J5NEWSROOM.COM, Iran menggelar latihan pertahanan udara pada Sabtu, 11 Januari 2025, di tengah meningkatnya ketegangan dengan Israel dan Amerika Serikat. Latihan ini merupakan bagian dari persiapan menghadapi potensi serangan terhadap situs nuklirnya, terutama di masa pemerintahan Presiden terpilih Donald Trump yang diperkirakan akan memperkuat dukungan terhadap Israel dan melanjutkan kebijakan tekanan maksimum terhadap Iran.
Menurut laporan media pemerintah, latihan yang dimulai pada 4 Januari ini melibatkan sistem pertahanan yang diuji melawan ancaman udara, rudal, dan serangan elektronik. Latihan ini dirancang untuk mensimulasikan kondisi perang nyata guna melindungi wilayah udara Iran dan lokasi strategis, termasuk instalasi nuklir utama di Natanz. Dalam skenario latihan, pasukan elit Garda Revolusi melatih pertahanan terhadap serangan rudal dan drone tiruan.
Militer Iran juga memamerkan teknologi baru, termasuk drone dan rudal, serta memperlihatkan “kota rudal” bawah tanah yang dikunjungi oleh Panglima Garda Revolusi Mayor Jenderal Hossein Salami. Dalam pidatonya, Salami menegaskan kekuatan rudal Iran yang semakin meningkat, meskipun Iran baru-baru ini mengalami tekanan, termasuk serangan Israel terhadap Hizbullah di Lebanon dan penggulingan Presiden Bashar al-Assad di Suriah pada Desember 2024.
Sementara itu, seorang jenderal Iran, Behrouz Esbati, dalam sebuah pidato yang beredar di media sosial mengakui adanya “kekalahan besar” Iran di Suriah. Namun, rekaman ini belum dapat diverifikasi secara independen.
Latihan ini juga mencerminkan dampak dari kebijakan luar negeri Amerika yang keras terhadap Iran sejak Presiden Trump menarik diri dari perjanjian nuklir 2015 yang dibuat di era Barack Obama. Dalam perjanjian tersebut, Iran setuju untuk membatasi pengayaan uranium demi pelonggaran sanksi ekonomi. Namun, sejak 2018, Trump memberlakukan kembali sanksi yang lebih berat, meningkatkan ketegangan di kawasan Timur Tengah.
Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah