Analis: Latihan Militer Bersama Rusia Tunjukkan Perubahan Kebijakan Luar Negeri Indonesia

Presiden Rusia Vladimir Putin, kiri, dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto di Kremlin di Moskow, Rusia, 31 Juli 2024. (Foto: Grigory Sysoyev, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

J5NEWSROOM.COM, Latihan militer gabungan perdana antara Indonesia dan Rusia yang akan dilaksanakan pekan ini menunjukkan ambisi Presiden Prabowo Subianto untuk memperkuat posisi Jakarta di kancah internasional, sebagai bagian dari perubahan kebijakan luar negeri yang signifikan, menurut para analis.

Selama ini, kebijakan luar negeri Indonesia berpegang pada prinsip bebas aktif, yang berarti tetap netral dalam konflik Rusia-Ukraina serta persaingan antara Amerika Serikat dan China. Namun, Prabowo kini menunjukkan keinginannya untuk membangun hubungan yang lebih erat dengan Moskow meskipun menghadapi tekanan dari negara-negara Barat.

“Ini merupakan bagian dari agenda yang lebih luas untuk meningkatkan hubungan dengan semua pihak, tanpa memandang blok geopolitik mereka, selama itu bermanfaat bagi Indonesia,” ujar Pieter Pandie, peneliti di Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS).

Sebelumnya, ASEAN pernah mengadakan latihan gabungan dengan Rusia pada 2021, tetapi negara-negara anggotanya belum pernah melaksanakan latihan bersama dengan Moskow secara terpisah.

Menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), Indonesia telah menjalin kerjasama perdagangan bernilai miliaran dolar dengan Rusia. Namun, impor senjata dari Rusia mengalami stagnasi dalam beberapa tahun terakhir akibat sanksi Barat yang diberlakukan setelah Moskow merebut Krimea pada 2014 dan menginvasi Ukraina pada 2022.

Meskipun demikian, Prabowo tetap berkomitmen pada kesepakatan pengadaan jet tempur Rusia senilai $1,1 miliar yang disetujuinya pada 2018 saat masih menjabat sebagai menteri pertahanan, meskipun ada ancaman sanksi dari AS.

Pemerintah juga menolak untuk mengubah sikapnya ketika negara-negara Barat melobi Indonesia untuk membatalkan undangan kepada Rusia dalam KTT G20 yang diadakan pada 2022.

Prabowo telah bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Kremlin pada bulan Juli. Setelah pertemuan itu, Prabowo mengumumkan akan diadakan latihan angkatan laut bersama, yang menurut para pakar menunjukkan bahwa Moskow akan memiliki peran yang semakin penting dalam kebijakan luar negeri Indonesia.

Latihan selama lima hari tersebut dijadwalkan dimulai pada Senin (4/11) di Jawa Timur, di mana Rusia akan mengirim tiga kapal perang kelas korvet, sebuah kapal tanker, sebuah helikopter militer, dan sebuah kapal tunda.

“Mereka menegaskan kembali bahwa kami tidak akan mengasingkan satu atau dua negara dalam konteks geopolitik,” kata Anton Aliabbas, profesor di Sekolah Pascasarjana Diplomasi Paramadina.

Selama kunjungannya ke Kremlin, Prabowo menyatakan keinginannya untuk mempererat hubungan dengan Rusia. “Kami menganggap Rusia sebagai sahabat karib dan saya ingin terus menjaga dan meningkatkan hubungan ini,” ujarnya kepada Putin.

Sebelum dilantik menjadi presiden pada 20 Oktober, Prabowo juga menekankan niatnya untuk membangun “jaringan persahabatan yang kuat”. Untuk mencapai tujuan tersebut, ia melakukan kunjungan ke berbagai negara, termasuk China dan Australia, di mana ia berhasil menjalin kesepakatan keamanan. Jakarta juga mulai memproses upaya untuk bergabung dengan kelompok ekonomi berkembang BRICS.

Prabowo telah menghadapi tantangan di laut, di mana Badan Keamanan Laut (Bakamla) telah mengusir kapal Garda Pantai China sebanyak tiga kali karena memasuki Laut Natuna Utara bulan lalu.

Bagi pemerintah, kesempatan untuk menjadi tuan rumah latihan gabungan dengan salah satu angkatan laut tercanggih di dunia kini semakin terbuka.

Menurut pengamat hubungan internasional, Curie Maharani Savitri, hal ini berpotensi “meningkatkan kapasitas” dan memberi kesempatan bagi Jakarta untuk “bertukar ide” dalam pemeliharaan peralatan Rusia yang sudah dimilikinya.

Tentara Nasional Indonesia (TNI) memiliki berbagai alat utama sistem pertahanan, termasuk tank amfibi, helikopter, rudal, dan jet tempur buatan Rusia.

Jakarta dan Moskow memiliki tujuan maritim yang berbeda: Indonesia fokus pada menghadapi ancaman penyelundupan dan pembajakan, sementara Rusia mencari sekutu.

Pieter memprediksi bahwa latihan ini tidak akan semaju latihan tahunan Super Garuda Shield yang diadakan oleh Indonesia bersama Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya. “Saya pikir ini adalah fase perkenalan untuk hubungan militer antara kedua negara, terutama di bidang angkatan laut,” katanya.

Namun, ia juga memperkirakan latihan tersebut akan menimbulkan kecurigaan di Washington, yang berupaya mengisolasi Rusia secara diplomatis.

Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta menolak memberikan komentar mengenai latihan tersebut.

Pieter berpendapat bahwa bagi Prabowo, latihan ini memberikan kesempatan untuk menyampaikan pesan mengenai kebijakan barunya di awal masa kepresidenannya. “Secara historis, Amerika Serikat telah menjadi mitra utama untuk latihan militer. Namun, Indonesia berusaha untuk mendiversifikasi mitranya,” jelasnya. “Saya percaya ada tren yang lebih besar secara keseluruhan,” imbuhnya.

Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah