Oleh Dahlan Iskan
KENAPA Boyamin Saiman sering mengajukan praperadilan –menggugat jaksa atau polisi?
Lewat praperadilan, kata Boyamin, data-data tersembunyi bisa dibuka di pengadilan. “Tanpa khawatir digugat balik oleh yang merasa dirugikan,” kata Boyamin.
Dari Chaozhou, Guangdong, saya memang menghubungi Boyamin. Saya terkesan dengan langkahnya yang akan mempraperadilankan kejaksaan agung soal Robert RBT.
Boyamin, Anda sudah tahu: pendiri MAKI –Masyarakat Anti Korupsi Indonesia. Boyamin tidak pernah rela perkara Korupsi berhenti di tengah jalan.
Misalnya perkara korupsi timah yang heboh sekarang ini. Banyak rumor berseliweran di medsos. Tanpa ada klarifikasi kebenarannya. Juga soal siapa sebenarnya pengendali PT RBT –yang bekerja sama dengan BUMN PT Timah. Yang membuat negara rugi Rp 271 triliun akibat kerusakan lingkungan.
“Lewat praperadilan data-data tersembunyi bisa dibuka. Tanpa takut gugatan balik dari pihak yang merasa dirugikan,” katanya.
Boyamin tidak mempraperadilankan PT RBT, PT Timah, atau perusahaan-perusahaan lain yang terkait perkara ini. Yang digugat adalah penegak hukum.
“Praperadilan sarana melawan penegak hukum yang dianggap tidak atau belum profesional,” ujar Boyamin.
“Praperadilan tidak melawan pelaku kejahatan. Sehingga kami sebagai pemohon terhindar dari rekovensi –gugatan balik,” katanya.
Maka Boyamin melayangkan somasi ke kejaksaan agung. Somasi kedua akan dilayangkan dua minggu lagi. Setelah itu, kalau kejaksaan agung belum bisa mengungkapkan dalang di balik korupsi timah ini Boyamin akan ajukan praperadilan.
“Di situ kami akan buka data-data yang selama ini tersembunyi,” ujar Boyamin.
Tahun 2004 Boyamin sudah mempraperadilankan jaksa di Sukoharjo, Solo. Yakni soal korupsi pengadaan sepeda motor di DPRD Sukoharjo. Perkara itu macet di tengah jalan.
Di praperadilan itu Boyamin menang. Pengadilan memerintahkan kejaksaan untuk melanjutkan perkara itu.
Lalu di Boyolali. Tahun 2014. Korupsi di DPRD di sana tidak berlanjut. Sudah lima tahun. Boyamin gugat praperadilan kejaksaan. Menang. Perkara dilanjutkan. Mereka masuk penjara.
Boyamin juga praperadilankan jaksa soal Bank Century. Yakni ketika perkara itu berhenti sampai di pejabat Bank Indonesia. Tidak sampai ke Budiono –yang kemudian menjadi wapres itu.
Boyamin juga ajukan gugatan soal SP3 Syamsul Nursalim. Lalu soal Ketua KPK Firli Bahuri.
Boyamin tinggal di BSD, jauh dari Jakarta. Tiap hari ia ke kantor naik KRL. Lalu sambung Gojek atau Grab. Kalau ke pengadilan pun Boyamin pakai sepeda motor Gojek. Ia tidak tahan dengan kemacetan Jakarta.
“Naik KRL hanya Rp 5000. Setengah jam sampai tujuan. Kalau saya naik mobil bisa dua atau tiga jam,” katanya.
Ia pun berkali-kali kirim foto di kemacetan Jakarta. Pakai helm. Naik Gojek.*
Penulis adalah wartawan senior Indonesia