
J5NEWSROOM.COM, Koalisi internasional yang terdiri dari Amerika Serikat, Australia, Inggris, Kanada, Selandia Baru, Jerman, Italia, dan Jepang menuding tiga perusahaan asal Tiongkok terlibat dalam mendukung aktivitas siber yang dikaitkan dengan kepentingan militer. Perusahaan tersebut adalah Sichuan Juxinhe Network Technology, Beijing Huanyu Tianqiong Information Technology, dan Sichuan Zhixin Ruijie Network Technology.
Sichuan Juxinhe menjadi sorotan utama setelah Departemen Keuangan AS menjatuhkan sanksi karena dianggap memiliki keterkaitan erat dengan kelompok peretas “Salt Typhoon”. Kelompok ini disebut melakukan pencurian data komunikasi dari lebih 80 negara, menjadikannya salah satu operasi spionase siber terbesar yang pernah terungkap. Operasi tersebut dinilai bukan hanya membahayakan privasi, tetapi juga menyasar infrastruktur vital negara-negara yang menjadi target.
Dua perusahaan lain, yakni Beijing Huanyu Tianqiong dan Sichuan Zhixin Ruijie, turut dicurigai lantaran mengalami kebocoran data besar serta diduga memiliki kedekatan dengan lembaga intelijen Tiongkok. Meski belum dijatuhi sanksi resmi, keduanya masuk dalam radar pengawasan koalisi karena dianggap berpotensi menjalankan aktivitas serupa. Dugaan keterlibatan korporasi swasta ini memperlihatkan pola baru dalam operasi siber, di mana perusahaan sipil digunakan sebagai kedok kegiatan spionase negara.
Para pejabat keamanan siber menilai langkah koalisi internasional mengeluarkan peringatan bersama merupakan sinyal kuat bahwa ancaman siber kini berada pada level yang lebih serius. Serangan yang diduga didukung negara dianggap sebagai bentuk eskalasi konflik non-konvensional yang dapat menimbulkan instabilitas global. Hal ini juga menjadi peringatan bagi negara lain agar tidak mengabaikan ancaman yang terus berkembang di ranah digital.
Koalisi internasional itu mendesak sektor publik dan swasta untuk segera memperkuat sistem pertahanan siber mereka. Peringatan ini tidak hanya ditujukan kepada negara-negara yang menjadi target serangan, tetapi juga seluruh pihak yang berpotensi terdampak oleh meluasnya jaringan peretasan. Dengan ancaman yang semakin kompleks, upaya kolaborasi global dipandang sebagai satu-satunya cara efektif untuk meminimalisir risiko dan melindungi infrastruktur penting dari serangan dunia maya.
Editor: Agung

