Puisi A.R. Loebis
Petang di Jimbaran
Lautan air menggempur pantai
Hamparan pasir berkilau menyerap tapak-tapak
Jingga srengenge menjilat kaki langit
Orang-orang bersantap pandang ke batas tak terhingga
Khalayak makan mengisi jengkalan fisik sepuasnya
Suka ria nelangsa sirna
Sinar jingga kemilau menutup laut dan persada
Malam pun menyibak kelambu senja
Di belakangnya gelap mengendap jinjit ke bumi
Seperti tudung saji mengatup segala hidang
Terang berganti redup dan gelap
Oh keajaiban alam menggantikan gerak dan bunyi
Menetapkan waktu dan ruang
Karunia yang maha tinggi
Petang di Kuta
Jalanan seperti permainan halma
Tepi-tepinya seakan ular tangga
Orang-bersileweran segala rupa dan warna
Di balik tembok-tembok yang menjulang
Kaki-kaki berjalan seolah tak ada putusnya
Seakan tak ada hentinya
Mengarah ke pantai
Yang bibirnya terus dibasahi jilatan lidah ombak sore
Disaksikan pasangan- pasangan mata yang duduk di bawah tenda
Sembari menghirup air kelapa muda
Angin semilir mengusap-usap kulit
Hilang dahaga mengalir bersama suaka nestapa
Melewati leher menutupi lubang duka dalam dada.
Malam ini di Kuta
Banyak kafe buka dan kami ada di sana
Menghirup kopi robusta
Ada cicipan pisang kukus dan cenil kelapa
Mendengar pitutur filosofi kehidupan mas Tra
Sejak Kerajaan Kutai, Kalingga, Madang, Mataram
Lembar sejarah sejak kraton hingga pandawa lima
Hingga istana serta penghuni dan simbolnya
Tentang nyokro panggilingan
Sejarah kehidupan yang berulang
Kejadian alam makro dan mikro
dan nostramus futuristik menyentuh bulu roma
Malam ini di kafe Kuta
Kami saling pandang
Di luar orang lalu lalang
Ada yang putih, hitam, kuning dan sawo matang
Kuhirup air hitam itu lewat mengalir di kerongkonngan
Terasa ada aroma khas dalam ruang ini
Sementara debur ombak sesekali terdengar dari kejauhan, menghalau sepi
Tapi dalam telinga banyak sekali terdengar suara
Ditambah tapak-tapak di kaki lima itu
Walau tak berbunyi tapi geraknya seolah berubah jadi detak bertalu-talu dalam telinga dan dada.
Siang ini di satu ruang paradiso
Melingkar enam sifat di depan
Enam karakter dan kemampuan
Berlaga dengan waktu dan kecekatan
Silih berganti cerah dan kemerut
Hari ini seolah ada pesakitan
Saling berhadapan
Menanti dentam palu keputusan
Yang bisa meremukredamkan atau menggembirakan
Hari ini masih seperti hari sebelumnya
Ada panca tambah satu khusuk menunduk
Ada gerak ada suara di antara pandang was-was
Akhirnya lega ceria
Setelah pasti ke jejak berikutnya
Dari Jimbaran ke Kuta
Pantai ke Pantai
Air ke air pasir ke pasir
Mentari ke mentari
Langkah ke langkah
Kemarin baru ke Pantai Krakal
Sesaat mangkal ingat yang kekal
Sembari menyedot air kelapa muda
Tafakur membayangkan
betapa banyak pantai dalam jiwa
tergantung kemampuan memaknainya
tergantung pada kita di dunia.
Kita-kita di dunia.
Kuta Denpasar (UKW Bali), 18052024