J5NEWSROOM.COM, Pihak berwenang Malaysia berhasil menyelamatkan lebih dari 400 anak pada Rabu (11/9) dari dugaan tindakan pelecehan seksual. Panti asuhan tempat mereka dikelola oleh sebuah organisasi bisnis Islam terkemuka yang memiliki hubungan dengan sekte agama terlarang, menurut perwira kepolisian.
Polisi berhasil meringkus 171 orang dewasa, termasuk ustaz saat melakukan penggerebekan yang terkoordinasi di 20 tempat di dua negara bagian Malaysia, kata Inspektur Jenderal Polisi Razarudin Husain.
Aparat juga berhasil menyelamatkan 201 anak laki-laki dan 201 anak perempuan, yang berusia antara satu hingga 17 tahun. Penyelamatan itu dilakukan setelah adanya laporan mengenai tindak penelantaran, penganiayaan, pelecehan seksual, dan kekerasan. Razarudin mengungkapkan hal itu dalam konferensi pers, tetapi tidak menyebutkan siapa yang membuat laporan tersebut.
Semua panti asuhan tersebut dikelola oleh Global Ikhwan Services and Business (GISB), kata Razarudin.
GISB, dalam sebuah pernyataan pada Rabu malam, membantah tuduhan pelecehan seksual itu. Mereka mengklaim tidak mengelola panti asuhan tersebut.
“Bukan kebijakan kami untuk merencanakan dan melaksanakan tindakan yang bertentangan dengan hukum Islam dan hukum nasional,” kata perusahaan itu, sambil menambahkan bahwa mereka akan melaporkan kejadian ini ke polisi dan meminta dilakukannya penyelidikan.
GISB, yang bergerak dalam berbagai bisnis mulai dari supermarket hingga binatu, beroperasi di beberapa negara, termasuk Indonesia, Singapura, Mesir, Arab Saudi, Prancis, Australia, dan Thailand, menurut situs webnya.
Razarudin mengatakan bahwa penyelidikan awal polisi mengungkapkan bahwa anak-anak yang diselamatkan adalah anak-anak karyawan GISB Malaysia. Mereka dikirim ke panti asuhan tersebut tak lama setelah lahir dan kemudian menjadi korban berbagai bentuk pelecehan.
Para korban diduga disodomi oleh wali dewasa dan kemudian diajari untuk menyodomi anak-anak lain di panti asuhan tersebut, katanya.
GISB pernah dikaitkan dengan sekte keagamaan Al-Arqam, yang sudah dibubarkan di Malaysia dan dilarang oleh pemerintah pada 1994. Meskipun GISB mengakui hubungan tersebut, kini mereka menggambarkan diri sebagai konglomerat Islam yang berlandaskan praktik-praktik Muslim.
Perusahaan tersebut sebelumnya menjadi berita utama karena mendirikan Klub Istri Patuh yang kontroversial, sebuah kelompok yang mendorong perempuan untuk tunduk kepada suami mereka “seperti pelacur.”
Para korban anak-anak tersebut akan menjalani pemeriksaan kesehatan dan dokumentasi, kata Razarudin. Ia menambahkan bahwa kasus tersebut sedang diselidiki berdasarkan undang-undang yang mencakup pelanggaran seksual terhadap anak-anak dan perdagangan manusia.
“Anak-anak dan sentimen keagamaan juga digunakan untuk mendapatkan simpati publik dan mengumpulkan dana bagi organisasi tersebut,” katanya. “Apa yang telah kita lihat adalah indoktrinasi anak-anak dengan menggunakan alat-alat keagamaan dengan cara yang berbahaya.”