Mukjizat Caturgami

Ilustrasi tulisan Ahmadie Thaha berjudul ‘Mukjizat Caturgami’. (Foto: AT/J5NEWSROOM.COM)

Catatan Cak AT – Ahmadie Thaha

TUBUH kita mahakarya Ilahi, sebuah sistem yang bekerja sempurna berdasarkan keseimbangan hormon yang rumit dan menakjubkan. Jika tubuh manusia bisa dibandingkan dengan mesin, hormon adalah bahan bakar yang membuat setiap roda dan gigi berputar dengan sempurna.

Salah satu hormon paling terkenal adalah testosteron—hormon yang sering disalahpahami sebagai ‘hormon pria’, padahal sebenarnya juga penting bagi wanita. Namun, apa hubungannya testosteron dengan poligami? Eh, tepatnya caturgami.

Mari kita ungkap rahasia ‘kadar optimal’ hormon ini. Seperti dikatakan Dr. Greg Brannon dari Optimal Bio, kadar testosteron optimal bagi pria berkisar antara 800 hingga 1.200 ng/dL, sementara wanita hanya memerlukan 200 ng/dL atau kurang. Tak boleh lebih.

Coba pikirkan: jika pria memiliki kadar optimal testosteron empat kali lipat lebih tinggi dari wanita, masuk akal jika dalam Islam, pria diizinkan untuk menikahi hingga empat perempuan. Sebuah mukjizat, bukan?

Kita tahu, al-Qur’an membolehkan pria menikahi hingga empat perempuan, dengan syarat bisa berlaku adil. Mengapa? Berdasarkan sains, kadar testosteron pria yang empat kali lipat lebih tinggi dibandingkan wanita mungkin memberikan jawaban yang lebih ‘ilmiah’.

Testosteron yang tinggi membuat pria lebih mudah terangsang, lebih bertenaga, dan —ya— lebih sering bersemangat untuk memenuhi kewajiban suami-istri. Maka, jika satu wanita memiliki kadar testosteron 200 ng/dL, sementara seorang pria memiliki 800 ng/dL, bukankah empat wanita seimbang dengan satu pria dari segi hormonal?

Bayangkan, setiap pria sebagai lelaki penuh gairah, namun juga bijaksana dan adil. Testosteron juga dikenal dengan the king of hormones dan hormone of the king, yang mampu membuat seorang raja menjadi berpikir jernih dan bijaksana. Termasuk, mestinya, para pemimpin kita.

BACA JUGA: Narkoba Penjara

Dengan ‘bahan bakar’ yang begitu tinggi, bukanlah suatu kebetulan bahwa pria Islam diizinkan untuk memiliki empat istri. Namun, Allah dengan bijak menetapkan batasnya hanya empat, meski mungkin pria dengan kadar testosteron 1.200 ng/dL berpikir, “Kenapa tidak lima, atau sepuluh?” Tapi itulah keadilan dan keseimbangan Ilahi, menjaga agar tidak terjadi kekacauan hormonal yang berlebihan di rumah tangga.

Namun, ada sedikit masalah di zaman modern ini. Menurut Dr. Brannon, kebanyakan pria yang datang ke kliniknya sekarang memiliki kadar testosteron yang rendah. Kadang hanya sekitar 100 hingga 200 ng/dL. Bahkan wanita, yang seharusnya memiliki 200 ng/dL, kini seringkali hanya memiliki 8-30 ng/dL.

Apa yang terjadi? Apakah zaman modern, dengan segala tekanan dan gaya hidup tidak sehat, telah merampas kekuatan hormon kita? Makanan yang kacau, lingkungan yang kotor dan tak sehat, telah merusak hormon kita yang sangat penting ini?

Jika kadar testosteron pada pria dan wanita terus menurun, tergerus oleh ulah kita juga, apa artinya bagi kebolehan poligami? Eh, caturgami… Apakah pria masih bisa mengelola empat istri jika mereka hanya memiliki sedikit ‘bahan bakar’?

Dalam kasus ini, mungkin mukjizatnya adalah bahwa di zaman sekarang, poligami harus dipikirkan dengan lebih hati-hati. Pria mungkin perlu mengembalikan kadar testosteronnya terlebih dahulu sebelum mencoba menjadi suami dari empat istri.

Untuk mengatasi masalah ini, terapi sulih hormon mungkin yang dia perlukan. Injeksi atau suplemen testosteron alami, misalnya, dapat membantu mengembalikan kadar hormon pria ke tingkat optimal, memungkinkan mereka untuk merasakan kembali semangat yang hilang.

Begitu juga dengan wanita yang kehilangan sebagian besar testosteron mereka saat menopause. Tetapi, apakah terapi ini hanya solusi sementara? Mungkin, di zaman ini, kita perlu lebih fokus pada keseimbangan hidup yang alami daripada sekadar mengandalkan sulih hormon.

Walhasil, hubungan antara kadar testosteron dan caturgami mungkin memang lebih dalam dari yang kita bayangkan. Kadar testosteron yang lebih tinggi pada pria bisa dianggap sebagai ‘izin hormonal’ untuk caturgami, meski tentu saja dengan syarat bahwa pria tersebut harus mampu berlaku adil.

BACA JUGA: Drama Fufufafa

Dalam konteks modern, di mana kadar hormon menurun dan gaya hidup menjadi semakin tidak seimbang, mukjizat ini mungkin lebih membutuhkan refleksi dan adaptasi ketimbang sekadar penyerahan pada hasrat hormonal semata.

Jadi, jika Anda seorang pria yang merasa kadar testosteron Anda rendah, mungkin lebih bijak untuk fokus pada satu istri dan menjalani hidup yang seimbang, sebelum berpikir tentang caturgami.

Bagaimana pun, mukjizat caturgami bukan hanya soal jumlah, tapi juga soal keadilan, cinta, dan—tentu saja—kadar testosteron. Dokter saya mengajak: Yuk periksa hormon kita ke lab. Boleh juga.*

Jakarta, 26.09.2024

Penulis adalah Pendiri Republika Online 1995