
J5NEWSROOM.COM, China mengenakan tarif balasan sebesar 15 persen terhadap ekspor pertanian Amerika Serikat, sebuah kebijakan yang berpotensi menguntungkan Australia dalam jangka panjang.
Ekonom Commonwealth Bank, Dennis Voznesenski, mengatakan kebijakan ini dapat membuka peluang bagi ekspor gandum, barley, dan sorgum Australia. Namun, dampaknya mungkin tidak akan langsung terasa karena China masih memiliki cadangan gandum yang besar dengan permintaan domestik yang rendah. “Pertanyaannya, kapan mereka mulai membeli? Mungkin tidak segera. Bisa saja nanti di tahun ini,” ujarnya seperti dikutip dari Nikkei Asia, Selasa, 11 Maret 2025.
Sementara itu, ekspor daging sapi Australia ke AS mengalami lonjakan tajam akibat kekeringan yang menghambat pemulihan stok ternak Amerika. Dalam satu tahun terakhir, nilai ekspornya meningkat dari 1,9 miliar menjadi 3,3 miliar dolar Australia.
Voznesenski menyebut tarif 25 persen yang diterapkan mantan Presiden AS Donald Trump terhadap Meksiko dan Kanada sebagai “kesempatan emas” bagi Australia. Namun, tarif ini ditangguhkan untuk produk yang termasuk dalam Perjanjian USMCA hingga Agustus mendatang.
Analis Rabobank, Angus Gidley-Baird, menilai dampak positif bagi Australia masih terbatas. “Secara teori, ini bisa menguntungkan Australia, tapi saya tidak yakin akan menjadi keuntungan besar. Kemungkinan besar, ini hanya akan menyebabkan perubahan dalam distribusi produk,” katanya.
Direktur Rangers Valley Cattle Station, Keith Howe, juga melihat peluang dan tantangan dari perang dagang ini. Menurutnya, meski harga daging sapi di AS tinggi, pembatasan terhadap produk yang masuk ke China bisa memberi keuntungan bagi Australia. “Namun, bagi perusahaan yang fokus pada pasar premium, perlambatan ekonomi akibat perang dagang justru bisa berdampak negatif,” ujarnya.
Presiden Federasi Petani Nasional Australia, David Jochinke, menekankan pentingnya perdagangan bebas, mengingat 70 persen hasil pertanian Australia diekspor. “Meskipun mungkin ada perubahan permintaan dalam jangka pendek, pasar yang bebas dan terbuka adalah yang terbaik untuk stabilitas,” tegasnya.
Editor: Agung