Rusia Peringatan AS Soal Rencana Penempatan Rudal di Jerman

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Panglima Angkatan Laut Rusia Laksamana Alexander Moiseyev menghadiri parade tahunan Hari Angkatan Laut di Saint Petersburg, Rusia, 28 Juli 2024. (Sputnik/Vyacheslav Prokofyev/Pool via REUTERS)

J5NEWSROOM.COM, Pada hari Minggu (28/7) di Saint Petersburg, televisi pemerintah Rusia menyiarkan cuplikan video armada negara itu pada perayaan tahunan Hari Angkatan Lautnya. Para perwira angkatan laut dari 31 negara lain turut hadir di acara itu, termasuk China, India, Iran, dan Afrika Selatan.

Acara tersebut menampilkan angkatan laut Rusia, rudal-rudal yang ditembakkan dari berbagai kapal Armada Laut Hitam dan pesawat-pesawat jet yang menjatuhkan bom dari angkasa.

Pada hari yang sama, suasana semarak di Rusia dibayangi pengumuman Amerika Serikat yang berencana akan menempatkan rudal jarak jauh di Jerman pada tahun 2026.

Bagi para pengamat di luar sana, dan Presiden Rusia Vladimir Putin, ini mungkin menjadi sejarah yang akan terulang kembali.

“Situasi ini mengingatkan kita pada peristiwa-peristiwa selama Perang Dingin. Jika AS menjalankan rencana semacam itu, kami akan anggap diri kami bebas dari moratorium sepihak yang sebelumnya diberlakukan terkait pengerahan sistem serangan jarak menengah dan jarak pendek. Kami akan mengambil langkah-langkah setara untuk mengerahkannya,” ujar Putin di Saint Petersburg.

Dalam sebuah pernyataan bersama di Gedung Putih baru-baru ini, para pejabat AS dan Jerman mengatakan, penerapan kemampuan militer yang canggih merupakan perwujudan komitmen AS terhadap NATO dan kontribusinya terhadap kebijakan keamanan Eropa untuk mencegah agresi.

Terlepas dari ancaman terbaru Kremlin itu, kementerian pertahanan Rusia mulai merilis video yang menampilkan uji coba rudal balistik antarbenua beberapa hari sebelum invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022.

Pada saat itu, Putin membahas rencana yang memungkinkan tentaranya, yang ia sebut sebagai “pasukan penangkal”, untuk dipersenjatai dengan perangkat nuklir. Ini adalah langkah yang NATO sebut sebagai “berbahaya dan tidak bertanggung jawab.”

Sejak dimulainya invasi Rusia, negara-negara Barat sejauh ini telah menjadi pendukung terbesar Ukraina dalam hal pendanaan dan materi. Anggota-anggota NATO baru-baru ini menjanjikan tambahan dana sebesar $43 milyar (sekitar Rp700 triliun) untuk tahun depan, diikuti rencana dukungan secara berkelanjutan.

“Semua dukungan ini akan membuat Ukraina menjadi lebih kuat dan lebih berdaya. Faktanya, semua yang kami lakukan—komitmen kepemimpinan, bantuan militer (dan) perjanjian keamanan yang lebih banyak, serta peningkatan interoperabilitas—menjadi landasan bagi Ukraina untuk menang,” kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg di Washington pada awal Juli ini.

Meski Saint Petersburg tampak puas dengan pertunjukan militernya, para pengamat khawatir kesiapan Rusia dan AS untuk mengerahkan senjata jarak menengah dapat memicu perlombaan senjata baru.

Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah