Menjahit Persaudaraan, Menyulam Kebangsaan: Kapolri Bersilaturahmi ke Pesantren UAS di Pekanbaru

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo bersama Ustadz Abdul Somad (UAS), Ketua Dewan Pakar PWI Provinsi Kepri Ramon Damora saat berkunjung ke pesantren UAS. (Foto: J5NEWSROOM.COM)

J5NEWSROOM.COM, Pekanbaru – Sabtu sore, 12 Juli 2025, udara di kawasan Pondok Pesantren Nurul Azhar, Pekanbaru, dipenuhi aroma persaudaraan dan semangat kebangsaan. Di bawah langit senja yang teduh, Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Polisi Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si., berkunjung ke pesantren asuhan Ustadz Abdul Somad (UAS), dalam sebuah momen yang melampaui sekadar kunjungan formal.

Acara bertajuk Sembang Petang itu menghadirkan pertemuan yang hangat dan berkesan—sebuah perjumpaan antara kekuatan moral dan kekuatan negara, antara ulama dan umara, dalam semangat Indonesia yang damai dan moderat.

Di aula pesantren yang sederhana namun sarat makna, suasana berlangsung santai namun dalam. Tak hanya sambutan formal, sore itu diramaikan pertukaran pantun yang bersahut-sahutan. UAS, Gubernur Riau Abdul Wahid, dan Kapolri saling melontarkan pantun kebangsaan yang ditimpali meriah oleh pemantun Melayu Udin Semekot dan Heri Budiman, dipandu oleh cendekiawan Hendri Anak Rahman.

Nada santai menyatu dengan substansi penting: menjaga persatuan dan menjunjung nilai-nilai kultural dalam kehidupan berbangsa. Ini bukan sekadar seremoni budaya, tetapi cara unik merawat silaturahim kebangsaan.

Tak berhenti pada pantun, suasana juga dihidupkan oleh hadirnya sastrawan Ramon Damora dan musisi Tatang Yudiansyah. Ramon membacakan puisi reflektif berjudul Doa Sebutir Jagung, yang menyentil kesadaran bangsa atas pentingnya kemandirian pangan.

“Aku melihat niat baik yang ditanam pelan-pelan dengan baju dinas yang kini belajar membajak…,” ujar Ramon lantang, menyiratkan dukungannya atas program ketahanan pangan yang tengah digalakkan Polri di berbagai daerah.

Tembang akustik Bongkar yang mengiringi pembacaan puisi turut memperkuat pesan: ketahanan pangan adalah ketahanan bangsa.

Dalam semangat yang sama, filsuf publik Rocky Gerung turut tampil mengenakan busana Melayu lengkap. Ia membacakan syair sekaligus memberikan refleksi tentang pentingnya green policing dan sinergi antara penegakan hukum dan pelestarian lingkungan—sebuah arah baru yang kini tengah dikuatkan Kapolda Riau Irjen Pol. Herry Heryawan.

Kapolri: Merajut Sinergi Kebangsaan

Dalam sambutannya, Jenderal Sigit menyampaikan rasa bahagia atas pertemuan ini. “Saya senang bisa bersahabat dengan Tuan Guru Abdul Somad,” ungkapnya. Ia berharap pertemuan ini bukan sekadar agenda simbolik, tetapi pijakan nyata menuju kolaborasi antara aparat negara dan tokoh agama dalam merawat persatuan dan membangun narasi kebangsaan yang inklusif dan damai.

Kapolri menegaskan pentingnya memperkuat peran ulama sebagai penyejuk umat, dan dalam konteks kekinian, menjadi garda terdepan dalam menyebarkan pesan moderasi di tengah dunia yang kerap terpecah oleh polarisasi.

“Negara dan umat harus bersatu. Kalau aparat dan ulama saling percaya, tidak akan ada ruang bagi kekerasan atau ekstremisme,” ujar Sigit.

Ustadz Abdul Somad, yang menyambut Kapolri dengan hangat, menyampaikan pesan mendalam. “Ahlan wa sahlan. Selamat datang dan selamat menjadi keluarga besar Pesantren Nurul Azhar,” katanya, seraya menegaskan bahwa Yayasan Tabung Wakaf Umat (YTWU) yang menaungi pesantren ini berdiri di atas prinsip moderasi, keterbukaan, dan keberpihakan pada kaum lemah.

“Di sini kami siap bersaudara dalam perbedaan, dan berbeda dalam semangat persaudaraan,” ujar UAS yang juga menyandang gelar adat Datuk Seri Ulama Setia Negara dari Lembaga Adat Melayu Riau.

Ia menjelaskan bahwa pesantren bukan sekadar lembaga pendidikan, tetapi pusat peradaban yang harus terus menjalin sinergi dengan pemerintah demi kemaslahatan umat.

Kunjungan Kapolri ditutup dengan aksi nyata: pemberian bantuan pendidikan kepada 200 anak yatim dan dhuafa, baik dari kalangan santri maupun warga sekitar pesantren. Bantuan itu bukan sekadar bentuk perhatian, tetapi juga simbol bahwa negara hadir untuk mereka yang paling membutuhkan.

Sebagai tambahan, Pesantren Nurul Azhar sendiri merupakan salah satu dari lebih 50 pesantren yang berada dalam jaringan dakwah UAS, tersebar mulai dari Riau, Sumatera Barat, Aceh, hingga Kalimantan. Pesantren-pesantren ini bergerak dalam jalur dakwah moderat, dengan fokus pada pendidikan Islam, penguatan ekonomi umat, serta penyantunan anak yatim dan mualaf.

Kunjungan Kapolri ke Pesantren UAS menjadi penegasan bahwa persatuan tidak hanya dibangun lewat pidato atau dokumen kenegaraan, tetapi juga melalui perjumpaan hati, budaya, dan komitmen nyata untuk saling mendukung.

Dalam senja yang bersahaja di tanah Melayu itu, pantun, puisi, syair, dan senyuman melebur menjadi satu: menyatukan hati demi negeri.

Editor: Agung