Oleh Dahlan Iskan
SENGKETA rumah ibadah ini jadi berita besar di New York. Bukan di satu gereja atau masjid, tapi di satu rumah ibadah Yahudi: sinagog.
Berita besar itu: telah ditemukan terowongan rahasia bawah tanah di bawah sinagog Chabad-Lubavitch di Brooklyn, New York. Yang membangunnya 10 anak muda militan dari jemaat di sinagog itu.
Beritanya kian besar karena terowongan itu dianggap membahayakan konstruksi gedung-gedung sekitarnya. Pemkot New York menegaskan: pembangunan terowongan itu illegal.
Beritanya kian besar setelah polisi menggerebek sinagog tersebut. Polisi mendapat perlawanan dari anak-anak muda di situ. Mereka ingin mempertahankan terowongan.
Alasan mereka: itu sesuai dengan ajaran suci dari rabbi agung mereka. Yakni Rabbi Menachem Schneerson, almarhum. Begitu hebatnya keulamaan Menachem sampai dianggap seorang nabi yang suci. Disejajarkan dengan tuan guru.
Tentu polisi New York tidak mengenal ajaran seperti itu.
Polisi ingin menegakkan hukum tanpa pandang bulu apa pun.
Anak-anak muda itu juga ngotot.
Terjadilah ketegangan. Ricuh. Akhirnya mereka diringkus. Dibawa ke kantor polisi. Ditahan.
Sinagog Chabad-Lubavitch, Anda sudah tahu, adalah tempat ibadah golongan paling fanatik dalam agama Yahudi: kelompok Hasidic.
Aliran Yahudi Hasidic dibawa ke Amerika oleh para pengungsi Yahudi dari Eropa Timur. Khususnya dari sekitar Ukraina sekarang.
Pengikut Hasidic, di seluruh dunia, hanya sekitar 100.000 orang. Kini berpusat di New York, di sinagog Chabad-Lubavitch tersebut.
Tuan Guru Rabbi Menachem sudah meninggal tahun 2004 lalu. Usiannya saat itu 92 tahun. Tuan Guru Menachem telah menjadi ulama Yahudi paling terkemuka di Amerika saat itu.
Pun di agama Yahudi, muncul berbagai kelompok dan aliran. Masing-masing aliran mempraktikkan ajaran agama yang berbeda.
Hasidic adalah kelompok yang ibadahnya dianggap paling murni. Paling sesuai dengan kitab suci. Tidak boleh makan babi. Daging harus dari binatang yang disembelih secara benar –dengan doa-doa yang sesuai ajaran.
Pun dalam berpakaian: kepala harus ditutup kopiah khas Yahudi.
Rupanya terjadi perbedaan pendapat di antara jemaat sinagog tersebut. Begitulah di agama. Masing-masing merasa paling sesuai dengan ajaran agama mereka.
Perselisihan itu memuncak. Anak-anak muda di sinagog tersebut lantas tidak diakui. Bahkan tidak boleh masuk rumah ibadah itu. Jadilah rebutan sinagog.
Anak-anak muda itu kalah. Lalu membangun terowongan di bawahnya. Ketika yang lain ibadah di sinagog, mereka ibadah di bawahnya.
Informasi tersebut belum tentu benar. Masalah ini berusaha ditutupi sebagai urusan internal sinagog.
Pengurus sinagog mengecam pemberitaan di media, khususnya yang mengaitkan terowongan itu dengan cerita-cerita fanatisme beragama. Atau yang menghubungkannya dengan persiapan untuk menghadapi hari kiamat. Termasuk berita yang menduga terowongan itu akan bisa tembus langsung ke wilayah Hamas di Gaza.
Ditepis juga anggapan bahwa terowongan itu akan tembus ke jalan terdekat. Lalu anak-anak muda yang dilarang masuk sinagog dari pintu depan masih bisa beribadah di situ lewat jalan rahasia.
Terowongan Hamas dan Hisbullah di Palestina telah memberi inspirasi untuk membuat terowongan serupa di New York.
Tapi di New York penuh dengan hutan gedung pencakar langit. Tentu tidak sama dengan alam padang pasir di Gaza.*
Penulis adalah wartawan senior Indonesia