Mama Momala

Kamala Harris bersama suaminya Douglas Craig Emhoff saat hadir di kelulusan anaknya John Coltrane. Hadir pula mantan istri Emhoff, Kerstin. (Foto: Disway.id)

Oleh Dahlan Iskan

SERANGAN pribadi mulai dilancarkan ke lawan politik. “Bagaimana dia bisa jadi presiden yang baik kalau tidak pernah merasakan punya anak”.

Anda sudah tahu kalimat itu diserangkan ke siapa: Kamala Devi Harris –calon presiden dadakan dari partai Demokrat Amerika Serikat.

Serangan serupa pernah dilancarkan ke Pete Buttigieg –saya selalu sulit menulis nama ini– ketika mantan Wali Kota South Bend di Indiana itu disebut-sebut sebagai salah satu bakal calon presiden dari partai yang sama.

Buttigieg lebih sulit lagi: Ia tidak akan pernah punya anak karena istrinya juga seorang laki-laki. Kini Buttigieg menjabat menteri transportasi Amerika dan sudah punya anak angkat yang diadopsi sejak bayi.

Kamala bertemu Douglas Craig Emhoff, suaminyi saat ini, ketika sudah berumur 48 tahun. Masih jomblo. Kamala saat itu sudah menjabat jaksa agung California.

Kamala sendiri pernah dua kali pacaran. Saat masih mahasiswa. Lalu lebih banyak sekolah dan berkarier. Sampai akhirnya jadi jaksa agung California dan bertemu Emhoff.

Saat Kamala pertama bertemu Emhoff, status Emhoff sudah duda. Duda cerai. Anaknya dua orang, ikut Emhoff semua: Cole dan Ella. Nama lengkap mereka: John Coltrane dan Ella Fitzgerald.

Cole saat itu sudah mahasiswa, Ella masih di SMP. Sebagai pacar baru Emhoff, Kamala menyadari apa yang dipikirkan anak-anak Emhoff ketika ayah mereka mulai punya pacar.

Karena itu Kamala ingin menjaga perasaan anak-anak itu. Kamala tidak mau bertemu mereka. Pacaran belum tentu akan berujung di perkawinan.

Sebelum ada kepastian perkawinan itu, keberadaan Kamala tidak mau diketahui mereka.

“Anak-anak itu perlu kepastian. Sedang hubungan kami masih sementara,” tulis Kamala dalam suatu artikel di media di Amerika tahun 2019 lalu.

Baru setelah Kamala-Emhoff sepakat untuk menikah keduanya merancang bagaimana cara agar Kamala bisa bertemu Cole dan Ella tanpa terjadi guncangan.

Kamala-Emhoff sepakat perlu waktu untuk bisa diterima anak-anak yang sudah remaja.

Ketika cara bertemu itu ditemukan mereka memilih satu restoran untuk makan malam bersama. Yakni restoran yang kira-kira disukai remaja saat itu.

Dipilihlah restoran di Pacific Highway. Di pantai antara Los Angeles dan Malibu. Namanya: Reel Inn. Anda pasti pernah mampir di resto itu.

Pada hari akan bertemu anak-anak itu Kamala mengaku sangat tegang. Perutnyi tiba-tiba seperti dimasuki kupu-kupu.

Dia sampai harus latihan mengucapkan kata-kata apa saja ketika pertama bertemu anak-anak calon suaminyi itu.

Kamala juga membeli kue kesukaan mereka. Membeli pita. Kue itu diikat dengan pita. Dia pilih sendiri warna pitanya. Juga cara melilitkannya –belakangan mereka bergurau pita itu tampak terlalu berlebihan.

Pelan-pelan Kamala diterima anak-anak Emhoff. Kamala juga cari cara agar perasaan anak-anak itu nyaman. Maka Kamala berhubungan dengan mama yang melahirkan anak-anak itu: seorang produser film yang 16 tahun jadi istri Emhoff. Namanya Kerstin Emhoff.

Kedua wanita itu pun sepakat untuk menjadi ibu-ibu anak-anak itu.

Setelah semuanya mulus barulah Kamala-Emhoff menikah. Persoalan pun muncul. Ketika mereka belum menikah anak-anak memanggilnyi Kamala begitu saja. Tapi bagaimana memanggil Kamala setelah menjadi ibu-sambung mereka?

Mereka tidak ingin ada kata “ibu tiri” atau “anak tiri” Padahal mereka tidak mungkin memanggil Kamala dengan kata “mama”. Kata “mama” sudah melekat ke ibu yang melahirkan mereka.

Ketemulah jalan keluar. Anak-anak itu yang punya ide: mereka akan memanggil Kamala dengan Momala. Jadilah Momala Kamala.

Momala sangat mencintai anak-anak itu, terutama Ella yang masih lebih kecil. Mereka sepakat untuk menetapkan hari keluarga: Minggu malam. Harus ada di rumah. Makan malam bersama.

Untuk makan malam keluarga itu mereka membagi tugas: Cole yang menata meja, lalu memilih musik yang mengiringi makan malam.

Ella bertugas membuat makanan penutup.

Emhoff, seorang pengacara dan seorang Yahudi membantu di dapur.

Momala yang memasak.

Dua tahun kemudian Momala terpilih menjadi anggota Senat. Inilah saat yang berat bagi Momala: harus lebih banyak berada di Washington DC.

Jumat sore Momala baru bisa pulang ke Los Angeles: menemani Ella ke kolam renang atau latihan basket.

Kadang Momala bersepakat dengan Mama untuk berbagi waktu menemani Ella di akhir pekan.

Problem besar datang di hari ketika Ella wisuda SMA. Momala harus hadir untuk hari bahagia sang anak. Tapi di hari itu Komite Intelijen Senat menjadwalkan memanggil pimpinan FBI soal kasus Rusia. Yang bikin jadwal pasti tidak mempertimbangkan hari kelulusan SMA Ella.

Saking stres berat Momala sampai curhat ke anggota Senat lain yang juga wanita. Akhirnya Momala menelepon Ella. Momala akan pulang tapi tidak bisa tepat waktu.

Penerbangan Washington DC ke Los Angeles adalah empat jam. Momala tidak bisa hadir di kelulusan tapi masih bisa merayakannya dengan makan malam.

Momala menuliskan peristiwa itu dengan indah –lebih indah dari tulisan saya ini. Itu seperti sekaligus membungkam bully-bully dari lawan politik soal perhatian seorang wanita pada anak.

Serangan pada Kamala lebih dari itu. Kamala sampai digelari ‘’Wanita Kucing’’ –ejekan untuk wanita yang tidak punya anak di Amerika. Hanya bisa membesarkan kucing.

Kamala begitu teguh dengan semua bully itu. Waktu jadi kepala kejaksaan San Fransisco dia sudah menghadapi bully seperti itu.

Di sana untuk menjadi kepala kejaksaan harus dipilih rakyat. Harus bersaing dalam Pilkada. Pun ketika jadi jaksa agung California.

Momala sudah terlatih sejak muda untuk menghadapi lawan politik sejenis Donald Trump.*

Penulis adalah wartawan senior Indonesia