Ramadan, Bulan Identik dengan Pengorbanan

Siswi MAN 1 Kota Batam, Naila Ahmad Farah Adiba. (Foto: J5NEWSROOM.COM)

Oleh Naila Ahmad Farah Adiba

BULAN Ramadan adalah bulan impian seluruh insan. Bulan yang terlimpah kemuliaan dan keberkahan. Bahkan, di dalamnya terdapat satu malam yang setara dengan seribu bulan. Tak hanya itu, bulan ini juga identik dengan pengorbanan dan perjuangan.

Rasulullah SAW telah menorehkan keteladan. Pada bulan Ramadan, terjadi setidaknya dua peristiwa yang sangat fenomenal di dalam kancah sejarah. Yakni perang badar dan Fathu Makkah alias penaklukan kota Makkah.

Melewati dua peristiwa tersebut bukanlah hal yang mudah. Rasulullah Saw dihadapkan dengan berbagai rintangan dan cobaan yang hadir menghadang. Mulai dari cuaca gurun pasir yang sangat menyengat, hingga jumlah musuh yang tak bisa dikatakan sedikit.

Ditambah dengan kondisi kaum muslimin yang sedang berpuasa, perjalanan itu sangat berat untuk dilaksanakan. Namun, ternyata kekhawatiran itu dikalahkan oleh sebuah kepercayaan. Bahwa pertolongan Allah akan segera diturunkan.

Benar saja, pada peristiwa perang badar, kaum muslimin memperoleh kemenangan yang gemilang atas izin Allah Swt. Tak hanya itu, peristiwa Fathul Makkah juga menjadi saksi keteguhan para kaum muslimin.

Hingga waktu terus melaju menuju kejayaan Islam di bawah kepemimpinan Daulah Abbasiyah di Baghdad. Bulan ramadan juga menjadi saksi keberangkatan pasukan Khalifah Al-Mu’tashim dari Kota Baghdad ke Kota Ammuriah untuk menyelamatkan seorang perempuan yang dilecehkan.

Hingga pada akhirnya, Kota Ammuriah berhasil ditaklukkan oleh kaum muslimin, dan perempuan tersebut mendapatkan keadilannya. Sebenarnya, masih banyak peristiwa yang menggambarkan bahwa bulan Ramadan adalah bulan yang identik dengan perjuangan dan pengorbanan.

Namun, dari dua kisah di atas kita sudah mendapatkan kesimpulan bahwa setidaknya ada dua hal yang bisa kita jadikan hikmah yang dapat diamalkan dalam kehidupan.

Pertama, jangan menjadikan puasa sebagai ajang pamer amalan. Jangan juga terus-menerus rebahan hanya karena rasa lapar yang kita rasakan. Karena sejatinya puasa adalah sarana kita untuk semakin mendekatkan hubungan kita dengan Sang Pencipta.

Kemudian yang kedua, jadikan ramadan sebagai momentum perubahan. Tentunya berubah menjadi yang lebih baik lagi dan bermanfaat bagi umat manusia. Karena, sayang jika bulan yang mulia ini terlewat begitu saja.

Jangan sampai kehadiran bulan ini menjadi sia-sia hanya karena kita tidak memahami esensinya. Oleh karena itu, cobalah untuk mulai membaca sejarah dan mengkaji Islam lebih dalam.

Agar kita mengetahui, bahwa puasa bukan hanya sekadar menahan nafsu dan dahaga, melainkan juga menjadi ajang untuk memperbaiki diri menjadi versi terbaik yang diridhoi oleh-Nya.

Wallahu a’lam bish showwab.

Penulis adalah Siswi MAN 1 Kota Batam