Pilihan Diksi dan Frasanya Bukti Abah Alia Banyak Membaca

Budayawan Rida K Liamsi (kiri) bersama Presiden Penyair Sutardji Calzoum Bachri, sastrawan Taufik Ikram Jamil dan Kadis Kebudayaan Provinsi Riau, Yoserizal Zen (kanan) saat membezuk sahabatnya almarhum Prof Tabrani Rab. (Foto: Kadis Kebudayaan Riau, Yoserizal Zen)

LAPORAN: Fifi Ch

Menggenggam Batu

Puisi Abah Alia – Pecinta Sang Kekasih

mudah bagimu menggenggam batu menjadi emas
tapi kau pilih batu jadi pengganjal perut nan lapar

mudah bagimu menggenggam batu menjadi intan
tapi lebih kau pilih donasi dari usman

mudah bagimu menggenggam batu menjadi permata
tapi kau pilih berhutang pada yahudi dengan jaminan baju besi

mudah bagimu menggenggam batu menjadi zamrud
tapi lebih kau pilih butiran kurma dari kuli panggul

mudah bagimu menggenggam batu menjadi safir
tapi lebih kau pilih menjadi musafir nan fakir
musafir bersama fakir bukan para kikir
merengkuh hamparan bumi menebar cinta tak bertepi

mudah bagimu menggenggam batu menjadi…

batam 27122023

J5NEWSROOM.COM, Batam – Setelah membaca puisi berjudul “Menggenggam Batu” karya Abah Alia si Pecinta Sang Kekasih, budayawan Kepri yang juga wartawan senior Rida K Liamsi mengomentari puisi tersebut, bagus dan  religius.

Selain itu, budayawan kelahiran Dabo, Singkep, Lingga Provinsi Kepri, 17 Juli 1943 itu mengungkapkan, puisi Abah Alia ini pilihan diksi dan frasanya juga bagus, tandanya banyak membaca.

BACA JUGA: Mengenang Thab

“Bagus. Puisi religi. Pilihan diksi dan frasanya bagus tanda dia banyak membaca. Berilmu,” ujar Rida K Liamsi kepada J5NEWSROOM.COM, Ahad (31/12/2023).

Mantan wartawan Majalah Tempo itu juga memberi saran kepada Abah Alia, pengulangan frasa yang membuat rima puisinya menjadi kuat. “Tinggal terus menulis dan membaca karya-karya sufistik yang terkenal,” ungkap penerima gelar kehormatan adat, Datuk Seri Lela Budaya dari Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau itu.

BACA JUGA: Catatan untuk Dr M (Mahathir)

Selain itu, Rida juga menambahkan saran kepada Abah Alia agar dirinya tetap fokus menulis puisi-puisi religius. Apalagi penulisnya juga alumni pesantren yang paham ilmu-ilmu agama Islam. “Tetaplah fokus menulis puisi-puisi religius, meski diterpa anena cobaan hidup yang makin hedonistik ini, lanjut,” tegasnya memberi semangat kepada Abah Alia.

Editor: Agung