
para pengurus PWI Kepri di Mapolda Kepri, Selasa (14/10/2025). (Foto: Humas Polda Kepri)
J5NEWSROOM.COM, Batam – Saat gelombang demonstrasi dan ketegangan sosial melanda sejumlah kota besar di Indonesia, Agustus 2025, suasana di Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menunjukkan wajah berbeda. Tak ada bentrokan, tak terdengar sirene polisi ngiung-ngiung, juga tak ada massa bersitegang dengan aparat.
Kota pusat industri dan investasi ini tetap teduh seperti biasa, aman, tertib, dan kondusif. Kedai-kedai kopi pun tetap riuh, apalagi Kedai Kopi Atoek di Batam Center, tempat wartawan J5NEWSROOM.COM, Saibansah Dardani ini menulis hasil pertemuannya dengan Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Kepri, Irjen Pol. Asep Safrudin, di Mapolda Kepri, Selasa (14/10/2025) lalu.
Dalam pertemuan satu jam lebih itu, Asep Safrudin didampingi Wakapolda Kepri Brigjen Pol. Dr. Anom Wibowo, S.I.K., M.Si., Dirreskrimum KBP Ade Mulyana, S.I.K., M.H., Dirreskrimsus Kombes Pol Silvester M.M. Simamora, S.I.K., M.H., Direktur Intelkam Kombes Pol. Agung Budi Leksono, Direktur Reserse Narkoba Kombespol Anggoro wicaksono, S.H.,S.I.K., M.H., Kepala Biro Perencanaan Umum dan Anggaran Kombes Pol Marcelino Sampouw, Kombes Juliar dari Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dan staf Humas Polda Kepri mewakili Kepala Bidang Humas Polda Kepri Bapak Kombes Pol. Zahwani Pandra Arsyad, SH., M. Si. yang sedang menjalani pendidikan.
Sementara itu, delegasi PWI Provinsi Kepri dipimpin Ketua PWI Kepri Saibansah Dardani yang didampingi Sekretaris Alfian Lumban Gaol, Ketua Dewan Kehormatan Parna Simarmata, Ketua Dewan Penasehat Marganas Nainggolan, Ketua Dewan Pakar Ramon Damora, Wakil Ketua Bidang Organisasi Tunggul Manurung, anggota Dewan Penasehat Aldi Samjaya dan Ketua Bidang Pariwisata Indra Helmi serta pengurus PWI Kepri lainnya.
Banyak hal yang kami bahas selama lebih dari satu jam itu. Salah satunya adalah, soal strategi Irjen Asep memisahkan antara minyak dan air. Ya, bagaimana jenderal polisi bintang dua itu menjaga Kota Batam tetap teduh dan tenang, saat gelombang aksi rusuh melanda berbagai kota di Indonesia, Agustus 2025 lalu.
Hal ini tak lepas dari pendekatan dialogis dan persuasif yang dijalankan oleh Irjen Asep Safrudin. Di tengah suhu nasional yang meninggi, Kapolda Asep justru menempuh jalan sejuk: membuka ruang komunikasi, menghindari pendekatan represif, dan merangkul seluruh elemen masyarakat.
“Saya mengapresiasi mahasiswa Kepri yang memilih jalur dialog dan kegiatan positif. Karena aspirasi bisa disampaikan tanpa harus anarki. Kalau mahasiswa mau menggelar aksi demo, saya berikan akses, ingin bertemu siapa, kita atur. Kalau mahasiswa ingin bertemu dengan Gubernur Kepri, Walikota Batam atau siapa pun, kita atur pertemuannya,” demikian tutur Irjen Asep dalam pertemuan ditemani jagung dan ubi rebus itu.

Dengan pola pendekatan ini, para mahasiswa tetap dapat menyampaikan aspirasinya tanpa harus melakukan aksi demo anarkis. Bahkan, saat mahasiswa minta agar pertemuan mereka dengan kepala daerah dan stakeholder lainnya diketahui publik, Irjen Asep mempersilakan mahasiswa membuka ases media sosial mereka.
“Silakan, lakukan live di medsos, apakah itu di Facebook, IG, Tiktok, apa pun, silakan.”
BACA JUGA: Silaturahmi PWI Kepri dan Polda Kepri, Komitmen Bersama Perangi Hoaks
Ternyata, inilah strategi Irjen Asep memisahkan antara minyak dan air. Dengan strategi ini, para mahasiswa dapat menyampaikan aspirasinya, langsung kepada kepala daerah dan pemangku kepentingan. Tetapi, pada saat yang sama, hampir dapat dipastikan, tidak ada celah bagi penyusup pembuat onar dan aksi anarkis masuk dan menungganggi aksi para mahasiswa itu. Benar-benar terpisah antara minyak dan air!
Sikap Irjen Asep dalam menangani potensi kerusuhan patut dicatat. Ia menolak pendekatan kekerasan dan lebih memilih membangun kepercayaan. “Kami tidak akan bersikap represif terhadap aksi unjuk rasa yang tertib dan sesuai aturan. Tapi bila melanggar hukum, tentu akan kami tindak sesuai prosedur,” tegasnya.
Seperti audiensi yang berlangsung di Mapolresta Barelang Batam, Minggu 31 Agustus 2025 lalu itu menjadi titik balik. Aksi unjuk rasa besar yang semula direncanakan di tiga titik para mahasiswa, yaiti di Polda Kepri, DPRD Kota Batam dan Pemko Batam, akhirnya beralih menjadi kegiatan doa dan dialog bersama di Dataran Engku Putri Batam. Sekitar 200 mahasiswa hadir dalam kegiatan tersebut, menyampaikan aspirasi dengan semangat religius dan damai.
Selain itu, yang juga tidak dapat dikesampingkan adalah pergerakan jajaran Polda Kepri di tingkat akar rumput dan komunikasinya dengan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Batam, salah satunya adalah peran strategis yang ‘dimainkan’ Direktur Intelkam Polda Kepri, Kombes Pol. Agung Budi Leksono.
Semua ini adalah buah koordinasi erat dengan. Lalu, pada 30 Agustus, Forkopimda sepakat menunda gelaran ‘Pesta Rakyat’ yang sejatinya menjadi acara puncak peringatan HUT ke-80 RI. Keputusan itu diambil bukan karena tekanan, melainkan sebagai langkah preventif menjaga keamanan.
Kapolda Asep menegaskan bahwa Batam adalah kota strategis yang tidak boleh tergelincir dalam instabilitas. Tidak boleh sampai terjadi ada aksi pembakaran atau anarkisme yang berujung pada perusakan. Karena dampaknya akan terasa sangat memukul iklim investasi dan bisnis di Kota Batam.
Itulah makanya, Irjen Asep tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada semua pihak, baik pemerintah daerah, TNI, Badan Pengusahaan (BP) Batam, DPRD, serikat pekerja, media, dan tentu saja mahasiswa, atas peran aktif menjaga stabilitas di daerahnya.
Itulah hasil kerja senyap Irjen Asep, namun strategis. Pria asal Bumi Pasundan itu lebih memilih turun langsung ke lapangan, bukan sekadar mengandalkan barikade pasukan dan rotan. Hasilnya, membuktikan bahwa pendekatan keamanan bisa berjalan beriringan dengan pendekatan sosial dan dialog.
Batam pun tetap teduh, damai dan tenang, saat di beberapa kota lain dilanda gelombang aksi demo. Kopi sanger di Kedai Kopi Atoek ini pun sudah mulai kandas, tampaknya.*