Dwipayana.

Makan siang bersama dengan Ketua Yayasan YPIK (Yayasan Pendidikan Islam Kepri) Dr. Hardi Selamat Hood Ph.D di Restoran Nada Seafood di dekat Jembatan Patam Lestari. (Foto: Saibansah/J5NEWSROOM.COM)

Kedua adalah sikap ’empathy’ (empati). Semua kalangan pondok pesantren harus bisa merasakan yang dirasakan orang lain. Ini juga penting buat para guru kepada seluruh siswanya. “Upayakan bisa merasakan yang dialami orang lain. Dengan begitu semuanya merasa nyaman. Apalagi kalau kemudian dapat membantu mengatasi kesulitan mereka,” tutur Dr Aqua Dwipayana.

Ketiga, tambah motivator ulung ini adalah Audible atau dapat dimengerti yaitu semua yang disampaikan dengan mudah dipahami seluruh orang meski latar belakang termasuk pendidikannya berbeda-beda.

“Dari pengalaman saya yang paling mendasar dari hal itu adalah sikap rendah hati, mau belajar, dan saling menghargai. Contohnya ketika saya belajar di Ilmu Komunikasi, dengan tegas saya katakan ada beberapa dosen saya yang pendidikannya S3 tapi tidak komunikatif. Kondisi ini menyedihkan sekali,” beber Dr Aqua Dwipayana.

Sebab, sejatinya dosen punya aset yang luar biasa yaitu mahasiswa. Artinya, jika ada dosen yang bisa memelihara cara berkomunikasi efektif dengan mahasiswa itu menjadi kekayaan yang luar biasa. Kekayaan dalam hal jejaring dan pembentukan karakter. Begitu juga para guru di pondok pesantren kepada semua siswanya.

Lebih jauh, menjadi seorang guru, ucap Dr Aqua Dwipayana, diharapkan bukan sekadar paham ilmu, melainkan juga cara penyampaian dan praktiknya. “Pernah terjadi ketika saya mengisi materi di suatu daerah ada seorang dosen yang tunjuk tangan bertanya kepada saya. Ia adalah dosen kewirausahaan selama puluhan tahun dan menghasilkan ribuan mahasiswa menjadi sarjana tapi mengeluh karena sampai saat ini belum ada satupun mahasiswanya yang sukses menjadi wirausaha,” kata Dr Aqua Dwipayana mengisahkan.*