Oleh Dahlan Iskan
MEMBACANYA dari jauh saja ikut tegang: pejabat tinggi Kejaksaan Agung diintai saat makan malam. Yang mengintai salah satu anggota pasukan antiteror.
Lalu Gedung Kejaksaan Agung diputari pasukan motor bersirine. Yang dikomando mobil bersirine pula.
Masih ada lagi: Gedung Kejaksaan Agung dibayang-bayangi drone. Sampai aparat di gedung menyiapkan senjata untuk menembaknya.
Anda sudah tahu: semua diduga terkait dengan pembongkaran kasus korupsi timah di Bangka. Rp 271 triliun. Yang kian hari kian melebar.
Pun ke nama-nama yang selama ini sulit tersentuh seperti RBT atau RB atau apa pun singkatannya. Juga ke jenderal bintang empat yang sudah purnawirawan berinisial B.
Ketegangan yang ikut saya rasakan di Amerika ini justru akan menaikkan reputasi Kejaksaan Agung. Secara drastis. Khususnya di mata rakyat.
Nama Kejaksaan Agung khusnul khotimah di akhir pemerintahan Presiden Jokowi. Namanya akan berubah harum dibanding tahun berapa itu –yang Kejagung dipakai alat politik.
Lalu siapa yang membuntuti, mengintai, mengirim sirine dan menerbangkan drone itu?
Tujuannya sudah banyak dibahas: untuk meneror Kejaksaan Agung. Khususnya Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus Febrie Adriansyah. Ia orang Jambi yang hebat. Yang juga membongkar soal korupsi BTS. Soal Jiwasraya. Soal Asabri. Dan banyak lagi yang semuanya jadi puting beliung.
Tapi siapa yang menggerakkan teror itu belum diungkap. Mungkin tidak sulit: kalau mau.
Salah satu pengintai makan malam itu sudah ditangkap. Namanya sudah beredar di medsos. Lengkap dengan foto identitasnya: dari kesatuan mana dan pangkatnya apa.
Karena dari kesatuan yang jelas maka muncul pertanyaan: apakah itu terkait dengan jendral berbintang 4 berinisial B? Untuk mengirimkan teror agar tindak korupsi Timah Rp 271 triliun tidak diperluas ke dirinya?
Kasihan jenderal purnawirawan yang lain, yang juga berinisial B. Yang tidak terkait dengan kasus itu. Terutama yang masih menjabat di badan tertentu yang punya kekuasaan tinggi.
Kasihan ia. Jadi ikut terduga dari mulut ke mulut. Misalnya jenderal B yang kini menjabat Kepala Badan Intelijen Negara (BIN). Hanya karena namanya juga diawali huruf B.
Padahal menurut sumber kuat Disway, B yang satu ini jauh dari urusan timah itu. Memang pernah dekat dengan RBT tapi sudah lama sekali. Ketika pangkatnya baru bintang satu. Lalu tidak berhubungan lagi soal gituan dengan RBT.
Kelihatannya B yang lain pun bukan yang menggerakkan itu. Berarti ada nama-nama lain yang mulai diincar Febrie. Yang nama-nama itu belum beredar di medsos.
Harvey Moeis tersangka pertama kasus ini masih teguh: tidak mengungkap siapa pun di balik dirinya. Kecuali bahwa ia adalah suami Sandra Dewi, artis lima ‘i’ asal Bangka yang kaya raya itu.
Nama ‘Moeis’ di belakang Harvey juga sempat jadi tebak-tebakan siapa ia. Sempat banyak yang menduga anak Moeis yang tokoh PDI-Perjuangan.
Saya sempat menelepon Moeis. “Hahaha…” jawabnya. Semua baru jelas ketika wajah Moeis yang Harvey tampil di media.
Moeis yang ‘hahaha’ adalah tokoh asli Kaltim, anak pejuang kemerdekaan. Sedang Moeis yang timah hampir tidak pernah disebut media latar belakangnya.
Berarti bukan Moeis yang melebarkan ke nama-nama besar lebih jauh –meski pun nama-nama itu tidak lebih tinggi dari B.
Tentu ada tersangka lain yang bernyanyi: ke mana saja uang dari Bangka itu mengalir sampai jauh.
Febrie tentu tidak takut atas semua teror itu. Dukungan padanya begitu luas. Apalagi sudah ada berita terbaru: TNI kirim tim pengamanan menjaga Kejaksaan Agung.
Anda pun mudah menduga: siapa tersangka yang baik hati itu –dan apakah layak jadi justice collaborator.*
Penulis adalah wartawan senior Indonesia