J5NEWSROOM.COM, Jakarta – Untuk mempererat hubungan Indonesia dan Palestina, Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia bekerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) menyelenggarakan acara “Safari Ramadan Membasuh Luka Palestina: Ramadan With Palestinians” dengan mengundang 11 syekh atau ulama Palestina.
Kesebelas ulama Palestina itu diundang untuk menjadi imam masjid di 11 wilayah di Indonesia selama 20 hari, sejak 1 Ramadhan lalu. Sebelas wilayah itu adalah Kepulauan Riau, Banten, Bekasi, DKI Jakarta, Depok, Bogor, Jawa Barat, Jawa Tengah,Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan.
Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Sudarnoto Abdul Hakim, Senin (1/4) mengatakan kesebelas orang tersebut merupakan mufti, akademisi dan penghafal Al-Quran.
Lewat ceramah Ramadan, mereka tidak saja menyampaikan apa yang sedang terjadi di Palestina dan pentingnya melihat semua peristiwa dengan sikap tawakal, tetapi juga mendorong masyarakat atau “jamaah masjid” untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga Palestina.
“Hingga hari ini, alhamdulillah telah terhimpun dana bantuan kemanusiaan dari masyarakat sebesar Rp5,2 milliar dan insya Allah izinkan kami melaporkan hari ini Dewan Pimpinan MUI akan menyerahkan dana bantuan tahap kedua sebesar R9,2 milliar kepada Baznas Republik Indonesia. Semua dana yang terhimpun ini masuk ke rekening Baznas dan pada akhirnya akan segera disalurkan untuk membantu semua warga Palestina yang telah didzolimi secara brutal tak berkeprimanusian oleh zionis Israel,” ungkap Sudarnoto.
Sudarnoto berharap pasca dikeluarkannya resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) yang mendesak dilakukannya gencatan senjata segera di Gaza pekan lalu, ada langkah-langkah terukur sesuai dengan resolusi hingga Palestina memperoleh kemerdekaannya.
Menlu: Resolusi DK PBB adalah Wujud Usaha Banyak Negara Untuk Membela Palestina
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang hadir dalam acara penutupan Safari Ramadan itu di gedung DPR/MPR Jakarta Senin lalu mengatakan sejak berkecamuknya perang Israel-Hamas pada 7 Oktober lalu, untuk pertama kalinya Dewan Keamanan PBB menyetujui resolusi yang memerintahkan gencatan senjata segera di Jalur Gaza.
Retno menilai resolusi ini merupakan suatu kemajuan luar biasa dari berbagai upaya banyak negara yang mendesak diwujudkannya gencatan senjata di Gaza. Termasuk Indonesia, yang sejak perang berawal telah keliling ke banyak negara untuk menggalang dukungan bagi Palestina.
“Saat ini yang terus kita dorong dengan adanya resolusi tersebut adalah implementasi dari resolusi ini. Karena kita tahu tanpa impelemntasi, resolusinya hanyalah akan berupa sebuah kertas tanpa makna sebagaimana resolusi-resolusi lain Dewan Keamanan PBB mengenai Palestina,” katanya.
Menurut Retno, seandainya resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai Palestina diterapkan dan semua negara, terutama lima negara pemegang hak veto, berkomitmen untuk menerapkan resolusi-resolusi ini, pasti situasi Palestina tidak akan seperti sekarang.
Secara blak-blakan Retno mengatakan kemunafikan dan standar ganda secara berjamaah terjadi di dunia saat ini terkait isu Palestina. Negara-negara yang dalam sejarah sebelumnya mendukung dan membantu Palestina, karena kepentingan pragmatis sesaat, satu per satu justru membuka hubungan dengan Israel, sebelum kemerdekaan Palestina terwujud.
“Mereka memilih untuk berpihak pada yang kuat, bukan berpihak pada yang lemha dan lupa akan nilai-nilai kemanusiaan dan kebajikan,” ujarnya.
Retno bersyukur posisi Indonesia untuk membantu perjuangan bangsa Palestina, yang identik dengan perjuangan akan keadilaan, kebenaran, dan kemanusiaan, tetap kokoh dan konsisten. Dan berharap hal ini tidak akan berubah di masa depan hingga hak-hak bangsa Palestina dipenuhi dan kemerdekaan Palestina terwujud.
Berkaitan dengan bantuan kemanusiaan ke Gaza, Retno mengatakan bantuan kemanusiaan dari pemerintah dan non-pemerintah, termasuk masyarakat, sudah berjumlah lebih dari 400 ton. Retno merasa banggsa dengan sikap masyarakat Indonesia dan pemerintah yang satu dan kokoh.
Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah