Mobil Terbang Impian Masa Depan Bisa Persingkat Waktu Perjalanan dan Lebih Hemat

Mobil terbang (dok: PIVOTAL)

J5NEWSROOM.COM, California – Baru-baru ini, warga Sausalito berkumpul untuk menyaksikan penerbangan pesawat listrik yang tidak biasa. Pesawat bernama Helix, yang dikembangkan oleh perusahaan Pivotal di Silicon Valley, merupakan salah satu pesawat listrik pertama yang terbang di era baru mobilitas udara.

Helix, yang dirancang untuk dapat lepas landas dan mendarat secara vertikal serta terbang seperti pesawat biasa, telah lama dinanti. Menurut CEO Pivotal, Ken Karklin, kemajuan dalam teknologi mesin dan bahan ringan telah memungkinkan terwujudnya pesawat ini. “Kemajuan terbesar sebenarnya datang dari penyimpanan energi, termasuk baterai. Setiap beberapa tahun, penyimpanan energi dan baterai terus membaik, didorong oleh peningkatan kendaraan listrik di jalan saat ini,” kata Karklin kepada VOA.

Helix dirancang untuk menarik mereka yang gemar terbang dan mampu membeli pesawat pribadi yang harganya mencapai 200.000 dolar AS atau sekitar 3,2 miliar rupiah. Saat ini, baterai pesawat ini dapat mendukung penerbangan hingga 20 menit.

Sementara itu, taksi udara seperti Midnight dari Archer Aviation diharapkan bisa memberikan pengalaman terbang dengan pesawat listrik kepada lebih banyak orang. Bryan Bernhard, kepala Pengembangan dan Infrastruktur di Archer Aviation, menjelaskan bahwa taksi udara ini membawa satu pilot dan empat penumpang, dengan jarak tempuh sekitar 160 kilometer dan kecepatan hingga 241 kilometer per jam. “Taksi udara ini lebih berkelanjutan, lebih tenang dibandingkan helikopter, dan dilengkapi dengan 12 baling-baling. Jika salah satu baling-baling rusak, teknologi pada pesawat ini memungkinkan pendaratan yang aman,” tambah Bernhard.

Saat ini, pesawat taksi udara ini sedang menjalani uji keselamatan oleh pemerintah. Jika semuanya berjalan sesuai rencana, Archer berencana memulai layanan taksi udara sebelum akhir tahun 2025, dengan rencana untuk beroperasi di beberapa kota di Amerika, termasuk San Francisco. Layanan ini diharapkan bisa menggantikan perjalanan yang biasanya memakan waktu dua jam dengan biaya sekitar 150 dolar AS atau sekitar 2,3 juta rupiah dengan alternatif perjalanan yang lebih cepat hanya dalam 20 menit.

Bryan Bernhard juga menambahkan, “Ada situasi di mana waktu lebih penting daripada uang. Pada akhirnya, penerbangan ini akan menjadi lebih murah dari tahun ke tahun, sehingga lebih terjangkau bagi masyarakat umum.”

Mike Hirschberg, direktur urusan strategi untuk Vertical Flight Society, mencatat bahwa pencarian penerbangan tanpa emisi dan biaya operasional rendah telah mendorong ratusan produsen di seluruh dunia untuk meluncurkan pesawat listrik mereka sendiri. Dengan semakin banyaknya pesawat tanpa awak, area udara kemungkinan akan menjadi semakin padat. Hirschberg menekankan perlunya perencanaan keselamatan yang matang untuk mengelola lalu lintas udara di masa depan.

Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah