TAHUN 2024 baru memasuki bulan kedua, Februari. Tetapi, pengusaha kuliner yang hobi traveling, Akbar, sudah menjelajah ke 20 negara. Targetnya di tahun 2024 ini, 70 negara. Bagaimana pengalaman Akbar tersebut? Berikut catatan perbincangan wartawan Majalah Siber Indonesia J5NEWSROOM.COM Alia Safira dengan Akbar.
Ketika banyak orang memanfaatkan libur panjang untuk beribur ke tempat-tempat wisata menarik di dalam maupun luar negeri, saya memanfaatkan libur panjang ini untuk kembali merealisasikan target pribadi, yaitu menambah daftar negara yang pernah dikunjungi.
Kali ini saya sengaja memilih pesawat untuk transit di Muscat, Oman dan kemudian ke Cairo, Mesir, lumayan nambah 2 negara kan. Di sini, saya transit beberapa jam yang lumayan bermanfaat untuk sekadar city tour di dua negara tersebut.
Karena visa kunjungan diperoleh dari kedutaan besar Slovakia di Jakarta, maka destinasi awal saya adalah Wina, Austria. Di sini saya menikmati indah dan syahdunya suasana Natal, dua malam.
Stephanplatz adalah pusat keramaian Wina. Kali ini, saya mencoba menikmati suasana natal di Cafe Aida. Ini adalah cafe terkenal di Wina karena berdiri sejak tahun 1912. Penuh dengan nuansa pink, baik eksterior, interior, maupun tampilan produk-produknya. Sampai-sampai seragam para stafnya juga berwarna pink, termasuk staf prianya. Lucu, kan?
Karena tahun lalu sudah pernah makan siang di Cafe Central, sebuah café kuno yang sudah beroperasi sejak 1876.
Pun cigarnya juga terkenal, maka seringkali menjadi tempat pertemuan tokoh-tokoh penting seperti seperti Peter Altenberg, Theodor Herzl, Alfred Adler, Egon Friedell, Hugo von Hofmannsthal, Anton Kuh, Adolf Loos, Leo Perutz, Robert Musil, Stefan Zweig dan Alfred Polgar.
Bahkan, Adolf Hitler dan Leon Trotsky juga pernah rendezvous di cafe ini. Pada Januari 1913 lalu, Josip Broz Tito, Sigmund Freud dan Stalin juga menjadi pelanggan tetap cafe itu juga. Bagi para mahasiswa jurusan psikologi, apalagi para psikolog, siapa sih yang tidak kenal dengan Sigmund Freud?
Jika mereka hanya mengenal nama Sigmund Freud di buku-buku bahkan literatur psikologi, maka di Cafe Central itulah bapak ilmu psikologi tersebut ngopi.
Di hari kedua saya berkunjung ke restoran unik dan satu-nya di dunia, yaitu Rollercoaster Restoran. Di sini, semua menunya disajikan oleh robot dan menu makanannya pun diantar dalam rantang khusus. Tidak pakai lama, semuanya dikirim secara cepat ke meja-meja pemesan melalui rangkain jalur yang meliuk-liuk, berkecepatan tinggi.
Di kompleks ini, juga terdapat musium lilin Madamme Tussaud, ada musium cokelat dan kedai-kedai dari berbagai negara Eropa, baik Timur maupun Barat. Tentu saja, juga ada berbagai permainan ekstrim yang memacu adrenalin. Hanya mereka yang bernyali jagoan saja berani mencoba aneka permanan ekstrim tersebut. Wong melihatnya saja sudah membuat ngeri karena selain tinggi, juga kecepatannya na’udzubillah. Ngeriii.
Hari Ketiga saya pindah ke Bratislava naik taxi seharga €200. Mengingat jarak yang relatif dekat dan hanya perlu waktu sekitar 1 jam. Tepat malam tahun baru 31 Desember 2023, dalam cuaca dingin, gerimis dan berkabut. Maka, jadilah malam tahun baru 2024 ini tentunya tidak semeriah saat tahun-tahun baru sebelumnya. Yaitu Desember 2022-Januari 2023 di Singapura, Desember 2021 di Hong Kong, Desember 2020 di Sydney Australia, yang semuanya dirayakan dengan pesta kembang api besar-besaran. Gemerlap penuh cahaya kembang api di langit.
Kalau tahun 2023, saya lakukan kunjungan ke pinggiran Hungaria, yaitu kota Sopron, kali ini saya ke Gyor dan lanjut ke Budapest, ibukotanya.
Tidak semua negara yang tergabung dalam Schengen menggunakan Euro, maka kita harus segera beradaptasi dengan mata uang Forint yang kursnya 1 forint adalah Rp 45, jadi belanja apapun terasa murah, termasuk hotel, yang sekitar 2 juta menjadi 46.000 forint.
Etimologi. “Budapest” merupakan gabungan dari kota Buda, Óbuda, dan Pest yang disatukan pada tahun 1873. Dokumentasi pertama yang menyebutkan gabungan nama “Buda-Pest” adalah sebuah buku dari tahun 1831 yang berjudul Világ (mkarya István Széchenyi.
Buda ada di bagian Barat sedangkan Pest adalah bagian timur kota Budapest, Hungaria, dengan topografi yang datar. Kota ini mencakup sekitar dua per tiga wilayah kota Budapest. Ada Sungai Donau yang memisahkan kota ini dari Buda dan Óbuda. Beberapa bangunan penting di Pest adalah Parlemen Hungaria, Alun-Alun Pahlawan dan Jalan Andrássy.
Menggunakan hop on hop city tour seharga 25.000 forint rasanya adalah cara terbaik untuk menikmati kota yang indah ini. Karena di awal-awal menggunakan taxi agak sulit mencarinya karena harus mencari juga pemberhentian khusus taxi, dan ternyata tiga kali naik taxi, semua sopirnya begitu ramah dan berperan sebagai tour guide gratis.
Rasanya cukup dua malam di Budapest saya kembali lagi ke Vienna/Wina karena untuk melanjutkan ke Warsawa, menggunakan pesawat Polandia, Lotair, tidak ada di Traveloka, yang sudah terbiasa mudah menggunakannya. Tapi tentu saja kali ini saya tinggal di NH Wien Hotel, lokasiny di area bandara. Sehingga bisa mengisi waktu untuk makan maupun survey keberangkatan besok dengan Lutfhansa cukup jalan kali 10 menit dari hotel.
Transit beberapa jam di Munich dan city tour juga cukup mengesankan. Dan barulah saya tahu bahwa Munich dan Munchen adalah kota yang sama, Paling tidak, di sini saya sempat makan siang di Hard Rock dan membeli beberapa souvenirnya. Munich Warsawa hanya 1,5 jam perjalanan dan cuaca pun berubah ke minus 3’C saat landing di Chopin Airport, Warsawa atau Warsaw.
Ketika menukar mata uang Polandia Polish Zloty disingkat PLN yaitu 1 PLN sama dengan 4.000. Ternyata, semuanya terasa lebih murah lagi dibandingkan saat menggunakan Florint. Taxi dan bandara ke pusat kota kalau dikurs sekitar Rp 200 ribuan. Makan steak di Hard Rock sekitar Rp 250.000, maka belanja di sini rupanya lebih menyenangkan.
Cuma karena ada insiden koper nyasar, maka terpaksa di Warsawa rencana 2 malam jadi 3 malam. Selama menunggu koper diantar itu, maka terpaksa saya harus belanja pakaian baru untuk dua hari. Mungkin karena tripnya terlalu bervariasi, koper pun bingung mesti naik pesawat ke mana.
Dan selalu saja ada hikmah di balik setiap bencana kecil. Karena masih ada waktu cukup panjang, bisa dimanfaatkan untuk berkunjung ke kota-kota lain seperti Gdanks, kota pelabuhan yang pernah menjadikan salah satu buruhnya, Lech Walesa menjadi presiden Polandia. Juga ke Krakow, yang terkenal sebagai tempat pembantaian kamar gas Yahudi di Perang Dunia ke-2, Auswitz.
Memang, sejak Covid 19, tahun 2019 silam, saya belum pernah ke Beijing lagi. Maka saat pulang, setelah dari Warsawa ke Frankfut dengan Lutfhansa, saya mencoba terbang dengan kelas bisnis Air China ke Beijing, yang ternyata pelayanannya luar biasa, sampai sandal selama mengudara pun dipakaikan ke kaki kita oleh pramugarinya. Luar biasa.
Bahkan, karena saya pesan menu halal, saya pun selalu diprioritaskan oleh pramugari dan didahulukan sebelum yang lain-lain.
Untuk target 10 negara berikut, karena visa sudah diperoleh dari kedutaan Perancis, dan rencana perjalanan bulan Mei 2024, tentunya destinasi awal langsung ke bandara Charles de Gaulle Paris, dari sana mau ke Marsailles, lanjut ke Bacelona, Andorra, Monte Carlo Monaco, Lisbon Portugal, lalu ke Istanbul Turki, dan dari sanalah lanjut ke negara-negara Balkan, seperti Albania, Bosnia Herzegovina, North Macedonia negeri asal Alexander the Great, Kosovo, Croatia, Montenegro, Serbia dan lain-lain. Dan kalau waktu masih cukup mungkin kembali ke Bulgaria dan Yunani.
Menariknya di beberapa bandara saya selalu lihat antrian panjang menuju Thessaloniki, kota kedua terbesar di Yunani setelah Athena. Karena setiap trip maksimal hanya 2 minggu. Maklum, pekerjaan di tanah air juga selalu menunggu.
Semoga tahun 2024 ini tercapai target saya bisa berkunjung ke 70 negara, sebelum usia mencapai kepala 6.
Semoga!
Editor: Saibansah