Perang Dagang AS dengan Kanada dan Uni Eropa Memanas

Seorang pekerja memeriksa gulungan baja di pabrik baja ArcelorMittal Dofasco di Hamilton, Ontario, Kanada, 12 Maret 2025. memberlakukan tarif 25% pada semua impor baja dan aluminium dari 35 negara.

J5NEWSROOM.COM, Perang dagang antara Amerika Serikat dengan Kanada dan Uni Eropa semakin memanas setelah Presiden Donald Trump memberlakukan tarif baru terhadap impor baja dan aluminium. Langkah ini memicu respons cepat dari kedua mitra dagang utama AS, yang segera menerapkan kebijakan balasan.

Pada Rabu, 12 Maret 2025, AS resmi memberlakukan tarif 25% terhadap semua impor baja dan aluminium dari 35 negara, termasuk Kanada dan 27 negara Uni Eropa. Pengecualian sebelumnya yang diberikan kepada Argentina, Australia, Brasil, Inggris, Jepang, Meksiko, dan Korea Selatan tidak lagi berlaku.

Trump menegaskan bahwa kebijakan ini bertujuan melindungi industri dalam negeri. “Menurut penilaian saya, modifikasi ini diperlukan untuk mengatasi peningkatan signifikan pangsa impor barang-barang baja dan barang-barang baja turunan dari sumber-sumber ini, yang mengancam akan merusak keamanan nasional AS,” ujarnya dalam proklamasi resminya.

Sebagai respons, Kanada segera mengenakan tarif baru terhadap ekspor AS senilai 20,7 miliar dolar AS, sementara Uni Eropa memberlakukan bea baru terhadap berbagai produk AS dengan nilai sekitar 28 miliar dolar AS. Tarif dari Uni Eropa tidak hanya menargetkan baja dan aluminium, tetapi juga produk tekstil, peralatan rumah tangga, dan barang pertanian, termasuk sepeda motor, bourbon, selai kacang, serta celana jins.

Strategi Uni Eropa tampaknya bertujuan memberikan tekanan politik terhadap AS. Pejabat Uni Eropa mengakui bahwa tarif mereka dirancang untuk berdampak langsung pada negara bagian AS yang didominasi oleh Partai Republik, seperti Kansas dan Nebraska yang bergantung pada ekspor daging sapi dan unggas, serta Kentucky dan Tennessee yang terkenal dengan industri minuman kerasnya. Namun, tarif ini juga menghantam negara bagian yang dikuasai Demokrat seperti Illinois, produsen kedelai terbesar di AS.

Industri minuman keras AS menjadi salah satu pihak yang paling terdampak. Ketua Dewan Minuman Keras Amerika Serikat, Chris Swonger, menyatakan bahwa kebijakan Uni Eropa sangat mengecewakan dan berpotensi melemahkan ekspor minuman keras AS yang sebelumnya mengalami lonjakan 60% setelah tarif lama ditangguhkan.

Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menekankan bahwa Uni Eropa tetap terbuka untuk negosiasi. “Karena AS menerapkan tarif senilai 28 miliar dolar, kami menanggapinya dengan tindakan balasan senilai 26 miliar euro,” katanya. Ia menambahkan bahwa dalam situasi global yang tidak pasti, kebijakan tarif semacam ini justru dapat membebani ekonomi kedua belah pihak.

Di sisi lain, Trump tetap kukuh pada kebijakannya. Menurutnya, tarif ini akan memaksa produsen asing untuk memindahkan operasinya ke AS dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja bagi rakyat Amerika.

Editor: Agung