AS Kirim Delegasi Hadiri Pelantikan Prabowo, Pengamat : AS Ingin Rangkul Erat Indonesia

Dubes untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield (tengah, baju putih), didampingi Dubes AS untuk Indonesia Kamala Shirin Lakhdhir (kiri, batik biru) tiba di Bandara Halim Perdanakusumah untuk menghadiri pelantikan Presiden,Prabowo Subianto, Sabtu, 19 Oktober 2024. (Foto: Biro Setpres)

J5NEWSROOM.COM, Jakarta – Amerika Serikat (AS) dan Prabowo Subianto pernah memiliki hubungan yang tidak harmonis. Prabowo, yang merupakan mantan Komandan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad), pernah masuk daftar larangan masuk AS pada tahun 2000 karena dianggap bertanggung jawab atas penghilangan paksa sejumlah aktivis pada 1997-1998 serta berbagai dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) lainnya.

Namun, dua dekade kemudian, pemerintah AS mencabut larangan tersebut saat Prabowo menjabat sebagai menteri pertahanan di era Presiden Joko Widodo.

Hubungan keduanya semakin membaik dengan pengiriman delegasi khusus AS untuk menghadiri pelantikan Prabowo Subianto sebagai presiden di Gedung DPR-MPR Jakarta pada Minggu (20/10).

Presiden Joe Biden menunjuk Duta Besar Khusus AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Linda Thomas-Greenfield untuk memimpin delegasi yang juga terdiri dari Duta Besar AS untuk Indonesia Kamala Shirin Lakhdhir, Wakil Menteri Perdagangan Don Graves, Panglima Komando Indo-Pasifik AS Laksamana Samuel Paparo, Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik Daniel J. Kritenbrink, dan Asisten Khusus Presiden Joe Biden yang juga Direktur Senior untuk Asia Timur dan Oseania di Dewan Keamanan Nasional, Mira Rapp-Hooper.

Sesampainya di Jakarta pada Sabtu (19/10), Linda Thomas-Greenfield mencuit tentang kedatangannya untuk memimpin delegasi AS, mewakili Presiden Biden hingga pelantikan Presiden Terpilih Prabowo Subianto, yang semakin memperkuat hubungan Indonesia-AS. Ia juga meluangkan waktu bersama alumni Young Southeast Asia Leaders Initiative (YSEALI), yang mendapatkan beasiswa dari pemerintah AS untuk meningkatkan kemampuan dan mempromosikan kerja sama lintas negara.

AS Tak Punya Pilihan Lain

Pengamat hubungan internasional dari Universitas Diponegoro, Semarang, Mohamad Rosyidin, berpendapat bahwa perubahan kebijakan AS terhadap Prabowo sejak 2020, serta pengiriman delegasi saat ini, menunjukkan keseriusan AS dalam menjaga hubungan baik dengan Indonesia.

“AS jelas tidak ingin Indonesia, yang merupakan aktor kunci di kawasan, menjadi lebih dekat dengan China,” kata Rosyidin kepada VOA.

“Pengiriman delegasi tersebut bisa ditafsirkan lebih dari sekadar tradisi diplomatik untuk menyambut pemimpin baru, tetapi sebagai keseriusan AS untuk menjalin hubungan lebih erat dengan Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo, mengingat riwayat hubungan AS dan Prabowo yang kurang baik terkait pelanggaran HAM,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa AS tidak memiliki pilihan lain selain merangkul Prabowo, agar Indonesia tidak mulai mengadopsi kebijakan yang lebih condong ke China, yang dapat menimbulkan risiko bagi AS.

“Indonesia tetap dianggap sebagai aktor kunci di kawasan Indo-Pasifik, yang merupakan arena pertarungan supremasi antara AS dan China. Dengan menjalin hubungan baik dengan Indonesia, AS dapat memanfaatkan reputasi dan peran Indonesia, terutama dalam kepemimpinannya di ASEAN, untuk mengurangi pengaruh China di kawasan,” jelasnya.

Prabowo Paham Arti Penting AS Bagi Indonesia

Prabowo pun tidak dapat mengabaikan pentingnya AS bagi kepentingan nasional Indonesia. Sejak menjabat sebagai menteri pertahanan, ia sudah melakukan kunjungan ke AS dan menandatangani kontrak pengadaan alat utama sistem pertahanan (alutsista) seperti jet tempur F-15EX, kata Rosyidin.

Ia memahami bahwa menjalin kerja sama dengan negara adidaya sangat penting, terutama dalam konteks rivalitas antara AS dan China. Prabowo menyadari urgensi menjaga stabilitas di kawasan agar tidak menjadi arena pertarungan antara kedua kekuatan besar tersebut.

Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia, Suzie Sudarman PhD, sependapat. “Delegasi yang datang ingin menunjukkan bahwa mereka adalah sahabat Indonesia dan ingin mempertahankan kepemimpinan AS sekaligus mempersuasi pemerintahan baru Indonesia,” ujarnya.

Meskipun demikian, Suzie juga menyatakan bahwa AS memahami bahwa Indonesia tidak mungkin sepenuhnya “mendukung” AS karena prinsip kebijakan luar negeri yang bebas aktif. “Ini mungkin yang ingin diubah AS. Jika mereka cukup persuasif, bukan tidak mungkin Prabowo bisa berubah. Tapi apakah hal itu memang bisa terjadi?” tanyanya.

15 Pemimpin Negara Telah Tiba

Hingga berita ini disampaikan, sedikitnya 15 pemimpin negara sahabat telah tiba di Jakarta untuk menyaksikan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Terpilih, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Di antara para pemimpin tersebut adalah:

  1. PM Malaysia Anwar Ibrahim
  2. PM Korea Selatan Han Duck-soo
  3. PM Kamboja Hun Manet
  4. Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bokiah
  5. PM Timor Leste Xanana Gusmao
  6. Wakil Presiden Tiongkok Hang Zheng
  7. Wakil Pertama PM Rusia Dennis Manturov
  8. Wakil Presiden Laos Pany Yathotou
  9. Wakil PM Selandia Baru Winston Peters
  10. Wakil PM/Menhan Australia Richard Marles

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) menyatakan bahwa setidaknya 20 kepala negara dan 18 pejabat setingkat menteri dari seluruh dunia akan hadir dalam upacara pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih di Gedung DPR-MPR Jakarta pada Minggu (20/10).

Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah