
Oleh Juragan Erwan
DALAM dunia komunikasi, ada satu prinsip emas yang sering dibicarakan tetapi jarang benar-benar dijalani: setiap perjumpaan adalah ruang belajar, setiap percakapan adalah peluang memperdalam hubungan.
Sosok Dr Aqua Dwipayana adalah pengejawantahan paling konkret dari prinsip tersebut. Ia bukan hanya seorang motivator, tetapi seorang Master of Silaturahim yang menjadikan dialog sebagai jembatan penguatan relasi, ruang belajar, sekaligus alat untuk memperluas manfaat.
Dan tulisan tentang percakapan dadakan bersama Wali Kota Tegal, Dedy Yon Supriyono, menjadi contoh yang kaya makna tentang bagaimana komunikasi dan media relations bekerja di tangan seorang praktisi sejati.
Komunikasi yang Dimulai dari Kejutan: Momen yang Mendesain Percakapan
Panggilan telepon mendadak dari Wali Kota Dedy pada pukul 22.04 menjadi pintu masuk yang menarik. Dalam kacamata komunikasi, momen tak terduga seperti ini sering kali menjadi percikan autentisitas: hubungan yang begitu cair hingga percakapan penting tidak memerlukan upacara formal apa pun.
Dr Aqua Dwipayana merespons dengan heran namun hangat. Reaksi yang memperlihatkan kehadiran emosional, bukan sekadar teknis.
Di sinilah pelajaran pertama muncul: komunikasi yang efektif dimulai dari kesiapan mental untuk hadir—kapan saja, tanpa merasa terganggu, dan tanpa menghakimi alasan orang menghubungi kita. Dr Aqua Dwipayana menunjukkan bahwa being present adalah fondasi utama membangun hubungan jangka panjang.
Menyimak sebagai Seni
Salah satu kekuatan naratif tulisan Dr Aqua Dwipayana adalah penekanannya pada sikap “belajar dari siapa pun.” Pada percakapan itu, ia memosisikan Wali Kota bukan sebagai pejabat yang perlu dipuji, tetapi sebagai seorang guru yang sedang memberikan kuliah intensif 4 SKS.
Dari perspektif komunikasi, sikap ini mengandung dua dimensi:
Etika mendengar (ethical listening): mendengar dengan hormat dan menyimak, tanpa interupsi kecuali memang diminta.
Humility-based communication: menempatkan diri sebagai pembelajar, bukan penilai.
Dengan cara ini, Dr Aqua Dwipayana mengubah percakapan satu arah menjadi ruang dua arah yang penuh respek dan apresiasi. Inilah fondasi hubungan komunikasi yang tahan lama dan menyentuh hati.
Media Relations Ala Dr Aqua Dwipayana: Mengangkat Narasumber, Bukan Dirinya Sendiri
Tulisan ini adalah contoh brilian bagaimana seorang komunikator mengangkat sosok lain tanpa membuat dirinya hilang. Dr Aqua Dwipayana menyusun narasi tentang DEDY dengan rapi:
– menyampaikan pemikirannya,
– menjelaskan program-program inovatif,
– menonjolkan prestasinya,
– bahkan memaparkan penghargaan bergengsi yang diterimanya.
Semuanya disampaikan dengan bahasa apresiatif, objektif, dan bernuansa humanis.
Dalam media relations, pola seperti ini dikenal sebagai strategic amplification—tata cara menonjolkan seorang tokoh atau institusi melalui narasi personal yang menyentuh dan kredibel.
Dr Aqua Dwipayana tidak sekadar menulis, ia memperkuat citra publik Dedy dengan narasi yang hangat namun tetap informatif.
Mengubah Percakapan Menjadi Insight Publik: Komunikasi yang Mendidik
Menarik ketika Dr Aqua Dwipayana menuliskan gagasan-gagasan DEDY tentang:
– pelayanan publik,
– efisiensi birokrasi,
– kolaborasi lintas sektor,
– inovasi pelayanan masyarakat,
– dan pentingnya bekerja ikhlas sebagai ibadah.
Ia menyaring percakapan personal menjadi pengetahuan publik. Ini adalah kemampuan yang jarang dimiliki: mengubah dialog privat menjadi manfaat kolektif. Dalam dunia media relations, ini disebut value extraction—mengambil inti bernilai untuk diperluas dampaknya.
Dengan kata lain, Dr Aqua Dwipayana tidak hanya mengabarkan, ia mengedukasi. Relasi yang Dibangun dengan Ketulusan: Kekhasan Komunikasi Dr Aqua Dwipayana
Ciri khas komunikasi Dr Aqua Dwipayana tampak jelas dalam tiga elemen berikut:
a. Nada yang selalu rendah hati
Meski ia adalah seorang tokoh publik, ia menggambarkan dirinya sebagai murid yang sedang belajar. Diksi “kuliah S3 sebanyak 4 SKS” adalah metafora yang merendah namun elegan.
b. Apresiasi yang tidak dibuat-buat
Dr Aqua Dwipayana mengapresiasi tanpa hiperbola. Setiap pujian disertai data, contoh, dan konteks.
c. Silaturahim sebagai strategi kehidupan
Percakapan lebih dari satu jam itu ia maknai bukan sebagai tugas, melainkan kesempatan memperluas manfaat. Ia menutup tulisan dengan ajakan moral. Pesan khas seorang komunikator yang menjadikan silaturahim sebagai cara hidup.
Komunikasi yang Mentransformasi
Akhir tulisan memperlihatkan bagaimana percakapan itu berdampak pada cara Dr Aqua Dwipayana melihat kepemimpinan di Indonesia. Ia menempatkan pembelajaran dari Wali Kota DEDY sebagai refleksi bagi pemimpin nasional. Ini adalah strategi framing yang kuat: mengubah diskusi individu menjadi cermin bagi bangsa.
Dengan begitu, tulisan ini bukan lagi catatan ringan, tetapi sebuah public insight tentang kepemimpinan, pelayanan publik, dan etika jabatan.
Komunikasi yang Menyentuh, Media Relations yang Membesarkan
Tulisan Dr Aqua Dwipayana adalah tirai kecil yang memperlihatkan bagaimana komunikasi, empati, silaturahim, dan narasi bisa bertemu dalam satu garis yang harmonis. Ia mengajarkan bahwa relasi yang kuat dibangun bukan dari banyaknya kata, tetapi dari ketulusan untuk hadir, mendengar, belajar, dan mengangkat orang lain.
Melalui obrolan larut malam itu, Dr Aqua Dwipayana tidak hanya mendapatkan pencerahan. Ia membaginya kembali kepada publik sebagai bentuk syukur dan kontribusi. Dan di situlah letak keindahan komunikasi ala Dr Aqua Dwipayana: tulus, efektif, dan selalu meninggalkan jejak kebaikan.
Kalau menurut Anda bagaimana?*
Penulis adalah jurnalis, Pendamping Desa Wisata

