J5NEWSROOM.COM, Australia – Para pemimpin Asia Tenggara dan Australia, Rabu (6/3) menyerukan gencatan senjata segera dan bertahan lama di Gaza, menggambarkan situasi kemanusiaan di wilayah Palestina sebagai “mengerikan”.
“Kami mendesak dilakukannya gencatan senjata kemanusiaan segera dan berjangka panjang,” kata para pemimpin 11 negara, termasuk Indonesia dan Malaysia yang mayoritas penduduknya Muslim setelah berhari-hari perselisihan diplomatik mengenai isi perjanjian tersebut.
Situasi yang memburuk di Jalur Gaza menjadi topik perdebatan sengit ketika para pemimpin dari 10 negara anggota blok ASEAN berkumpul di Melbourne untuk pertemuan puncak tiga hari dengan rekan-rekan mereka dari Australia.
Menjelang bulan suci Ramadan, Amerika Serikat dan sejumlah negara lainnya telah meningkatkan upaya untuk menghentikan pertempuran di sana.
“Kami mengutuk serangan terhadap seluruh warga sipil dan infrastruktur sipil, yang menyebabkan semakin memburuknya krisis kemanusiaan di Gaza termasuk terbatasnya akses terhadap makanan, air, dan kebutuhan dasar lainnya,” kata pernyataan bersama ASEAN dan Australia.
“Kami menyerukan akses kemanusiaan yang cepat, aman, tanpa hambatan dan berkelanjutan bagi semua yang membutuhkan, termasuk melalui peningkatan kapasitas di penyeberangan perbatasan, termasuk melalui laut.”
Kelompok ini juga mendukung badan urusan pengungsi Palestina di PBB, meskipun Australia menghentikan pendanaan untuk kelompok tersebut karena tuduhan bahwa beberapa stafnya adalah anggota kelompok Islam militan bersenjata.
Singapura menolak keras pernyataan yang menyertakan kata “kelaparan” di Jalur Gaza, sebuah bahasa yang akan membuat marah Israel. Para diplomat juga berdebat mengenai apakah pernyataan tersebut harus menyerukan gencatan senjata total – atau jeda “kemanusiaan” yang bersifat sementara.
Asia Tenggara merupakan tempat tinggal bagi sekitar 40 persen populasi Muslim dunia, dan dua negara berpengaruh ASEAN, Indonesia dan Malaysia, adalah pendukung setia perjuangan Palestina.
Namun negara-negara ASEAN yang berpengaruh lainnya, seperti Singapura, yang memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Israel kurang bersemangat untuk memicu kontroversi.
Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah