Oleh Dahlan Iskan
MASA depan itu telah datang Kamis lalu. Bukan bagi kita. Tapi bagi Tiongkok. Khususnya di bidang mobil listrik.
Kalau kebetulan Anda lagi di Beijing datanglah ke pameran mobil. Dibuka Kamis lalu. Masa depan itu ada di situ.
Itulah pameran mobil terbesar di Tiongkok –mengalahkan yang di Shanghai beberapa bulan lalu. Juga mengalahkan yang di Shanghai dari segi ‘masa depan’.
Yang di Shanghai, mobil listrik masih disebut ‘mendominasi’.
Yang di Beijing ini mobil bensin sudah masa lalu.
Sahabat Disway di Beijing melaporkan: semua lebih baru. Lebih murah. Model barunya saja tinggal pilih: ada 117 model.
Bingung kan? Yang paling menarik perhatian tentu Anda sudah tahu: Xiaomi SU7. Sayang bentuknya sedan.
Saya sudah ikut Anda: bertekad tidak akan beli sedan lagi. Saya perhatikan di jalan-jalan: sedan sudah sangat minoritas. Mungkin era sedan sudah mendekati akhir.
Saya pernah iseng menghitung di jalan tol dari Jakarta ke Surabaya. Di antara 19 mobil yang lewat belum tentu ada satu sedan.
Tesla adalah sedan saya terakhir. Istri saya sudah sulit masuk sedan. Apalagi keluarnya. Padahal badannyi sekarang sudah sangat langsing. Usia rupanya berpengaruh pada sedan. Apalagi kalau lagi pakai kebaya.
India sebenarnya juga ngebet ingin dominan di mobil listrik. Impor BBM India telah menyiksa ekonomi negeri itu: yang terbesar di dunia. Juga salah satu produsen emisi terbesar sejagat raya.
Tapi India punya hambatan besar untuk masuk mobil listrik: belum bisa mengolah lithium.
India sebenarnya sudah menemukan tambang lithium. Besar sekali. Di Kashmir! Yang mayoritas penduduknya Muslim. Jelaslah mengapa India tidak rela Kashmir merdeka.
Pekan lalu India mengumumkan: siap bekerja sama dengan negara mana saja untuk mengolah tambang lithium itu. Terutama mendirikan pabrik processing lithium.
Dari bahan tambang demonical menjadi lithium. Lalu membangun pabrik baterai untuk kepentingan pengembangan mobil listrik dalam negeri.
Untuk sementara India tidak mau menggalakkan mobil listrik. India tidak mau tergantung pada bahan baku lithium dari Tiongkok.
Kini Tiongkoklah pemilik pabrik prosesing lithium terbesar di dunia: 2/3 prosesing lithium dunia ada di Tiongkok.
Jelaslah Tiongkok telah menemukan tiga fokus andalan pertumbuhan ekonominya ke depan: mobil listrik, solar cell dan baterai lithium.
Bukan kita. Pasca putusan MK yang lalu fokus kita masih ini: siapa dapat kursi berapa di kabinet baru Prabowo-Gibran. Golkar pun yang semula sudah merasa aman dengan jatah lima kursi kabinet bisa kembali was-was. Terutama setelah Nasdem dan PKB masuk koalisi. Ditambah PKS pun sudah ingin bersama Prabowo pula.
Maka tiga fokus kita saat ini: siapa dapat berapa, siapa menguasai kementerian basah yang mana dan siapa dapat BUMN-BUMN raksasa.*
Penulis adalah wartawan senior Indonesia