J5NEWSROOM.COM, Gaza – Pasukan Israel memerangi militan Palestina di sebuah kamp pengungsi perkotaan dan di luar gerbang sebuah rumah sakit terdekat pada Selasa (21/11/2023) sewaktu militer memperluas operasi di Gaza utara, di mana penduduknya tidak memiliki listrik, air atau akses untuk bantuan kemanusiaan selama berminggu-minggu.
Garis depan perang, yang kini memasuki minggu ketujuh, telah bergeser ke kamp Jabaliya, sebuah bangunan beton padat di dekat Kota Gaza yang menampung para pengungsi dari perang tahun 1948 dan keturunan mereka. Israel telah membombardir daerah tersebut selama berminggu-minggu, dan militer mengatakan militan Hamas telah berkumpul kembali di sana dan di distrik-distrik timur lainnya setelah terusir dari sebagian besar Kota Gaza.
Pertempuran juga meningkat di luar Rumah Sakit Indonesia di pinggiran Jabaliya, di mana serangan menewaskan 12 orang pada hari Senin. Pejabat kesehatan mengatakan pada hari Selasa bahwa ratusan pasien dan pengungsi terjebak di dalamnya dengan persediaan yang berkurang setelah sekitar 200 orang dievakuasi sehari sebelumnya.
Perang yang dipicu oleh serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober ke Israel telah menimbulkan banyak korban jiwa bagi warga sipil Palestina, terutama mereka yang tetap tinggal di wilayah utara setelah Israel berulang kali meminta mereka untuk mengungsi ke wilayah selatan.
Tidak jelas berapa banyak orang yang masih tinggal di wilayah utara, namun badan PBB untuk urusan pengungsi Palestina memperkirakan sekitar 160.000 orang masih berada di tempat-tempat penampungan di sana, meskipun mereka tidak lagi mampu menyediakan layanan. Sekitar 1,7 juta warga Palestina, atau sekitar tiga perempat penduduk Gaza, telah meninggalkan rumah mereka.
Ratusan ribu pengungsi telah memadati sekolah-sekolah yang dikelola PBB dan fasilitas lainnya di Gaza selatan. Ketika tempat penampungan meluap, orang-orang terpaksa tidur di jalanan di luar, dengan sedikit tempat berlindung dari hujan musim dingin yang melanda wilayah tersebut dalam beberapa hari terakhir.
Di seluruh Gaza, terjadi kekurangan makanan, air dan bahan bakar untuk generator yang menggerakkan infrastruktur dasar. Juga terjadi pemadaman listrik di seluruh wilayah sejak Israel menghentikan impor bahan bakar pada awal perang.
Israel terus menyerang apa yang disebutnya sebagai sasaran-sasaran militan di seluruh Gaza, termasuk di zona evakuasi selatan. Serangan Israel ini sering kali menewaskan perempuan dan anak-anak. Para pejabat Israel mengatakan militere mereka akan segera memperluas operasinya di selatan.
Puluhan ribu warga Palestina di utara telah berlindung di rumah-rumah sakit, namun rumah-rumah sakit tersebut terus-menerus dikosongkan ketika pertempuran mencapai gerbangnya, dan sebagian besar rumah sakit itu tidak lagi beroperasi.
Marwan Abdallah, seorang pekerja medis di Rumah Sakit Indonesia dekat Jabaliya, mengatakan pertempuran sengit menghalangi ambulans untuk membawa orang-orang yang terluka.
Munir al-Boursh, seorang pejabat senior Kementerian Kesehatan yang mengatakan ia berada di dalam rumah sakit itu, mengatakan kepada televisi Al-Jazeera melalui telepon bahwa pasukan Israel telah mengepung rumah sakit tersebut, memaksa petugas kesehatan untuk menguburkan 50 jenazah di halaman. “Situasinya tidak terbayangkan,” katanya. “Kami terjebak di dalam rumah sakit.”
Para pejabat Palestina mengatakan tembakan militer Israel menghantam rumah sakit tersebut pada hari Senin, menewaskan 12 orang. Israel membantah menembaki rumah sakit tersebut, namun mengatakan pasukannya membalas tembakan ke arah militan yang menarget mereka dari dalam.
Sekitar 200 pasien yang terluka dan rekan-rekan mereka dievakuasi dari rumah sakit itu ke Gaza selatan pada hari Senin, namun hingga 600 orang yang terluka dan sekitar 2.000 warga Palestina yang mengungsi masih terjebak di sana, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah