
J5NEWSROOM.COM, Pernyataan keras dilontarkan Presiden Iran Masoud Pezeshkian setelah serangan udara Israel menewaskan sejumlah tokoh militer dan ilmuwan nuklir Iran. Dalam pidatonya pada Jumat, 13 Juni 2025, ia menegaskan bahwa Iran akan memberikan balasan tegas dan terukur kepada Israel, yang disebutnya sebagai “rezim penjajah”.
Serangan itu memicu kekhawatiran global akan kemungkinan Iran mempercepat pengembangan senjata nuklir. Analis memperkirakan, respons ekstrem Iran bisa berupa keluarnya dari seluruh komitmen pengendalian senjata dan secara terbuka memulai pembuatan bom nuklir. Kenneth Pollack dari Middle East Institute menyebut, langkah ini mungkin menjadi reaksi paling mungkin dari Teheran atas serangan Israel.
Jonathan Panikoff dari Dewan Atlantik menambahkan, tekanan besar pada para pemimpin Iran dapat mendorong mereka merasa perlu segera memiliki senjata nuklir demi menghindari kehilangan peluang strategis.
Data dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menunjukkan bahwa Iran telah memperkaya uranium hingga level 60 persen—hanya satu tahap di bawah standar senjata nuklir 90 persen. Meski IAEA tak dapat memverifikasi total simpanan sejak 2021, data terakhir menyebut Iran memiliki lebih dari 400 kilogram uranium yang telah diperkaya hingga level tersebut, cukup untuk memproduksi beberapa bom.
Menurut Pollack, jika Iran melanjutkan jalur ini, langkah selanjutnya bisa berupa keluar dari Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir dan kesepakatan nuklir tahun 2015. Di tengah ketegangan, pertemuan diplomatik antara Iran dan AS dijadwalkan berlangsung di Oman, namun peluang tercapainya kesepakatan baru dinilai sangat kecil karena kemarahan Iran yang masih tinggi.
Selain jalur nuklir, Iran memiliki opsi serangan balasan melalui rudal, drone, maupun serangan siber. Iran dikenal memiliki ribuan rudal balistik dan jelajah, termasuk teknologi hipersonik seperti rudal Fattah-1 dan rudal Qasem Basir yang sulit dideteksi dan dicegat.
Iran juga diyakini masih menyimpan kekuatan serangan digital, seperti yang pernah digunakan pada 2023 untuk melumpuhkan fasilitas di Israel. Namun kekuatan pertahanan siber Israel juga kuat, membuat kemungkinan konflik siber menjadi duel yang kompleks dan tak terduga.
Meski serangan Israel turut menyasar fasilitas militer strategis Iran, banyak analis percaya Teheran akan tetap merespons dengan berbagai cara, baik terbuka maupun terselubung. Situasi ini memperbesar potensi konfrontasi berskala luas, bahkan mengarah pada perlombaan senjata nuklir yang semakin nyata.
Editor: Agung

