J5NEWSROOM.COM, Bogor – Aneh tapi nyata. Banyak orang terutama teman-teman saya yang merasa sikap saya, tidak nalar. Mereka sulit menerima kebiasaan positif saya yakni selalu bersyukur setiap mendapat cobaan.
“Mendapat cobaan kok malah bersyukur?” Tanya mereka senada.
Teman-teman itu pernah mendapat cobaan. Sikap mereka beragam. Umumnya mengeluh kenapa itu terjadi pada mereka? Sepertinya mereka tidak dapat menerima kondisi tersebut.
Sikap negatif itu bukan malah menyelesaikan masalah. Bahkan menambah masalah. Tanpa mereka sadari terkadang menyalahkan orang lain. Mencari “kambing hitam” sebagai pembenarannya.
Ironisnya, bahkan ada yang menyalahkan TUHAN. Merasa Sang Pencipta tidak adil pada dirinya. Kenapa cobaan itu menimpanya.
Itu sering terjadi pada mereka yang tidak mau introspeksi diri. “Menelanjangi” dirinya. Melihat kekurangannya. Sekaligus mencari tahu kenapa itu sampai terjadi.
Terbiasa Sejak Kecil
Saya sejak kecil terbiasa untuk menyikapi cobaan secara positif. Melaksanakan nasihat kedua orang tua, almarhum Bapak Syaifuddin dan almarhumah Ibu Asmi Samad.
Beliau berdua yang paling dominan membentuk karakter kelima anaknya termasuk saya yang paling bungsu. Selalu mengajarkan hal positif kepada kami.
“Setiap menemukan kegagalan dalam hidupmu atau mengalami cobaan, jangan salahkan siapa pun terutama TUHAN. Carilah hikmahnya. InsyaAllah menemukannya. Bahkan menunjukkan Allah SWT sayang padamu,” ucap mereka berkali-kali.
Saya sudah sangat sering membuktikan ucapan tersebut. 100 persen benar. Sehingga sejak kecil terbiasa menyikapi positif semua cobaan.
Salah satu contohnya saat saya mendapat cobaan pada Senin (18/3/2024) pagi sekitar pukul 07.30 WIT di Bandara Sentani Jayapura, Papua. Begitu keluar dari pesawat Batik Air ID 6180 tiba-tiba saya sesak nafas.
Langkah saya terhenti saat meninggalkan garbarata atau belalai gajah. Saya langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat yakni Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Yowari Sentani. Diopname empat hari tiga di Rumah Sakit Bhayangkara Jayapura.
Padahal saya sudah berencana dalam minggu itu selama lima hari melaksanakan Sharing Komunikasi dan Motivasi sebanyak enam sesi. Selain dua sesi di Jayapura, empat sesi lainnya di Papua Barat (Sorong), Maluku (Ambon), Ternate (Maluku Utara), dan Makassar (Sulawesi Selatan).
Menyesalkah saya atas cobaan itu? Sama sekali tidak. Saya sangat berterima kasih kepada TUHAN. Dengan cara-NYA menghentikan langkah saya. Menyuruh istirahat.
Tidak hanya itu. Juga ada hikmah yang lain. Ke depan saya harus mengukur diri. Tidak boleh memforsir tenaga dan pikiran. Jika memaksakan diri yang bisa berakibat fatal.
Dengan cobaan itu, TUHAN memberi banyak pelajaran dan pengalaman berharga kepada saya. Alhamdulillah saya mendapatkan banyak hikmah.
Semoga ke depan semakin banyak orang yang menyikapi positif setiap memperoleh cobaan.
Aamiin ya robbal aalamiin.
Editor: Agung