J5NEWSROOM.COM, Pekanbaru – Cawe-cawe presiden atau campur tangan penguasa pemilik kekuasaan dalam pemilihan langsung presiden, tidak hanya merusak melainkan akan meluluhlantakkan demokrasi di negeri ini. Namun begitu, tetap saja terdapat harapan perbaikan. Semua tergantung pemimpin yang dipilih dalam Pilpres 2024 mendatang.
Pilihannya tidak banyak, hanya dua. Memilih pemimpin yang mendukung status quo atau perubahan. Demikian kesimpulan yang diperoleh berdasarakan hasil diskusi refleksi akhir tahun dosen-dosen muda Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unri merespon Pilpres 2024, bertempat di Kantin, Fisip Unri Pekanbaru Riau, (28/12/2023).
Wakil Dekan tiga Fisip, Dr. Saiman Pakpahan menjelaskan jika kegiatan diskusi ini dilaksanakan sebagai bukti kepedulian para akademisi Fisip merespon Pilpres 2024. “Diskusi dengan tema, ‘Cawe-cawe Penguasa dalam Pilpres 2024 merusak, memporakporanda, menghancurlebur atau meluluhlantak demokrasi’ ini, menunjukan respon para akademis Fisip khususnya yang muda-muda,” jelasnya.
Dengan latarbelakang respon itu pula, menurut doktor ilmu hubungan internasioanl ini, diskusi wajib menjawab tiga pertanyaan utama. Pertama, apa konsekuensinya jika terjadi kecurangan melalui cawe-cawe penguasa dalam Pilpres?
Kedua, apa upaya kampus dalam merespon kecurangan melalui cawe-cawe penguasa tersebut? Ketiga, merespon isu dua pilihan mendukung status quo atau perubahan, wajibnya masyarakat kampus khususnya Fisip Unri pada pilihan mana?
Menjawab pertanyaan tersebut, Saiman menyerahkannya kepada si empunya hak pilih. “Pilih status quo atau perubahan.”
Oleh karena pemilu Presiden waktunya hanya dalam hitungan bulan, dia berharap pilpres menjadi usaha strategis masyarakat dan bangsa ini menentukan nasibnya ke depan. “Yang pasti cawe-cawe seorang presiden dengan melakukan intervensi kekuasaan pada pemilu, jelas melanggar, tidak saja etika melainkan juga konstitusi serta deretan regulasi turunannya. Dalam kondisi ini pula jangan sampai kampus, khusus Fisip Unri di akhir tahun, tidak peduli alias non responding,” jelas alumni universitas Padjajaran Bandung ini.
Hadir dalam diskusi akhir tahun ini dosen-dosen muda Fisip Unri berasal dari berbagai jurusan dan program studi (prodi). Ismandianto, Tantri Puspitasari, Chelsyi (dosen prodi komunikasi), M. Rafi, Agus Susanto, dan Hazqon (dosen prodi Ilmu Pemerintahan), Tuah Kalty (prodi hubungan internasional), dan Fadli (prodi administrasi Publik).
Diskusi Fisip akhir tahun ini dipandu moderator Ismandianto, dosen prodi Ilmu Komunikasi. Diakhir acara sebagai penutup, Isman menjelaskan bahwa diskusi ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang mendukung pembukaan ruang palayanan umum Fisip Unri pada Rabu, 3 Januari 2024 mendatang.
Editor: Agung