Gegara Pajak Makin Mencekik, Ribuan Petani Demonstrasi Massal

Petani Prancis menyemprot supermarket dengan tanah dan kotoran saat melakukan aksi protes terhadap lonjakan harga, pajak, dan peraturan ramah lingkungan di Bon-Encontre dekat Agen, Prancis selatan, 25 Januari 2024. (Foto: Reuters)

J5NEWSROOM.COM, Prancis – Para petani Prancis membuang tanah dan sampah di depan gedung pemerintah lokal di Brittany.

Ini merupakan bagian dari protes secara nasional pada Kamis (25/1), yang kini memasuki pekan kedua, dan menuntut perlindungan pemerintah bagi mereka dari komoditas impor yang murah, kenaikan biaya dan birokrasi.

Aksi ini menghadirkan tantangan besar pertama bagi perdana menteri yang baru, Gabriel Attal.

Jean-Jacques Pesquerel, ketua persatuan petani lokal di Rennes, Brittany mengatakan bahwa demo itu mereka lakukan karena petani harus selalu mematuhi lebih banyak aturan. Mereka selalu dituntut lebih banyak tetapi memperoleh semakin sedikit, sehingga tidak bisa memenuhi biaya hidup dengan bergantung pada pekerjaan mereka.

“Hari ini, kami meminta otoritas untuk memahami bahwa pertanian adalah penting, bahwa kedaulatan pangan berada dalam bahaya, dan bahwa kita tidak bisa menuntut petani menghasilkan panen yang berkualitas, atau bahkan makanan yang berkualitas super, tetapi di sisi lain pemerintah mengimpor produk yang tidak sesuai dengan standar Prancis sama sekali. Ini tidak bisa dibiarkan, tidak sama sekali,” kata Pesquerel.

Sementara PM Attal mengumpulkan para menteri senior, dengan tujuan akan mengumumkan sejumlah proposal yang konkrit pada Jumat (26/1), para petani telah menutup jalan-jalan utama di Prancis, yang merupakan produsen pertanian terbesar di Uni Eropa.

Pada Kamis, para pendemo telah sampai di perbatasan Paris, dengan traktor memimpin dengan kecepatan rendah pada jam sibuk lalu lintas di dekat Versailles.

Sejumlah persatuan petani telah mengancam untuk memblokade ibu kota.

Philippe Chalmin, pakar ekonomi dari Universitas Paris Dauphine mengatakan bahwa pemerintah tidak akan mampu untuk menyelesaikan semua persoalan.

“Jadi, situasinya tidak berbeda dengan sejumlah negara Eropa lain, dan karena itulah cukup sulit bagi pemerintah untuk menjawab tuntutan petani itu, karena tidak ada lagi kemungkinan pemerintah bisa menetapkan harga-harga,” kata Chalmin

Dia juga menambahkan, “Dan bahkan, harga-harga itu tidak lagi tergantung pada industri atau pengecer, karena kita memiliki harga yang berlaku di Eropa dan bahkan dunia. Karena itulah, petani kecil, usaha pertanian kecil dan sejenisnya, harus bertahan dengan ketidakstabilan dan bahkan harga-harga produk pertanian dunia yang mudah berubah.”

Kekhawatiran besar lainnya, para petani khususnya dalam sektor peternakan sapi perah, memiliki ketakutan bahwa mereka akan berada di ujung tanduk, terkait upaya menurunkan harga karena pemerintah mencoba untuk mengurangi inflasi.

Dan para pengecer Prancis menghadapi kemacetan dalam negosiasi harga tahunan dengan para pemasok, sementara pemerintah ingin perundingan ini diselesaikan pada akhir bulan ini.

Sumber: voaindonesia
Editor: Saibansah