Oleh L. Nur Salamah, S.Pd.
MARHABAN ya Ramadan. Selamat datang Bulan Ramadan 1445Hijriah. Kini, kaum muslimin di seluruh dunia tengah bergembira menyambut datangnya tamu agung, yakni bulan yang di dalamnya penuh dengan rahmat dan keberkahan. Pahala dilipatgandakan. Siapa yang tidak senang? Orang bodoh pun pasti riang gembira menyambut bulan yang di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan (Lailatul Qadar).
Banyak sekali keutamaan di bulan Ramadan, salah satu diantaranya adalah diturunkannya Al-Qur’an. Sebagaimana Firman Allah Swt. dalam Surat Al Baqarah ayat 185 yang berbunyi:
شَهۡرُ رَمَضَانَ الَّذِىۡٓ اُنۡزِلَ فِيۡهِ الۡقُرۡاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَ بَيِّنٰتٍ مِّنَ الۡهُدٰى وَالۡفُرۡقَانِۚ فَمَنۡ شَهِدَ مِنۡكُمُ الشَّهۡرَ فَلۡيَـصُمۡهُ ؕ وَمَنۡ کَانَ مَرِيۡضًا اَوۡ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنۡ اَيَّامٍ اُخَرَؕ يُرِيۡدُ اللّٰهُ بِکُمُ الۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيۡدُ بِکُمُ الۡعُسۡرَ وَلِتُکۡمِلُوا الۡعِدَّةَ وَلِتُکَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰٮكُمۡ وَلَعَلَّکُمۡ تَشۡكُرُوۡنَ
Artinya: “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang batil). Karena itu, barang siapa diantara kamu ada di bulan itu maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaknya kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur”.
Berdasarkan ayat di atas, jelas bahwa amalan-amalan yang utama di Bulan Ramadan adalah yang berkaitan dengan Al-Qur’an yaitu membacanya (tadarus/ tilawah Al-Quran) dan mengkaji (mendalami atau menggali isi dari Al-Qur’an).
Salah satu bentuk mengkaji Al-Qur’an adalah duduk di majelis ilmu. Seharusnya aktivitas menuntut ilmu atau mengkaji ilmu (Al-Qur’an) semakin semangat dan gencar di Bulan Ramadan. Namun sayangnya, kebanyakan aktivitas majelis ilmu atau majelis taklim malah diliburkan selama Bulan Ramadan.
Selain membaca dan mengkaji Al-Qur’an, ada hal penting yang harus kita pahami yaitu mengamalkan isi Al-Qur’an dan menyebarkannya/ menyampaikan kembali. Dengan mengamalkan isi Al-Qur’an berarti kita telah taat kepada Allah Swt. Karena dalam Al-Qur’an itu sendiri hanya berisi perintah dan larangan Allah Swt..
Ketika kita mengaku sebagai hamba-Nya, menyadari bahwa kita adalah ciptaan-Nya seyogyanya mau dan rida diatur oleh Allah Swt. tanpa tapi-tapian. Adapun aturan Allah Swt. terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Bulan Ramadan adalah bulan mulia di mana seluruh amal kebaikan dilipatgandakan. Sebenarnya sangat disayangkan jika aktivitas kajian banyak diliburkan. Semestinya lebih ditingkatkan lagi, lebih semangat berinteraksi dengan Al-Qur’an. Sehingga wajar ketika Bulan Ramadan suasana keimanan itu lebih tampak menonjol, umat Islam terlihat lebih dekat dengan ketaatan.
Coba kita saksikan di media televisi, media sosial, sinetron-sinetron, pada Bulan Ramadan nuansanya begitu Islami. Para aktrisnya tetiba berubah pakai kerudung, buka bersama, tausiyah, salat tarawih dan tidak ada aktivitas maksiat seperti konser musik dan lain-lain dengan alasan menghormati Bulan Ramadan.
Racun Sekularisme
Mengapa pada Bulan Ramadan sebagian besar kaum muslimin bisa taat? Termasuk para selebritis. Namun, setelah Ramadan kembali seperti semula. Buka aurat di mana-mana dianggap biasa, joget-joget, konser dan sebagainya. Jadi seakan-akan taat itu hanya di Bulan Ramadan.
Padahal, Ramadan hanyalah sebagai latihan, supaya setelah Ramadan berakhir semakin taat. Terbiasa bangun pagi, qiyamullail, makan sahur dan tadarus Al-Qur’an. Harapannya setelah Ramadan pergi kebiasaan itu tetap melekat, taatnya semakin meningkat.
Ternyata, Ramadan tak ubahnya hanya rutinitas tahunan belaka. Inilah sejatinya kita telah terpapar racun sekularisme yaitu sebuah pemahaman yang memisahkan agama dari aktivitas kehidupan. Artinya agama tidak boleh mengatur urusan kehidupan manusia.
Padahal seharusnya yang namanya taat itu tidak hanya di Bulan Ramadan. Karena perintah tentang masuk Islam secara kaffah itu tidak hanya di Bulan Ramadan. Akan tetapi seharusnya taat itu sepanjang hidup di dunia, mulai dari hal yang terkecil hingga terbesar.
Apabila dikaji secara mendalam, isi Al-Qur’an yang membahas masalah ibadah ritual hanya sekitar lima persen. Selebihnya membahas masalah muamalah (hubungan manusia satu dengan yang lain).
Sayangnya, kehidupan kita saat ini belum atau tidak diatur pakai aturan Al-Qur’an. Sehingga perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah Swt. seperti miras, pergaulan bebas seakan menjadi legal.
Jika, apabila kita simpulkan ternyata taat kita kepada Allah Swt. saat ini belum sempurna. Karena Al-Qur’an belum diterapkan dalam kehidupan secara sempurna. Pengamalan isi Al-Qur’an masih terbatas pada individu dan masalah ibadah ritual semata.
Lantas apa yang mesti kita lakukan? Jelas tidak hanya sebatas membaca Al-Qur’an saja. Butuh pengkajian intensif dan mendalam, melalui proses pembinaan, yang akan mampu mengubah pemikiran, pemahaman, sikap dan perilaku.
Waallahu A’lam Bish Shawwab.
Penulis adalah Pengasuh Kajian Mutiara Ummat Batam