Oleh Dahlan Iskan
AKAN segera lahir puluhan ribu orang kaya baru. Mereka sebenarnya sudah rela kehilangan aset puluhan tahun lalu. Rupanya aset itu bisa kembali lagi. Pabrik-pabrik yang selama ini mulai putus asa akan bisa kembali bersinar.
Saya ke sana kemarin sore. Menjelang senja. Matahari kemarau hampir tenggelam di laut Jawa.
Benar. Saya ke proyek jalan tol tersulit di Indonesia itu: ruas Semarang-Sayung (Demak). Panjangnya hanya 6 dan 4 km tapi harus dibangun di atas lumpur laut yang dalam.
Dari 10 km itu yang sudah kelihatan badan jalannya baru 400 meter. Letak yang 400 meter itu di tengah-tengah ruas yang 10 km itu.
Selebihnya, yang 9,6 km, masih perlu waktu. Urugan yang 400 meter itu pun belum setinggi badan jalan yang dikehendaki. Baru empat lapis. Masih harus diurug tiga lapis lagi.
Semua jalan tol sepanjang 10 Km itu harus diurug tujuh lapis. Setiap lapis tidak bisa dibangun cepat.
Lapis kedua baru bisa dibangun setelah lapis pertama terkonsolidasi.
Lamanya konsolidasi tiap lapis tidak sama. Ada yang 55 hari. Ada yang sampai 200 hari.
Waktu konsolidasi tiap lapis itu tidak bisa dipercepat. Agar kekuatan fondasi jalan tol ruas Semarang-Sayung itu memenuhi syarat.
Tidak bisa dipercepat. Total waktu yang diperlukan hampir dua tahun. Hanya untuk membuat urugan tujuh lapis badan jalan.
Maka, tidak mungkin jalan tol Semarang-Sayung itu bisa selesai di akhir masa jabatan Presiden Jokowi. Pun tidak akan bisa selesai tahun depan. Rasanya jalan tol itu baru akan selesai tahun 2027.
Padahal, tol sambungannya, Sayung-Demak, sudah selesai lebih setahun lalu. Sudah beroperasi.
Memang yang dibangun di Semarang-Sayung itu bukan sekadar jalan tol. Proyek itu sekaligus berfungsi sebagai tanggul laut. Inilah proyek yang akan menyelamatkan Semarang Timur.
Kawasan itu selama ini dikenal sebagai kawasan industri yang penting. Menyedihkan. Anda sudah tahu: kian tahun kawasan itu kian terendam air laut (rob). Kian tinggi. Banyak pabrik tergenang air. Banyak perumahan penduduk terendam.
Ribuan bentar tanah di kawasan tersebut menjadi laut. Inilah laut yang besertifikat. Meski tidak bisa lagi melihat tanahnya mereka masih menyimpan sertifikatnya.
Dengan dibangunnya tanggul laut itu genangan tersebut akan hilang. Tanah yang terendam puluhan tahun akan terlihat lagi. Tanah itu akan timbul lagi. Berharga lagi. Kian mahal.
Sebenarnya masih panjang cerita ini. Tapi waktu menulis sudah habis. Sambil menulis ini pun Saya harus membagi perhatian dengan MC di atas panggung. Di kelenteng Tay Kak Sie. Ada ulang tahun ke-619 kedatangan Cheng Ho. Saya harus segera dipanggil naik ke panggung.
Itu dia, MC memanggil saya.
Penulis adalah wartawan senior Indonesia