Janji Turunkan Tarif untuk China, Trump Mulai Lunak atau Panik?

Ilustrasi Bendera AS China. (Foto: Ist)

J5NEWSROOM.COM, Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali membuat kejutan dalam pernyataan terbarunya terkait hubungan dagang dengan China. Ia mengatakan bahwa tarif impor terhadap barang-barang asal China akan “turun secara substansial” jika kedua negara berhasil mencapai kesepakatan dagang. Namun, ia menegaskan bahwa tarif tersebut “tidak akan menjadi nol”.

Pernyataan ini disampaikan Trump pada Selasa, 22 April 2025, waktu setempat, di Washington. Ia juga menyebut tidak perlu lagi bersikap keras terhadap Presiden China Xi Jinping, dan bahkan berjanji tidak akan membahas isu Covid-19—topik yang sangat sensitif bagi Beijing.

“Kami akan bersikap sangat baik dan mereka juga akan bersikap sangat baik, dan kita akan lihat apa yang terjadi,” ujar Trump dalam keterangan yang dikutip dari Bloomberg.

Pernyataan ini menandai perubahan nada dari Trump yang sebelumnya dikenal agresif terhadap China, terutama dalam hal kebijakan tarif dan isu-isu geopolitik. Langkah ini muncul setelah tekanan dari pasar keuangan yang merespons negatif kebijakan tarif Trump. Sejak diberlakukannya tarif besar-besaran pada 2 April lalu, indeks saham dan obligasi AS menunjukkan tren pelemahan. Trump akhirnya menangguhkan sebagian tarif selama 90 hari untuk sejumlah negara, meski China belum secara resmi termasuk di dalamnya.

Menteri Keuangan AS Scott Bessent sebelumnya telah mengakui bahwa kebuntuan tarif saat ini tidak berkelanjutan. Ia memperkirakan ketegangan akan mereda, meski menekankan bahwa proses negosiasi dengan Beijing kemungkinan akan berjalan sulit dan panjang.

Di sisi lain, para analis membaca sikap lunak Trump sebagai bentuk kepanikan. Alicia Garcia Herrero, kepala ekonom Asia-Pasifik di Natixis, menyatakan bahwa Trump sedang terdesak.

“Trump panik karena pasar anjlok dan imbal hasil obligasi pemerintah AS tetap tinggi,” ujarnya. “Ia butuh kesepakatan cepat. Dalam kondisi seperti ini, China tidak perlu menawarkan banyak hal.”

Media ekonomi China, Cailian, turut menyoroti komentar Trump, menyebutnya sebagai “sinyal bahwa Trump telah melunakkan sikapnya terhadap kebijakan tarif”.

Namun hingga kini, Beijing belum memberikan tanggapan resmi. Sumber-sumber diplomatik menyebut bahwa China masih menunggu langkah konkret dari pemerintahan Trump sebelum menyetujui pembukaan kembali perundingan. Salah satu permintaan utama Beijing adalah agar negosiator dari pihak AS mendapat mandat langsung dari presiden dan mampu memfasilitasi kesepakatan yang dapat ditandatangani oleh kedua kepala negara.

Pertemuan antara Trump dan Xi dijadwalkan bisa terjadi dalam beberapa bulan ke depan, dan banyak pihak kini menantikan apakah perubahan sikap Trump cukup untuk memecah kebuntuan dalam hubungan dagang dua ekonomi terbesar dunia itu.

Editor: Agung