Oleh Dahlan Iskan
SAYA dapat kiriman video yang judulnya sangat provokatif: pilih bantu orang tua atau bayar perpuluhan?
Yang kirim adalah yang membuat video itu sendiri: Pendeta Ronny Suwono. Saya pun banyak bertanya kepadanya. Untuk Disway.
Sebelum topik itu pun, pendeta Ronny unggah video yang lebih hot. Ia menantang Pendeta Philip Mantofa: juga soal perpuluhan.
Saya kenal Pendeta Philip Mantofa. Anda pun kenal. Terkenal sekali. Terutama di kalangan keluarga muda. Waktu ia membuka gereja baru saya hadir. Besar sekali. Di PTC, Pakuwon Mal, Surabaya Barat.
Anda sudah tahu: perpuluhan adalah ‘setoran’ kepada Tuhan sebanyak 10 persen dari penghasilan. Itu ‘bagian’ Tuhan. Hak Tuhan. Tuhan sudah memberi rezeki kepada manusia. Mengembalikannya ke Tuhan 10 persennya tidaklah banyak.
Sebagian pendeta selalu mengkhotbahkan ajaran itu. Lengkap dengan kembang-kembang retorikanya.
Gereja-gereja pun berkembang pesat. Kehidupan pendetanya juga terjamin. Mobil-mobil mereka luar biasa.
Pendeta Ronny ingin meluruskan ajaran perpuluhan itu. “Itu tidak sesuai dengan ajaran Al Kitab,” katanya.
Ronny tidak mau dipanggil pendeta. “Saya ini evangelis. Penginjil,” katanya. “Pendeta itu memimpin sidang jemaat di sebuah gereja. Saya tidak memimpin gereja. Saya khotbah berdasar yang mengundang,” tambahnya.
Ev Ronny tinggal di Kediri. Pengusaha. Lalu pensiun. Baru kali ini saya mendengar ada pengusaha pensiun. Lalu jadi penginjil. Ia tergabung di jemaat Gereja Kristen Indonesia.
“Saya merasa sudah cukup. Saatnya saya pakai buat TUHAN SANG PENCIPTA, walaupun saya harus menjadi orang biasa,” jawabnya.
Di dalam videonya, Ronny biasa memulai dengan cuplikan khotbah pendeta yang ia kritik. Lalu Ev Ronny menilai cuplikan itu. Ia bandingkan dengan bunyi ayatnya di Al Kitab.
Soal Pendeta Philip misalnya, ia tampilkan cuplikan khotbah: perpuluhan itu ringan. Harusnya semua harta dijual untuk jalan Tuhan. Diserahkan ke gereja. Begitulah ajaran Tuhan.
Pendeta Philip Mantofa adalah menantu pendiri dan pemimpin Gereja Mawar Sharon. Ia jadi pendeta di situ. Muda. Tinggi. Langsing. Ganteng. Penampilannya selalu keren. Jemaatnya besar sekali.
Mawar Sharon merobohkan gereja lamanya. Dibangun gereja baru. Di pusat kota Surabaya. Di Jalan Mawar. Megah. Indah. Saya masuk-masuk ke gereja ini menjelang selesai dibangun. Kalah besar dari Gereja Bethany tapi tidak kalah megah.
Philip lantas membangun gereja sendiri: GMS. Di PTC.
Philip umur 49 tahun. Ia lulusan Columbia Bible College. Anaknya tiga orang.
Tidak ingin menjawab kritik Ev Ronny?
“It is ok. Kita biarkan saja,” ujar Philip singkat.
Ev Ronny sudah menduga itu. “Mereka lebih baik tiarap. Mereka paham bahwa yang saya terangkan, semuanya berdasarkan ALKITAB,” katanya.
Pembicaraan pun terputus. Ev Ronny harus segera khotbah. Sudah pukul 18.40 tadi malam. Ia diundang khotbah Paskah di GBI Kupang Timur Surabaya.
Kini Ronny punya lima cucu dari tiga anak. Sebelum jadi penginjil ia punya banyak sekali usaha: pabrik minuman, iklan luar ruang, pabrik rokok, kantor Sun Life agency, dagang tebu, punya radio FM, dealer Yamaha dan percetakan. Semuanya ia tutup. Tahun 2011.
Di mana Ronny memperdalam Al Kitab?
“Saya otodidak. Tapi saya banyak belajar dari pendeta yang hebat-hebat,” katanya.
Yang benar, katanya, perpuluhan itu hanya berlaku di tanah yang dijanjikan. Uangnya untuk kaum Bani Lewi. Pada zaman itu Bani Lewi sengaja hanya fokus melayani jemaat. Mengurus gereja. Tidak bekerja yang lain. Tidak pula jadi imam.
“Jadi perpuluhan itu sepenuhnya untuk yang mengurus jemaat. Tidak untuk pendeta. Juga tidak untuk operasional gereja,” ujar Ev Ronny.
“Jangan lakukan lagi perpuluhan. Ganti persembahan kasih,” katanya.
Ia pun menguraikan ayat-ayat yang menegaskan semua itu. Lihat sendiri videonya.
Ev Ronny juga kelihatan murka ketika ada pendeta yang mengajarkan lebih penting membayar perpuluhan daripada memberi uang kepada orang tua mereka sendiri yang lagi membutuhkan uang.
Ev Ronny tidak pandang bulu. Pendeta siapa pun yang khotbahnya tidak sesuai dengan Al Kitab ia serang lewat YouTube. Sudah lebih 60 video jenis itu yang ia unggah di YouTube.
Gaya bicara Ronny sangat menarik. Videonya memang agak njelimet tapi bahasanya jernih.
Ev Ronny memang pernah bekerja di pabrik rokok Gudang Garam. Bagian marketing pula.*
Penulis adalah wartawan senior Indonesia