
Puisi Swary Utami Dewi
Hujan meringis di tengah badai
Ungkap duka akan tiba
Banjir dan bah kan merangsak
Hujan pun bertafakur
Ia tahu tanah tak mampu menahan dirinya
Sebab akar pohon telah tumbang oleh mesin dan ketakpedulian
Hujan lain berkata lirih
Tak ingin sebenarnya ia turun karena airnya berkelindan mikroplastik
Cair yang meresap mengoyak pelan menyakiti raga insani
Tanah kan tercemar
Ekosistem menjerit keras
Pedulikah manusia?
Hujan tetangga mendadak bisu
Ingin ia turun membuai hari yang sedang terik
Tapi tiupan bayu membawanya jauh ke atas lautan
Konon, mantra sang pawang mengusirnya pergi demi sebuah hajatan besar
Hujan tenang memukau sore
Sejuk turun di sela-sela derik bambu yang bergesekan Tiupan genit bayu membuat dedaunan tak mampu lama menyimpan titik air
Ia tumpah ruah menelisik masuk ke sela-sela akar kokoh yang menghujam bumi
Diam tenang berlabuh di tanah yang dengan segera memeluk segarnya air
Ah hujan…
Apa rupamu yang sedang kami ciptakan?
26 November 2025

